Yang pertama kali dia lihat adalah atap-atap lorong rumah sakit yang bergerak cepat
"kenapa aku bisa ada disini?"
Perempuan itu, dengan suara parau memandang keatas. seorang laki-laki terlihat cemas bergerak cepat mendampingi tempat tidur yang didorong beberapa petugas gawat darurat di belakang dan samping kiri kanan.
Perempuan itu terlihat kesal karena lelaki itu tidak menggubris pertanyaannya, dia mengedarkan pandangan dan tersentak melihat baju lelaki itu pada bagian dada, lengan dan telapaknya berlumuran darah
"Hei, kau berdarah" kata perempuan itu tidak terlihat panik
Lelaki itu mendelik membalas, "ini darahmu"
"Oh? benarkah? aku berdarah?" tanya balik si perempuan
Dia perlahan mengangkat lengan bawah tangan kirinya yang terasa sedikit nyeri sejak dia membuka mata
Beberapa sayatan yang sudah pernah dia lihat tidak membuatnya terkejut, beberapa sayatan yang masih baru dan basah oleh darah segar juga tidak membuatnya panik
"Aku melakukannya lagi?"
Dia bersuara melempar tanya. bukan untuk lelaki itu, tapi untuk dirinya sendiri
Goresan panjang nan dalam menghiasi pergelangan tangan kirinya yang telah ditutup oleh sapu tanganㅡyang dia tau kepunyaan siapaㅡtelah berubah warna menjadi merah sepenuhnya
"Apakah akhirnya aku akan mati karena kehabisan darah?" perempuan itu tersenyum miring
"Hentikan omong kosongmu, kau tidak akan mati semudah itu. kalau kau bisa mati karena usahamu memutus urat nadimu, seharusnya sedari dulu kau sudah mati" bantah lelaki itu masih sambil mendampingi tempat tidur dorong rumah sakit itu membawa si perempuan menuju ruang operasi darurat
"Mungkin saat itu belum takdirku mati. mungkin sekarang iya" balas perempuan itu dengan suara yang semakin parau, terdengar lebih lemas dari sebelum-sebelumnya
Lelaki itu menatapnya kesal, "kau harus bertahan hidup.."
"...lagi"
Perempuan itu masih bisa tertawa walau suaranya tidak dapat keluar, "kau harus memberiku hadiah jika aku bisa melakukannya"
"Aku akan melakukan apa saja" lelaki itu mengangguk meyakinkan
Perempuan itu mengalihkan pandangannya. melihat atap-atap lorong rumah sakit lagi
"Jangan melakukan janji jika kau tidak bisa memberikan apa yang kuinginkan"
Lelaki itu hanya terdiam tidak dapat menyanggah
Ruang operasi sudah di depan mata mereka, masih tersisa waktu sedikit untuk mereka sebelum terpisah untuk waktu yang tidak dapat mereka ketahui berapa lamanya
"Kalau aku meminta kau tetap disini, kau akan menyanggupinya?"
Tanpa perlu diungkap apa maksud perkataan perempuan itu, kedua insan tersebut sama-sama mengerti
Sama seperti bagaimana lelaki itu mengerti bahwa perempuan itu mencintainya tanpa pernah sekalipun kata cinta keluar dari bibir tipisnya
". . . ."
Dan sama seperti bagaimana perempuan itu tau dengan sangat jelas bahwa lelaki itu tidak akan memberikan hatinya padanya
Tidak pernah dan tidak akan pernah
"Sudah kukira. maka aku juga tidak bisa berjanji untuk bertahan lagi kali ini" kata perempuan itu dengan wajah semakin pucat, sebelum para perawat membawanya masuk ke ruang operasi darurat
SENJAKALA
not a morning or an evening, just waiting for sun fall and gone
proudly present
©Aerorabic
2k2o
okay, see you soon on next chap if this chap get more love from you all ❤❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Senjakala ; minhyun ❦ dahyun ✓
Short StoryTentang dua insan yang terhenti di perbatasan waktu. Antara terang yang telah redup dan malam yang tak sudi hadir. Dahyun hanyalah gadis yang suka mengiris-iris kulitnya. dia suka sensasi sakit yang menjalari tubuhnya. dia suka melihat saat cairan k...