03. Yola(I)

7.6K 379 1
                                    

Happy reading ❤️
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK!
...

Sesuai dengan keinginan Mei kala itu yang ingin tinggal sendiri, sekarang ia akan benar-benar menjalani hidup sendiri namun masih dalam pantauan keluarga.

"Gue bisa!!!" ucap Mei didepan cermin dengan pakaian seragam putih abu-abu. Hari ini ia akan melanjutkan pendidikan remajanya disalah satu sekolah yang cukup terkenal di daerah Jakarta.

Ia langsung menyampirkan tas nya dibahu kiri dan melenggang pergi keluar apartemen menuju basement. Ia akan berangkat sekolah menggunakan taxi karena ia menolak untuk menggunakan mobil pemberian ayahnya.

"Masih ada 20 menit," gumam Mei sambil melirik jam tangannya.

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya tadi yang sudah dipesan Mei tiba, tak mau buang-buang waktu lagi ia langsung naik dan pergi menuju sekolah.

Disepanjang perjalanan Mei membuka buku paket fisika sembari mendengarkan lagu melalui headset. Jalanan di Jakarta cukup ramai sehingga perjalanan mereka terpaksa menjadi lambat.

Setelah beberapa menit menunggu kemacetan, taxi yang ditumpangi Mei sampai didepan gerbang SMA Cakrawala, sekolah yang akan ia jadikan tempat menimba ilmu lebih banyak.

Mei langsung turun dan memberikan selembar uang berwarna biru pada supir taxi, lalu berjalan memasuki gerbang sekolah yang cukup luas. Saat sudah berada dipekarangan sekolah, bisikan-bisikan dari siswa dan siswi sudah mulai terdengar ditelinga Mei. Ada yang menghujat secara diam-diam, memuji, dan sebagainya.

"Siapa sih tuh anak?"

"Sok cantik banget eew,"

"Palingan beasiswa. Anak miskin gak cocok sekolah disini!"

"Cantiknya natural,"

"Imut banget Ya Allah."

Begitulah kira-kira bisikan-bisikan dari beberapa siswa dan siswi ketika melihat Mei. Tapi, Mei adalah orang yang sangat cuek terhadap omongan orang. Jadi, di dilayani juga tidak akan ada habisnya.

Mei mulai berjalan memasuki koridor, ia akan menuju ruang kepala sekolah untuk menanyakan dimana letak kelasnya. Tapi, saat sedang asiknya berjalan, tiba-tiba sekitar 3 orang siswi menghalangi jalannya. Mei sudah berpikir, mereka adalah siswi yang sok berkuasa.

"Heh, lo tuh gak pantes sekolah disini. Anak beasiswa aja bangga!" hardik salah satu siswi dari mereka bertiga, namun Mei tetap diam menunggu cacian selanjutnya.

"Lo sok cantik banget sih!? Muka jelek itu harusnya pake make up, biar cantik dikit. Sok-sokan tampil bare face tapi burik!" hardik siswi lainnya namun Mei masih belum mengeluarkan suara.

"Lo jalang ya?" tanya siswi lainnya dengan sedikit menaikkan oktaf suaranya, dan Mei masih tetap diam.

"Bisu lo hah?!" bentak mereka bertiga pada akhirnya karena Mei tetap diam.

Mei menghela nafasnya sebelum mengeluarkan suara, kenapa orang-orang selalu menilai sesuatu dari luarnya. Beasiswa? Tentu tidak. Ia membayar uang sekolah dari uang tabungannya sendiri. Tampil natural? Ini memang jalan hidup Mei. Untuk apa tampil cantik jika hati tidak persis seperti wajah. Jalang? Itu adalah kata yang paling ia benci. Ia masih punya tabungan untuk memenuhi kebutuhan, apa guna tabungannya jika pekerjaannya hanya menjadi wanita malam.

"Apakah sekolah mengadakan party yang mengharuskan muridnya make up? Apakah anak beasiswa tak pantas mendapatkan ilmu?" Kalimat yang Mei berikan cukup untuk membuat ketiga siswi itu membulatkan matanya lantaran terkejut.

"Lo---"

Mei meninggalkan tiga siswi itu yang menatapnya kesal, baru kali ini ada yang melawan mereka. Biasanya orang akan cepat tunduk pada mereka, sekarang harga diri mereka dijatuhkan oleh satu siswi, yang statusnya masih adik kelas. Mei membalikkan badannya pada tiga siswi itu yang masih menatapnya padahal jarak mereka sudah jauh beberapa meter.

"Belajar yang bener, biaya kuliah mahal!" ucapan Mei lagi-lagi membuat harga diri mereka benar-benar runtuh. Mereka berjanji, tak akan ikut campur urusan Mei apalagi didepan umum, bisa-bisa mereka yang malu.

Sekarang Mei sudah berada didepan ruang kepala sekolah. Ia akan berjalan menuju kelas 11 MIPA 1 yang sudah ditunjukkan kepala sekolah tadi. Koridor sudah sunyi karena jam belajar mengajar sedang berlangsung. Hanya ada beberapa murid yang masih berkeliaran, mungkin bolos atau memang sedang freeclass.

Brukk

"Maaf, gue gak sengaja." ucap seorang siswa pada Mei yang terjatuh akibat dirinya.

"Gak apa-apa. Permisi," ucap Mei dan langsung melenggang pergi meninggalkan siswa itu yang menampilkan wajah bingung.

"Rael, buruan!" panggil seseorang pada siswa tersebut yang masih melamun, ia langsung berlari menyusul temannya.

Disisi lain, Mei sudah sampai didepan kelas 11 MIPA 1. Ia langsung mengetuk pintu, lalu muncul seorang wanita paruh baya menggunakan baju dinas, lebih tepatnya seorang guru yang mengajar dikelas Mei.

"Ah, kamu murid baru itu?" tanya wanita paruh baya tersebut.

"Iya buk,"

"Silahkan masuk!"

Mei berjalan masuk bersama wanita paruh baya tersebut membuat kelas yang awalnya ramai menjadi sunyi.

"Saya selaku guru bahasa Inggris, meminta kamu memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris juga!" ucap wanita paruh baya tersebut dan diangguki Mei.

"Hello all. The introduction I'm Meilly Syahna. You can call me Mei or Nana. I'm moving from Bandung. Hope can be good friends." ucap Mei dengan bahasa Inggris yang sangat fasih membuat guru yang ada disampingnya tersenyum puas.

"Perkenalkan nama saya Lusiana. Kamu bisa panggil saya Mrs. Lusi," ucap Bu Lusi.

"Anyone want to ask?" tanya Bu Lusi pada murid-muridnya.

"Gak ada kok Miss," ucap semuanya kompak.

"Baiklah, Mei silahkan kamu duduk didekat Yola. Yola raised your hand!" perintah Bu Lusi, siswi yang bernama Yola itupun langsung menaikkan tangannya dengan tak bersemangat, Mei berjalan ke arah bangku yang kosong disamping Yola.

Ia tersenyum ketika Yola meliriknya, namun Yola tidak membalas sapaannya sedikit pun dan langsung mengalihkan pandangan ke papan tulis. Mei yang melihat itupun hanya bisa menghela nafas, ia juga tak bisa memaksa orang untuk mau berteman dengannya.

Mei mengikuti pelajaran dengan tekun. Ia tak pernah mengalihkan pandangannya dari papan tulis sembari mendengarkan penjelasan dari guru yang mengajar. Sampai bel istirahat berbunyi, ia langsung memasukkan buku didalam tas dan berjalan keluar kelas menuju kantin.

Diperjalanan, ia berpapasan dengan Yola yang menjadi teman kelas dan teman sebangkunya. Tapi, lagi-lagi Yola mengacuhkannya. Mei hanya bisa tersenyum kikuk kemudian melanjutkan jalannya yang tertunda.

...
Vote dong biar lanjut:'(
Vote gratis kok, gak bayar. Mungkin sih, ada yang baca cerita ini pas offline. Tapi, kalo lagi online simpan jejak kalian dong:v
Biar author tau siapa yang masih mengharapkan cerita ini berlanjut.

See you next chapter ❤️









Gelap(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang