The Song & The Secret

546 51 1
                                    


"AKHIRNYA SELESAI JUGAAAAAAAAAAAAA!!!"

Rara menghempaskan badannya di Gazebo, tak sabar untuk bersantai setelah kerja bakti membersihkan Gubuk. Terlalu kencang sepertinya, karena gadis itu langsung meringis kesakitan memegangi lengannya.

"Pelan-pelan, dek..." Ucap sang kakak, yang hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Ini gazebonya nakal banget sih!" Gerutu Rara, sembari memukul Gazebo tak berdosa itu. Sebenarnya, ia kesakitan karena memar ditubuhnya akibat pukulan Reza masih terasa. Namun, tak mungkin mengungkapkan itu didepan Selfi, kan?

"Malah nyalahin Gazebonya!" Selfi pun naik ke atas Gazebo, bergabung dengan Rara. "Sini, kakak elus-elus biar sembuh"

Selfi pun berpura-pura mengusap-usap lengan Rara, untuk kemudian mencubitnya dengan keras.

"Aaaawwwwwwwwww! Ceppy, sakiiit! Kukunya Panjang!"

"Mana ada kuku Panjang!" Jawab Selfi sambil tertawa.

Yang dicubit pun mengembungkan pipinya, ngambek. Meskipun tetap saja menaruh kepalanya di pangkuan Selfi. Karena sudah biasa dengan ngambeknya si adik, Selfi pun memilih untuk memandang sekelilingnya, menikmati keindahan alam bak lukisan sambil membelai-belai rambut adiknya.

Entah mengapa, tiba-tiba ia teringat Ayahnya...

"Dek..."

"Hhhhmmm" Rara menjawab seadanya dengan mata terpejam.

"Dek, kakak kepikiran Ayah..."

Kalimat itu sukses membuat Rara membuka matanya. "Kenapa memangnya?"

"Waktu kita tinggalin Ayah dalam keadaan pingsan... " Selfi berhenti sejenak, ragu untuk melanjutkan. "Gimana kalo.... Gimana kalo..."

"kalo dia ga bangun-bangun lagi?" Rara menyelesaikan kalimat Selfi dengan tak sabar.

Selfi mengangguk.

"Kakak tenang aja, Rara udah periksa semuanya. Waktu Rara bersihin serpihan piring, darah nya tuan Reza udah ga keluar lagi, artinya lukanya ga begitu dalem. Dia pingsan juga kemungkinan karena shock dan pusing, apalagi saat itu dia lagi dalam keadaan mabuk. Lagian, sebelum pergi, Rara sempet setting Alarm didekat Ibu tidur dua jam setelahnya. Jadi kalo dia ga bangun2, Ibu Rara yang akan bangun dan nolongin dia.

"Kenapa harus dua jam?"

"Ya biar pas dia bangun, kita udah jauh... "

Selfi terdiam. Dari awal berjumpa dengan Rara, dia sudah tahu betapa jeniusnya anak ini. Tapi tetap saja, kecerdasan Rara tak pernah berhenti mengejutkannya. Di waktu yang sesempit itu, Rara mampu memikirkan sesuatu sampai sejauh ini.

"Lalu Handphone kakak yang kamu simpen?"

"Rara udah kubur sama pecahan piring di kebun belakangnya Jirayut"

"Rara! Itu kan handphone mahal!"

"Justru karena mahal, makin mudah dilacak!"

"Yaah... padahal disana ada foto-foto kita berdua..."

Dan foto Ibu juga.... Selfi menambahkan dalam hati, sedih.

"Ga usah foto, sekarang Ceppy liat aja nih muka Rara yang cantik ini lama-lama..."

Sang adik pun memasang wajah jeleknya, membuat sang kakak tertawa. "Cantik banget kamu kayak gitu, dek!"

Rara membalas dengan menjulurkan lidahnya. "Ngomong-ngomong Jirayut mana siih, lama bangettt!"

A Million DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang