04. Yola(II)

6.4K 319 1
                                    

Happy reading ❤️
Vote sebelum baca bisa dong🌟
...

Sekarang Mei sedang menjalani proses pembelajaran, dan mata pelajaran kali ini adalah mata pelajaran kesukaannya. Apalagi kalau bukan fisika.

"Kerjakan soal dihalaman 127, kumpulkan ketika jam pelajaran saya selesai!" ucap Bu Mita selaku guru fisika.

"Yah, tapi Bu. Kita belum pelajari rumusnya," keluh salah seorang siswi.

"Saya tidak akan memasukkannya di daftar nilai. Ini hanya soal untuk mengasah pikiran kalian sebelum mengikuti ujian," ucap Bu Mita panjang lebar.

"Kerjakan dan jangan ada yang protes!" imbuhnya.

Mei mulai membuka buku paket dan mengerjakan tugas yang diberikan Bu Mita dengan santai, seakan-akan rumus yang ada di soal itu sudah berada diluar kepala Mei. Awalnya Mei masih santai mengerjakan tugasnya, namun ia mulai merasa ada hal yang mengganjal ketika siswi disampingnya terlihat menggerutu kesal.

"Yola," panggil Mei pelan dan sang empu langsung menoleh ke arah suara.

Mei melirik buku Yola yang masih kosong, ia langsung menuliskan rumus pada buku kecil yang memang ia gunakan untuk cakaran. Yola masih mengerinyitkan dahinya sambil menatap rumus yang ditulis Mei.

"Ini rumus nomor 1, 3, sama 5." ucap Mei dan langsung kembali fokus pada pekerjaannya.

Ia tak peduli jika Yola akan mencatat rumus itu atau tidak. Yang jelas ia sudah berusaha membantu. Ia memberikan rumus itu bukan karena ingin cari muka. Tapi, memang itulah yang ia lakukan ketika masih bersahabat dengan Aya dulu. Setiap Aya kesulitan mengerjakan tugas fisika, ia akan memberikan temannya rumus. Membantu orang juga tidak dosa bukan?

Sekitar satu menit Yola menatap rumus itu, sampai instruksi dari Bu Mita membuatnya terpaksa mencatat rumus itu.

"Lima menit lagi dikumpulkan!"

Diam-diam Mei tersenyum, setidaknya Yola mau menerima bantuannya walau tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya ketika jam pertama dimulai. Mencari teman lebih baik daripada mencari lawan. Begitu pikirnya.

Setelah kurang dari tiga menit, akhirnya Mei menyelesaikan 20 soal yang diberikan oleh Bu Mita. Ia berjalan kearah meja Bu Mita dan mengumpulkan tugasnya. Ia hendak duduk, namun suara Bu Mita lagi-lagi menghentikan langkahnya.

"Mei!" panggil Bu Mita dan Mei langsung menoleh.

"Waktu sudah habis, simpan pulpen kalian. Mei, kerjakan nomor 1 sampai 5 dipapan tulis!" Mei mulai mengambil spidol yang ada didekat papan tulis dan menulis jawabannya tanpa melihat rumus ataupun buku.

Ia mengerjakan 5 nomor dengan waktu yang kurang dari 2 menit, sangat cerdas.

Bu Mita langsung menatap kagum pada Mei yang berhasil menjawab soal tanpa ada rumus yang tertinggal, dan jawabannya seratus persen benar. Semua murid bertepuk tangan, Bu Mita langsung mempersilahkan Mei untuk duduk.

"Yola!" panggil Bu Mita membuat seluruh murid menatap Yola yang menunduk, dan Mei dapat melihat tatapan itu. Tatapan penuh kebencian, jijik, ataupun iba. Ada apa dengan Yola?

"Yola!!!" panggil Bu Mita lagi dengan suara yang naik satu oktaf membuat seluruh murid terkejut.

Mei langsung mendekati Yola, kemudian membisikkan sesuatu yang membuat senyum gadis itu bangkit.

"Lo pasti bisa!" ucap Mei.

Perlahan, Yola langsung maju ke hadapan Bu Mita yang menatapnya garang seakan Yola adalah mangsanya.

"K-kenapa bu?" tanya Yola gugup.

"Kerjakan nomor 6 sampai 10!!!" ucap Bu Mita.

Yola mengambil spidol itu dengan tangan yang gemetaran. Ia menatap Mei yang tersenyum padanya, senyuman sebagai dukungan. Ia langsung menuliskan jawabannya di papan tulis, meski lama tapi jawabannya benar. Yola langsung kembali ke tempat nya sembari Bu Mita memeriksa jawabannya.

"Jawaban Yola benar semua. Beri tepuk tangan!!" ucap Bu Mita, semua murid bertepuk tangan dengan tak semangat kecuali Mei yang bertepuk tangan dengan semangat.

"Lo hebat!!!" ucap Mei sambil menatap Yola yang menatapnya datar.

Setelah beberapa menit pelajaran berlangsung, bel pulang pun berbunyi. Mei langsung membereskan buku-buku dan peralatan tulisnya sebelum meninggalkan kelas.

Tiba-tiba, satu tangan terulur didepannya membuatnya mau tak mau harus melihat siapa pelakunya. Mei tersenyum ketika tahu jika pelaku itu adalah Yola.

"Makasih," ucap Yola pelan namun tak ada senyum diwajahnya.

"Gak mau!" bentak Mei membuat Yola terperanjat kaget.

"Gue gak mau terima kata 'makasih' dari orang yang sombong!" ucap Mei lagi kemudian pergi meninggalkan Yola yang terdiam membeku.

Sepanjang perjalanan, Mei tersenyum mengingat kejadian tadi saat ia membentak Yola. Ia hanya ingin gadis itu mengerti bagaimana pentingnya bersosialisasi dengan orang lain. Ia tahu, Yola kesepian, Yola butuh teman, namun sikap Yola lah yang membuat orang-orang tak mau berteman dengannya. Terlalu cuek. Ia hanya tinggal menunggu gadis itu menyapanya lebih dulu, setidaknya ia ingin membantu Yola mengubah jalan hidup yang kelam.

...
Guys, ini baru chapter pembukaan ya. Jadi, jangan bosen dulu. Mungkin chapter berikutnya aku bakalan bawa kalian ke cerita sebelum nya. Tentang Adel, so jangan dihapus dari perpustakaan ya.

See you next chapter ❤️

Gelap(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang