Pagi-pagi sekali Leginem sudah menyiapkan barang-barang yang akan dibawanya kabur ke luar kota. Gadis itu di bantu oleh Rejo, Winarno dan kedua orangtuanya. Tidak banyak yang Leginem bawa, gadis itu hanya membawa 1 tas dan beberapa lembar pakaian serta ijazah SMP yang akan ia gunakan untuk mencari kerja di luar kota.
Gadis itu menatap kedua adiknya dengan kasih sayang. Lalu menatap Bu Narti dan Pak Jarwo yang terlihat guratan sedih di wajah tuanya.
Sejak tadi Bu Narti tidak berhenti meneteskan air mata kesedihannya karena akan berpisah jauh dari anak gadis satu-satunya. Begitupula dengan Pak Jarwo, laki-laki tua itu begitu tegar, ia tidak menunjukkan secara terang-terangan akan kesedihan yang dirasakannya. Karena ia yakin ini sudah suratan takdir yang di berikan Gusti Allah kepada keluarganya. Ia yakin ini yang terbaik untuk keluarganya.
"Nduk kamu yang hati-hati ya di tempat orang! Selalu jaga kesehatan". Pesan Bu Narti pada Leginem.
Leginem menganggukkan kepalanya, ia tak kuasa menahan tangisnya dan segera memeluk Wanita yang telah melahirkannya itu.
"Ibukkk!". Lirih Leginem. Ia menenggelamkan tangisnya di dada sang Ibunda.
"Sudah nduk, sudah! Jangan menangis!". Ucap Pak Jarwo sambil mengelus pundak putri kesayangannya.
"Ini yang terbaik untuk kita nduk!". Lanjut Pak Jarwo lagi. Ia melirik kedua anak lelakinya yang terlihat tegar, walau ia bisa melihat mata Rejo dan Winarno memerah menahan tangis.
"Inem nggak mau jauh-jauh dari Bapak, Ibu, Rejo dan Winarno! Inem nggak mau pergi! Inem masih mau disini!". Rengek Leginem dengan tangisnya. Bu Narti mengelus Surai halus anaknya dengan lembut. Ia tidak menyangka jika putri kesayangannya cepat sekali tumbuh besar dan menjadi gadis yang cantik, sehingga banyak para pemuda dan pria tua ataupun yang sudah beristri mencoba untuk mendekati putrinya karena terobsesi dengan kecantikan Leginem.
"Jangan seperti ini nduk! Kamu harus pergi! Jika kamu tetap disini maka Juragan Dahlan akan memaksa menikahimu nduk! Ibu dan Bapak nggak ingin kamu menderita seumur hidup!". Ucap Bu Narti lembut, berusaha membujuk Leginem untuk segera pergi dari rumah ini.
Waktu putrinya sudah tidak banyak lagi, matahari sudah mengeluarkan sinarnya untuk menerangi desa ini Jika acara tangis menangis ini diperlama lagi, maka ia yakin putrinya akan berakhir di tangan Juragan Dahlan.
"Leginem! Calon istriku! Keluarlah sayang! Sambutlah calon suamimu ini!". Sayup-sayup Bu Nartiadaa di dalam rumah itu bisa mendengar teriakan juragan Dahlan dari luar rumahnya. Cepat sekali juragan tua itu datang. Terlihat Begitu nafsu sekali ingin memiliki Leginem.
"Nduk! Pergi nduk! Cepat pergi!". Suruh Pak Jarwo dengan Panik. Ia mendorong tubuh Leginem ke arah pintu dapur.
"Bapak! Ibu!". Ucap Leginem ragu.
"Jangan khawatirkan Bapak dan Ibu Mbak, ada aku dan Winarno yang akan menjaga Bapak dan Ibu!". Sahut Rejo tegas. Remaja laki-laki itu berbicara tanpa ragu. Memberi energi keyakinan agar Leginem tidak perlu khawatir lagi.
"Benar kata Mas Rejo Mbak, sekarang selamatkan diri Mbak!". Ucap Winarno menimpali. Ia menggenggam tangan Leginem yang dingin dan meremasnya pelan.
Lagi-lagi tangis Leginem kembali pecah, kali ini ia menarik Winarno dan Rejo ke dalam pelukannya.
"Adik-adik mbak!". Bisik Leginem lemah. Ia meresapi pelukan hangat itu dan merekamnya ke dalam memori otak. Lalu melepaskan pelukannya.
"Ayo Nduk! Waktu kamu tidak banyak. Sekarang kamu keluar dari pintu belakang. Biar Bapak dan Ibu yang akan mengulur waktu mereka!". Perintah Pak Jarwo lagi. Ia menyerahkan tas punggung lusuh miliknya yang berisi pakaian Leginem Ke tangan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Leginem & Mr. Zevin
RandomLeginem (20 th) sesuai namanya Leginem, ia lahir pada hari Selasa Legi 20 tahun yang lalu bertepatan dengan malam 1 syuro. Ia adalah satu-satunya pemudi yang berpendidikan tinggi di desanya yang berhasil duduk di bangku SMP sampai lulus karena tema...