Sakti
"Gue butuh penjelasan, Sak, Gue nggak bisa dipermainkan kayak gini."
Ceye duduk di balik drum sambil melipat tangan, memergoki gue yang baru masuk ke studio padahal gue masih senyum-senyum karena habis mengantar Ranya pulang. Sialan Ceye, gue jadi mirip cowok kedapatan selingkuh gara-gara ditodong pertanyaan dia.
"Penjelasan apaan?" tanya gue sambil membuka sepatu.
Ceye berdecak dan menggeleng-geleng. "Sebenernya lo ada apa sih sama Ranya? Bisa-bisanya lo ngelarang gue ke studio."
"Nggak ada apa-apa."
"Nggak usah bohong. Sebelumnya lo nggak pernah ngelarang-larang gini."
Sebelum gue buka suara untuk menjawab, Ceye menepuk tangannya satu kali dengan keras lalu menjentikkan jari. "Kalau alasannya karena lo lagi sama Ranya, minggu-minggu kemarin kan kita ngumpul sama dia di sini. Lo fine-fine aja tuh kelihatannya."
"Beda, Ye." Gue menjawab sambil berkonsentrasi mengabari Ranya kalau gue sudah kembali di studio lagi. "Kalau ada Ladin di studio juga lo nggak pengin anak-anak dateng, kan?"
Ketikan gue di keypad berhenti. Sebentar. Jawaban gue sepertinya blunder.
Ceye menyipit, menunjukkan raut berpikir yang membuat gue menahan napas. Kali ini gue berharap Ceye mengalami serangan bego mendadak sehingga gagal menangkap keceplosan gue.
Tiba-tiba kedua mata Ceye melebar. "Lo nyamain Ladin sama Ranya? Emangnya lo sama Ranya pacaran juga?!"
"Ye--"
"Bener, kan? Lo sama Ranya ada apa-apanya, kan? Jadian kan lo berdua?"
Gue menghela napas. Semudah ini gue membocorkan hal yang tadinya mau gue rahasiakan lebih lama. Tapi ya sudahlah, toh gue cuma keceplosan di depan Ceye, bukan ke orang-orang lainnya. Lagipula setelah Ceye tahu, dia pasti mengerti untuk mengerem mulutnya biar nggak bacot di depan Ranya.
"Iya," jawab gue akhirnya.
"Iya apanya, Sak?"
"Iya, gue jadian sama Ranya."
"Apa gue bilang!" Ceye membelalak beberapa detik sebelum rautnya kembali seperti semua. "Gue nggak kaget."
See? Gue sudah memprediksi nggak bakal ada reaksi berlebihan dari Ceye. Apalagi awal-awal gue dekat dengan Ranya, gue selalu cerita ke dia.
"Dari kapan, Sak?"
"Dua minggu lebih...? Lupa gue."
Ceye mengangguk lalu menyingkir dari balik drum dan menghampiri gue. "Justru gue heran kalau lo berdua nggak jadian," katanya ringan. "Ranya butuh lo, Sak."
Gue tersenyum kecil. "Sori kalau tadi gue sempet ngelarang lo ke sini, Ye."
"Santai, gue paham, kok. Soal omongan gue di telepon tadi jangan dipikirin. Bercanda doang tadi. Siapapun berhak ngajak temen ke studio, asal ngabarin aja. Apalagi Ranya, nggak usah dilarang-larang kalau dia pengin main ke sini."
"Thanks, ya." Kemudian gue fokus membalas pesan dari Ranya lagi. Dia bilang terima kasih karena sudah gue ajak ke studio dan diajak bikin lagu bareng. Oh ya, draft lagu yang gue ciptakan buat Ranya masih tersimpan di PC studio. Belum gue selesaikan.
"Kalau butuh bantuan kayak waktu itu lo minta tolong Dewa buat jadi gitaris Ranya, kabarin ya, Sak. Gue siap bantu," ujar Ceye sambil berjalan ke arah PC.
"Ada draft lagu gue tuh. Jangan diotak-atik, itu bikinan gue sama Ranya," kata gue ketika Ceye menyalakan PC. Pasti dia bakal ngulik lagu lagi sampai malam.
![](https://img.wattpad.com/cover/181997647-288-k134713.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikraluna
Teen FictionRanya, solois indie yang baru memulai debutnya mendaulat Sakti, bassist band Anchorbolt, untuk menjadi pengisi bass dalam setiap panggungnya. Lalu hubungan mereka berubah menjadi duri yang menjebak. Tidak ada jalan mundur. Bertahan meski berdarah, a...