❆ ❆ ❆
Hari itu, Dahyun seakan ingin pergi sejauh mungkin dari dunia ini.
Dahyun pergi naik kereta dan turun di stasiun paling dekat dengan Sungai Han. Dia berjalan sendirian mengenakan coat tipis menyembunyikan bekas-bekas luka di lengan bawahnya dan celana bahan kebesaran
Dia butuh pelarian dari pelik kehidupannya
Ayah dan Ibu tirinya memberitahunya bahwa akhir pekan ini akan diadakan makan malam bersama keluarga. Dan lagi sebenarnya itu bukan makan malam keluargaㅡjika membayangkannya sebagai acara makan-makan bersama anggota keluarga dengan canda tawa hangat, itu salah besarㅡhanya sebuah acara kumpul para tetua untuk memamerkan hasil kerja mereka
Dan juga ajang untuk menyombongkan keberhasilan anak-anak mereka
Orang tua Dahyun tidak akan membicarakan tentang dirinya karena nyatanya dia bukanlah anak yang diharapkan hadir dalam keluarga mereka
Mereka akan membanggakan Jung Chaeyeon, anak satu-satunya keluarga itu. Dan seperti di acara makan malam keluarga sebelum-sebelumnya, Dahyun akan makan sendirian di sudut ruangan dan menatap mereka dengan raut muak.
Alasan mengapa dia datang adalah semata-mata menjadi alat ukur bahwa saudara tirinya melakukan terbaik sedangkan dirinya adalah anak terbuang dengan takdir buangan.
Memikirkannya saja, hati Dahyun kembali tersiksa. Tanpa sadar dia memukul-mukuli dadanya dengan keras sembari berjalan
Beberapa pejalan kaki melihatnya dengan heran
Terpaksa Dahyun menghentikannya. Tapi itu tidak mudah. Perasaan marah, sedih, dan muak itu terlalu menyiksa batinnya. Dia harus melakukan sesuatu, pikirnya
Perempuan itu berjalan menuju jembatan, mengabaikan sekumpulan orang yang menggelar tikar untuk menikmati suasana asri sekitar Sungai Han, ataupun beberapa pasang kekasih yang bergandengan sambil mengayuh sepeda mereka.
Tangannya menggenggam erat pembatas besi jembatan dan menelusuri jembatan bertuliskan kata-kata penyemangat itu
Dahyun berhenti di seperempat jembatan dan menghela nafas sambil melihat kapal yang melintas di bawah jembatan
Bagaimana rasanya jatuh dari ketinggian ini?
Akankah rasanya lebih melegakan dibanding mengiris urat nadi?
Semakin sakit caranya seharusnya semakin membuat beban dalam hatimu terangkat
Pikiran-pikiran itu hinggap di otak Dahyun. Tidak masalah jika dia harus lompat dari jembatan ini, lagipula dia sudah sering merasakan hidup yang lebih menyiksa dibanding kematian
Terlalu banyak sakit hati yang dia dapatkan dari orang-orang. Menghukum mereka satu persatu tidak akan membantu, jika satu gugur maka akan muncul seorang lain lagi yang akan menyakitinya.
Maka cara terbaik adalah menghukum dirinya sendiri
"Kau mau melompat?"
Suara itu menghentikannya
❆❆❆
Minhyun mengantongi ponselnya. Lagi. Wanita itu membatalkan janji temunya demi lelaki lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senjakala ; minhyun ❦ dahyun ✓
Short StoryTentang dua insan yang terhenti di perbatasan waktu. Antara terang yang telah redup dan malam yang tak sudi hadir. Dahyun hanyalah gadis yang suka mengiris-iris kulitnya. dia suka sensasi sakit yang menjalari tubuhnya. dia suka melihat saat cairan k...