❐ ❐ ❐
Hari itu Minho mengantar Dahyun dari kampus ke tempat kerjanya. Sekarang dia magang di lembaga hukum. sesuai dengan studi yang dia ambil di universitas, meski kerjaannya hanya menginput data dan menjadi resepsionis.Sejak menginjak usia remaja, Dahyun terbiasa mengambil pekerjaan-pekerjaan ringan untuk membantu keuangan hariannya.
Meski dia mendapat uang dari ayah kandungnya, tetap saja dia tidak sudi menerimanya jika mengingat apa saja yang sudah dilakukan keluarga itu padanya
Uang tidak akan bisa membayar harga dirinya yang telah lama diinjak-injak
"Dahyun, kau benar-benar tidak ingin memikirkan kembali bagaimana jika kau pindah ke apartemenku?" tanya Minho sambil menyetir mobil miliknya
Iya, setelah bertahun-tahun mengumpulkan niat dan juga mengumpulkan uang dari pekerjaan dan beasiswa sekolahnya, akhirnya Dahyun bisa menyewa tempat tinggal sendiri.
Dahyun yang duduk di kursi samping kemudi, menggelengkan kepalanya
"Tidak. Keputusanku sudah bulat"
Minho cemberut, "Aku tau kau ingin pindah dari rumahmu, tapi bukankah lebih menghemat uangmu jika kau tinggal bersamaku?"
"Uangku sudah lumayan banyak" jawab Dahyun
Uang hasil kerja magang dan kerjaan sambilan lainnya memang tidak akan sebanyak yang dipunya Minho, tapi setidaknya sudah cukup untuk angkat kaki dari rumah terkutuk itu
"Kau menggunakannya?" tanya Minho
"Apa?" Dahyun mengernyit bingung
"Uang kiriman orang asing itu" balas Minho
Dahyun mengerti arah pembicaraan Minho. Yang dimaksud kekasihnya adalah uang yang selalu dikirim ke rekeningnya. Sekitar 3 tahun lalu saat dia berada di bangku SMA, seorang mengiriminya amplop besar berisikan buku rekening atas namanya. Setiap bulan, selalu ada transfer uang masuk dari rekening yang sama
"Tidak. Aku tidak akan pernah memakainya" jawab Dahyun
Dahyun tidak tahu apa motif si pengirim, selama tujuannya tidak jelas maka Dahyun tidak akan mengambil uangnya sepeserpun
"Pasti sangat susah jika kau harus hidup sendiri" keluh Minho
Seolah dialah yang baru pindah tempat tinggal. Dahyun menghela nafas berat,
"Lebih mudah daripada hidup seperti orang mati di rumah itu" katanya
Minho mengangguk-angguk, "Baiklah. Kau boleh menolak apartemenku, tapi jangan kau menolak bantuanku"
Dahyun terdiam sejenak, "...oke"
"Aku akan mengantarmu pindahan" kata Minho seperti sebuah perintah agar Dahyun mau mematuhinya
"Barangku tidak sebanyak itu" tolak Dahyun lagi
"Tapi pastinya kau akan kesulitan jika membawanya sendiri" Minho masih berusaha
"Iya sih"
Akhirnya Dahyun mengalah dan membiarkan Minho memberikan bantuan tenaganya
"Bagaimana jika aku memberimu uang makan tiap bulan?" tanya Minho lagi
Semakin tidak masuk akal, pikir Dahyun. Langsung saja ditolak Dahyun
"Kau pikir aku peliharaanmu?"
"Ayolah, Dahyun. Kau harus terima uangku"
Minho dengan segala rengekannya, Dahyun benci sisi itu dari kekasihnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Senjakala ; minhyun ❦ dahyun ✓
Historia CortaTentang dua insan yang terhenti di perbatasan waktu. Antara terang yang telah redup dan malam yang tak sudi hadir. Dahyun hanyalah gadis yang suka mengiris-iris kulitnya. dia suka sensasi sakit yang menjalari tubuhnya. dia suka melihat saat cairan k...