Ikraluna-5

1.5K 228 107
                                    

Sakti

Infinitrack Ranya mengambil tempat di pelataran parkir Geometri yang cukup luas. Panggung untuk Ranya ditempatkan di depan teras kafe. Lighting-nya nggak terlalu menyorot heboh sana-sini, tapi cukup untuk menyorot Ranya waktu nyanyi. Gue nggak jago masalah lighting dan dekorasi, tapi yang bisa gue pastikan adalah sound-nya bagus.

Gue sudah kenal tim Infinitrack sejak Anchorbolt diajak untuk mengisi program tersebut kurang lebih setahun lalu. Take videonya outdoor, di Gunung pula. Jadi kita harus camping. Gue ingat banget waktu itu hujan deras dan kita harus menyusun ulang jadwal take. Untungnya Infinitrack edisi Anchorbolt berhasil tayang di Youtube. Kalau boleh sombong, bahkan menjadi salah satu video Infinitrack yang paling banyak ditonton.

Berbeda dengan Infinitrack punya Anchorbolt, Infinitrack-nya Ranya mengundang penonton. Sengaja, kata Sean. Sekalian jadi ajang promosi. Makanya begitu cewek itu naik panggung, penggemarnya langsung menyambutnya meriah, siap menyaksikan nona kesayangan mereka bernyanyi dengan format berbeda daripada biasanya.

Oh iya, Ranya cantik. Dia pakai atasan berpotongan rendah dan rok jeans di atas lutut, lalu memadukannya dengan outer hitam sepanjang mata kaki beserta sepatu Docmart. Rambutnya yang di-highlight warna biru sekarang digelung tinggi dan dihias dengan bandana bunga-bunga. Lucu lah pokoknya.

Infinitrack sukses besar. Setidaknya bagi gue dan Ranya karena kami berdua turun panggung dengan senyum lebar meski napas terengah-engah. Damn, rasanya persis waktu gue pertama kali main bass bareng Anchorbolt di panggung besar. Hati gue meledak-ledak sampai bingung harus diapakan.

Belum sempat gue menarik napas panjang lagi, tiba-tiba dada gue ditubruk oleh Ranya.

Dia meluk gue sambil terisak. Nggak gini, Nya.

"Makasih, Sak. Kenapa sih lo nggak ada habisnya bantuin gue? Mulai dari mau gabung jadi band member gue, bantuin akses ke gigs gede, rekomendasiin ke Infinitrack, minta tolong Dewa... lo baik banget, Sak. Lo orang paling baik yang pernah gue temui."

Gue terenyuh. Ini... kenapa jadi begini?

Ranya memeluk gue erat kayak meluk pohon, seolah-olah dia bisa terbang kena tiup angin kalau pelukannya longgar.

Rinal, Ande, dan Dewa bergerombol di dekat gue dan Ranya, menjadikan kami bahan tontonan dan bahan cekikikan. Tapi kelihatannya Ranya nggak peduli. Gue pun merasa nggak ada yang salah dengan ini semua. Wajar. Ranya pasti overwhelmed banget.

"Ya elah, Nya, gue nggak ngapa-ngapain kali. Lo kan emang punya bakat, makanya ada terus jalannya," balas gue kikuk.

Ranya melepas pelukannya lalu menyedot naik ingusnya. "Bakat kalau nggak dibantuin orang ya nggak bakal jadi apa-apa, Sak."

Gue mengangguk, masih kikuk.

Ranya kemudian menghampiri Rinal dan Ande lalu merangkul mereka bersamaan. Sedangkan kepada Dewa, cewek itu cuma menjabat tangannya dan mengucapkan terima kasih.

Gue sudah berkali-kali brainstorming bareng Anchorbolt untuk mengonsep lagu atau hal lainnya. Tapi baru kali ini gue brainstorming bareng Ranya untuk mengonsep sesuatu dimana gue nggak hanya puas dengan hasilnya, tapi juga puas dengan diri gue.

Puas sebagai Sakti tanpa embel-embel apapun.

----

"Woy, begadang mulu jerawatan kamu ntar!" Gue mengapit kedua pipi Nala sekaligus mengagetkannya.

Nala yang lagi pakai headset sampai tersentak lalu memukul-mukul badan gue. "A' Sakti ngagetin aja!"

Gue membekap mulutnya lalu tertawa. "Kok belum tidur?" Ini sudah menjelang jam dua dini hari, tapi adik gue yang cantik dan lucu tapi jomblo itu masih terjaga di kamarnya. "Kebanyakan begadang tuh bikin jerawatan, muka kusam, nggak glowing!"

IkralunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang