14

3.8K 251 5
                                    

"Ini kamarmu, dan di sana ada lemari yang sudah aku penuhi dengan baju-baju baru untuk pakaian sehari-harimu". Tunjuk Zevin ke arah lemari yang ada di sudut ruangan dekat tempat tidur berukuran Queen size yang menurut Leginem begitu berlebihan untuk ukuran seorang pembantu.

Leginem ingin protes tapi Zevin tidak menerima segala bentuk ketidaksetujuan dari wanita itu.

Sekembalinya dari klinik Clara dan dinyatakan sehat wal 'afiat Zevin langsung mengajak Leginem tour dadakan di rumah barunya berlantai 2 yang baru ia beli 2 Minggu yang lalu.

Rencananya rumah ini akan Zevin persiapkan untuk Leginem jika wanita itu telah menjadi istrinya. Namun ternyata keberuntungan begitu berpihak kepadanya sehingga ia tidak perlu bersusah payah mencari cara agar Leginem berada di dekatnya.

"Di lantai atas ada 2 kamar dan salah satunya aku jadikan perpustakaan, jika kau bosan kau bisa membaca buku disana. Ada novel, buku sejarah, dan sebagainya".

Zevin mengajak Leginem naik ke lantai dua sambil menunjuk perpustakaan yang baru ia isi 2 hari yang lalu. Tentunya ia menyuruh Jack dan beberapa anak buahnya agar ruangan yang awalnya kosong melompong terisi penuh dengan buku-buku.

Jack sampai protes karena perintah Zevin yang suka mendadak dan tidak kenal waktu padahal saat itu ia sedang mengurus proyek di Kalimantan dan harus terbang ke Jakarta.

Bosnya jika sudah jatuh cinta akan membuatnya merana diatas kebahagiaannya.

"Apa ini tidak terlalu berlebihan tuan?". Leginem sedikit curiga dengan perlakuan Zevin yang menurutnya terlalu 'mengistimewakannya'. Bagaimana tidak, kamar yang ia tempati malahan terlihat seperti kamar pribadi di rumah Arsy bukan seperti kamar pembantu, belum lagi belasan atau bahkan puluhan lembar pakaian yang menurutnya sangatlah mahal diberikan cuma-cuma kepadanya dan satu lagi perpustakaan pribadi. Ok untuk yang terakhir bisa ia maklumi karena bukan hanya

"Tidak ada yang berlebihan untukmu Leginem, bagiku ini sangatlah normal, kenyamananmu adalah nomor satu bagiku".

Leginem mengerutkan dahinya mendengar ucapan Zevin yang menurutnya melantur.

"Maksud tuan?". Leginem menatap Zevin bingung.

Zevin gelagapan, ia merutuki mulutnya yang suka kelewat batas jika berbicara. Jangan sampai Leginem menjadi ilfeel kepadanya.

"Bukan, maksudku jika kamu betah tinggal disini maka rumahku akan terawat dengan baik dan tidak perlu susah payah mencari pembantu lagi". Ralat Zevin segera. Laki-laki itu terlihat salah tingkah namun setelah itu menghembuskan nafasnya lega saat Leginem mengangguk mengerti.

Zevin bersyukur karena suara dering teleponnya berhasil membuat ia bisa lepas dari kecanggungan ini. Ia mengambil ponsel di saku celananya dan meliriknya singkat.

Panggilan dari Jack, ada kemungkinan Jack menghubunginya. Kemungkinan yang pertama ada masalah darurat yang terjadi, dan kemungkinan yang kedua adalah berita bahagia karena perusahaannya berhasil memenangkan tender besar.

Setelah meminta izin Leginem, Zevin berjalan ke arah balkon. Ia berbicara singkat kepada Jack dan memberi instruksi sedikit pada sekretarisnya itu. Setelah itu ia memutuskan panggilannya.

Tidak bisa ditutupi raut kebahagiaan yang muncul di wajahnya yang saat ini sudah berseri-seri karena mendapatkan kabar baik dari Jack. Ia mendekati Leginem yang sudah asyik dengan bacaannya dan duduk santai di sofa di dalam ruangan ini.

"Suka sama bukunya?".

"Eh tuan". Leginem mengelus dadanya pelan. Jantungnya dag dig dug Karena kaget dengan suara Zevin yang tiba-tiba memecahkan konsentrasinya membaca. Saking serunya ia membaca sampai tak sadar jika masih ada Zevin di dalam ruangan ini.

"Kamu baca apa?".

"Saya baca tentang teknik buat merancang busana tuan". Jawab Leginem.

"Kamu pinter gambar?". Zevin mulai tertarik dengan keahlian Leginem yang baru ia ketahui.

"Nggak juga tuan". Jawab Leginem malu-malu.

"Saya dulu pernah bercita-cita jadi designer, namun saya harus menghapus mimpi itu karena saya yang cuma tamatan SMP dan saat itu bapak nggak punya biaya buat lanjutin sekolah". Cerita Leginem. Air matanya menetes tanpa sadar mengingat bapak, ibu dan kedua adiknya di kampung.

Zevin membawa Leginem ke dalam pelukannya.

"Ssttt, sudah jangan nangis. Siapa bilang jadi designer harus sekolah tinggi dulu. Kalo kamu punya skill dan bisa di asah lagi pasti cita-cita kamu akan tercapai".

Leginem menarik tubuhnya dan menatap Zevin antusias.

"Benarkah tuan?". Mata Leginem berbinar cerah mendengar ucapan Zevin. Harapan yang dulunya pupus sekarang tumbuh dengan subur.

Zevin tersenyum dan mengelus rambut hitam Leginem yang terurai.

"Iya, kalo kamu sungguh-sungguh pasti akan ada jalannya. Yang harus kamu lakukan saat ini adalah terus belajar mengasah kemampuan kamu dan tentunya jangan lupakan tanggung jawab kamu mengurus rumah ini".

"Terimakasih tuan, terimakasih. Saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang tuan berikan". 

Kedua tangan Leginem menggenggam tangan hangat Zevin. Wajahnya begitu berseri-seri dan membuat Zevin terpesona.

Zevin rela kehilangan segalanya asalkan Leginem berada terus disisinya dan tetap tersenyum tulus seperti ini kepadanya. 

"Sama-sama, saya mau pergi ke kantor dulu. Kamu bisa beristirahat di kamar dan mulai bekerja besok". Pamit Zevin.

Sejujurnya ia tidak rela meninggalkan Leginem sendirian di rumah ini. Ia masih mau berlama-lama dengan Leginem, namun urusan kantor saat ini tidak bisa di wakilkan oleh siapapun. Ia harus turun langsung agar semuanya tidak jadi berantakan.

***

Sementara di tempat lain, seorang wanita berkacamata hitam sedang menerima laporan dari orang kepercayaannya. Ia mengambil sebuah korek api dan menyulut sebatang rokok lalu menghisapnya.

"Bagaimana keadaan wanita itu?".

"Sepertinya nyonya harus kecewa, karena anak buah saya hanya bisa melukai lengannya. Ia gagal menusuk perut wanita itu karena ternyata wanita itu memiliki gerak refleks yang baik". Jelas laki-laki itu.

"Sialll!". Umpat wanita itu. Ia melepaskan kacamatanya dan menatap anak buahnya marah. Lalu menampar pipi anak buahnya cukup keras.

"Kerja seperti itu saja tidak becus". Hardik wanita itu.

"Ma-maaf nyonya". Ucap laki-laki itu ketakutan. Ia bersimpuh di kaki wanita itu.

"Ada lagi kelanjutannya?". Wanita itu mendorong tubuh laki-laki itu dengan kakinya. Ia duduk di kursi kebesarannya sambil menghisap rokoknya yang tinggal setengah.

"Tuan Zevin". Sebut laki-laki itu ragu-ragu, ia takut akan menjadi sasaran kemarahan wanita itu lagi. Baginya pukulan atau tamparan yang diberikan bosnya itu tidak seberapa, tapi yang ia takutkan jika bosnya ini sampai mengusik keluarganya karena pekerjaannya yang tidak becus.

Wanita itu menatap tajam anak buahnya saat mendengar nama Zevin disebutkan.

"Kenapa dengan Zevin?".

"Tuan Zevin yang menolong Leginem dan membawanya ke klinik dan setelah itu saya kehilangan jejak mereka karena ada beberapa anak buah tuah Zevin yang mengetahui keberadaan saya dan mereka menghalangi saya". Jelas anak buah wanita itu lagi.

Wanita itu menyeringai sinis, ada sebuah rencana jahat yang muncul mendadak di otak liciknya.

"Temukan mereka secepatnya, ikuti gerak-gerik Zevin. Jika ada kesempatan untuk mencelakai wanita itu kamu harus menggunakan sebaik-baiknya!". Perintah wanita itu yang langsung dipatuhi oleh anak buahnya.

31 MEI 2020

Leginem & Mr. ZevinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang