Ranya, solois indie yang baru memulai debutnya mendaulat Sakti, bassist band Anchorbolt, untuk menjadi pengisi bass dalam setiap panggungnya. Lalu hubungan mereka berubah menjadi duri yang menjebak. Tidak ada jalan mundur. Bertahan meski berdarah, a...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sakti
Siaran di Frou Radio akhirnya selesai. Gue nggak nyangka keputusan Gara dan Gendis --dua penyiar Frou Radio untuk mengajak gue siaran bareng Ranya ternyata bisa membuat cewek itu jauh lebih luwes dan santai. Karena selama gue mendengarkan semua interview radio Ranya sebelumnya, dia masih grogi dan kebingungan menjawab.
Bukan berarti gue mengambil porsi Ranya pas siaran. Gue tetap membiarkan dia ngoceh apa adanya. Tapi kalau ada yang kaku-kaku sedikit, baru deh gue masuk sebagai tim penggembira dan background suaraketawa-ketawa garing.
Gue sudah berteman dekat Gara, sang pendiri Frou Radio. Dia anak band juga, lebih tepatnya gitaris sebuah band post-rock. Gara dan sahabatnya bernama Gendis menyewa sebuah kamar kos untuk dijadikan studio siaran. Penyiarnya cuma mereka berdua dan Frou Radio pun mengudara lewat streaming. Frou Radio, kata Gara, cuma buat have fun dia dan Gendis. Tapi pendengar radio mereka banyak, gue juga nggak tahu kenapa.
Selesai siaran, gue dan Gara memutuskan untuk merokok di teras. Sementara Ranya dan Gendis masih mengobrol di dalam studio.
"Off the record, Sak..." Gara menepuk lengan gue ringan sambil mengisap rokoknya. "Lo kenapa mau bantuin Ranya sebegininya, sih?"
Gue menoleh dan tersenyum tipis. "Kan tadi udah gue ceritain semua pas siaran."
"Kan gue bilang off the record, artinya gue pengin tahu alasan lain. Lagian bukannya lo bisa dapetin project yang lebih profit daripada bantuin anak baru?"
"Lo mau tahu apalagi?"
"Ada alasan personal, kan?"
"Kayak lo ke Gendis?" Gue membalasnya dengan telak.
"Kampret!"
Gue tertawa. Semua orang juga tahu Gara naksir Gendis. Sayangnya, Gendis nggak peka. Bahkan alasan Gara membuat Frou Radio adalah supaya hobi ngoceh Gendis bisa tersalurkan. Gara sampai rela mengorbankan waktu, tenaga, dan uang jajannya untuk membuat Frou Radio berjalan dan membuat Gendis senang.
"Gue nggak pernah mengukur sebesar apa bantuan gue ke Ranya, Gar. Gue cuma ikutan seneng tiap lihat achievement dia."
"Hahaha, klasik amat. Nih gue kasih tahu, perhatian gue ke band jadi berkurang sejak bikin Frou bareng Gendis. Sampai sini lo paham polanya kan, Sak?"
Gue mengedikkan bahu pura-pura bego walaupun sebenarnya ada bagian dari omongan Gara yang gue pahami. Kami sama-sama punya band dan sama-sama sedang mengurus hal lain di luar band yang membutuhkan perhatian lebih. Dalam hal ini, Gara dan radionya, sedangkan gue dengan Ranya.
Gue akui Gara jago soal beginian. Entah karena dia memang peka, entah karena dia merasa posisi kami sama.
"Nggak jarang gue bolos latihan band cuma buat nemenin Gendis siaran," lanjut Gara membuyarkan lamunan gue.