02. Early life of the new

10.4K 380 18
                                    

Happy reading ❤️
...

Tak terasa, Mei akan benar-benar memulai hidup barunya di Ibu Kota Indonesia, Jakarta.

Dan entah kenapa, di awal kehidupannya ini ia merasa sangat senang. Mungkin, kali ini ia akan bisa berteman dengan gelap, malam, kelam, dan kesunyian. Ia bosan berteman dengan terang, matahari, lampu, pagi, dan keramaian. Kali ini, ia benar-benar membulatkan tekadnya untuk merasakan apa yang Aya rasakan.

Sahabatnya terlihat sangat sulit berteman dengan terang. Gadis itu hari-harinya akan datang pada Mei dan curhat tentang kehidupan pribadinya. Itu terkadang membuat hati Mei sesak, namun sebisa mungkin ia menutupinya dengan memberi pengertian yang mudah dipahami oleh Aya. Apalagi mengingat Aya adalah salah satu siswi yang menjadi bahan rundungan murid-murid lain yang merasa lebih diatasnya. Itu terkadang membuat Mei ingin mencabik-cabik mulut mereka, tapi Aya selalu menenangkan dirinya yang emosi.

Namun, kali ini ia berdo'a. Semoga gelap mau berteman dengannya, dan jika berhasil ia akan benar-benar memusuhi terang sebagai akhir hidupnya yang bahagia untuk memulai hidup baru yang dipenuhi kesedihan dan penuh dengan rintangan.

"Mah, pah!" panggil Mei pada kedua orangtuanya yang sedang menonton televisi di ruang keluarga.

"Kenapa sayang?" sahut Amira.

"Mei mau tinggal sendiri," ucapan Mei membuat kedua orangtuanya terkejut dan langsung mengalihkan fokus mereka pada anak tunggal mereka.

"Kamu kenapa gak mau tinggal bareng kita? Kamu merasa gak nyaman sama rumah ini? Kalau gak nyaman, kamu bilang aja sama mama sayang." ucap Amira sedangkan sang suami menganggukkan kepala tanda setuju.

"Mei mau belajar hidup mandiri, Mei juga udah belajar banyak dari kalian. Dan saatnya Mei belajar menghadapi dunia ini sendirian," ucap Mei dengan tekad yang sudah membulat.

Terdengar helaan nafas panjang dari kedua orangtuanya, yang menandakan jika mereka sebenarnya sulit untuk mengambil keputusan. Tapi bagaimanapun hasil keputusan mereka nanti, mau iya atau tidak. Mei akan tetap pada pendiriannya, ia tidak ingin tumbuh menjadi anak yang manja walaupun sudah sewajarnya karena ia merupakan anak tunggal. Tapi, karakter Mei sangatlah berbeda dari orang-orang biasanya yang tak ingin mengubah keuntungan menjadi kerugian. Mei sudah untung tumbuh di keluarga yang berlinang harta. Tapi, gadis itu masih belum puas sebelum dirinya sendiri yang mengakui dirinya kaya, tentunya dengan kerja kerasnya sendiri.

"Boleh kan pah, mah?" tanya Mei mencoba membujuk ayah dan ibunya yang masih belum membuka suara.

"Tapi, kalo ada apa-apa sama kamu gimana sayang?" tanya sang ayah--Dava dengan raut wajah yang memperlihatkan kekhawatiran yang mendalam.

"Mei percaya, tuhan itu gak tidur. Dia akan menjaga dan mengintai di manapun Mei berada, karena tuhan bersama orang-orang yang berniat baik."

Dava dan Amira sangat puas mendapatkan jawaban bijak dari anak gadisnya yang baru saja menginjak umur 17 tahun. Mereka mengira, Mei akan menjadi anak yang manja dan selalu menuntut ini dan itu. Tapi, perkiraan mereka salah, Meilly Syahna tumbuh menjadi anak yang mandiri dan bijak. Ia menjawab semua pertanyaan sesuai dengan keinginan orang-orang. Mereka berharap, sesuatu yang buruk menjauh dari Mei karena harta berharga mereka adalah anak.

Dava mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala Mei dengan penuh kasih sayang. Ia langsung menarik putrinya ke dalam pelukannya. Ia rindu pelukan ini, pelukan hangat dari adiknya yang sangat mirip seperti pelukan hangat dari Mei, anaknya. Entahlah, bagaimana kabar adiknya sekarang. Apakah adiknya baik-baik saja di atas sana. Ya, adiknya sudah berada di alam yang berbeda dengannya, adiknya sudah bahagia bersama tuhan.

Dan Mei, sangat menuruni karakter, wajah, dan kepribadian adiknya.

"Papa kenapa nangis?" tanya Mei.

"Gak apa-apa sayang, kalo begitu. Besok papa bakalan urus semua keperluan kamu dan keperluan sekolah kamu," ucap Dava kemudian mencium kening anaknya dengan sangat lama, dan pastinya kecupan hangat ini akan Mei rindukan untuk waktu yang lama.

"Khmkhm," deheman seseorang menghancurkan keromantisan anak dan ayah, siapa lagi kalau bukan sang ibu serta istri tercinta.

"Eh, aku lupa kalo ada kamu." ucap Dava dan tentu saja itu hanyalah sebuah candaan, kemudian ia langsung menarik sang istri untuk bergabung menikmati keharmonisan keluarga mereka.

"Aku sayang mama, papa." ucap Mei sambil mengeluarkan air mata bahagianya, menunggu takdir yang akan membawa air mata kesedihannya.

"Kita juga sayang sama kamu, jaga diri baik-baik yah. Mama gak mau dapat kabar kalo kamu kenapa-napa," ucap Amira sembari mengusap air mata Mei.

"Mei janji, Mei akan jaga diri sebaik mungkin."

"Anak pintar,"

"Semoga kehidupan gelap yang akan ku tuju tidak menyakiti keluargaku. Biar aku yang berteman dengan gelap, mereka harus selalu terang seperti lampu yang bersinar." ucap Mei dalam hati.

_____

Seorang pria berumur sekitar 40 tahun sedang termenung menatap sendu figura yang bersih tanpa debu. Disana terdapat foto wanita yang menjadi alasan ia tegar, wanita dengan sikap tegas yang terus berkobar, wanita yang selalu menjadi alasan ia masih hidup sampai sekarang. Hanya demi wanita itu.

"Adel, apa kabar?" tanya Dava sambil mengusap wajah wanita yang berada dalam figura itu.

"Kamu baik-baik aja kan? Aku sekarang udah punya istri dan anak. Maaf banget, belakangan ini aku belum bisa jengukin kamu. Tapi, aku janji bakalan bawa istri dan anak aku buat liat tempat kamu." ucapnya lagi dan tak terasa, tetes demi tetes air matanya kembali terjatuh mengenai wajah wanita yang berada dalam figura itu.

"Kamu tau? Anak aku karakternya sama persis dengan kamu. Dia tumbuh jadi anak yang bijak dan dewasa, seperti tantenya. Andai kejadian itu tidak terjadi, kamu pasti bisa liat wajah dia sekarang,"

"Aku minta maaf sama kamu karena belum bisa bahagiain mama sama papa. Mereka udah pergi setelah kepergian kamu beberapa tahun lalu. Aku juga udah gak tau gimana keadaan Arkan sekarang. Aku minta maaf, sebisa mungkin aku bakalan jadi ayah yang baik. Dan aku bakalan tepatin janji aku secepatnya sama kamu, i promise." ucap Dava lagi kemudian memasang figura itu pada dinding kamarnya.

...
Inget Dava?
Inget Adel?
Inget Arkan?
Awas kalo gak inget!
Kalo inget, makasih banyak. Kalian berarti bisa memahami dan mengingat karakter dan tokoh-tokoh yang ada dicerita sebelumnya.

Kalo gak inget, sini author kasih tau. Mereka itu SAUDARA. Udah inget? Iya lah, orang diingetin:v

See you next chapter ❤️





Gelap(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang