Regret

490 48 9
                                    


"Kau harus yakinkan Ayahmu untuk mau membatalkan laporannya...."

Selfi mencelos. Bagaimana mungkin dia dapat membujuk Ayahnya untuk mencabut laporannya, jika sang Ayah bahkan tak mau menatap wajahnya? Bagaimana ia bisa meminta sang Ayah membatalkan kasus Rara, kalau untuk membatalkan kasus anak kandungnya saja perlu konspirasi dan manipulasi sana sini?

Tapi, tak ada alasan menolak, kan? Rara sudah melakukan semuanya, sekarang giliran Selfi.

Ridwan sepertinya melihat kekhawatiran adik sulungnya, karena sedetik kemudian, ia melambai-lambai didepan wajah Selfi untuk merebut perhatiannya.

"Hey, kok malah diem?" Ujar Ridwan. "Ayahmu belum berubah?"

Selfi menggeleng sedih. "Cuma ringan tangannya saja yang hilang, sisanya masih sama..."

Ridwan mengerutkan dahinya. "Dia masih mikir kalau kecelakaan itu salahnya kamu?"

"Ya memang salah siapa lagi? Selfi yang ceroboh gak periksa perahunya dengan teliti." Gadis itu lalu melanjutkan dengan muram. "Kalau saja..."

"Tunggu, tunggu!" Sela Ridwan. Ia terlihat bingung. "Donny belum kasih tahu kamu dan Ayahmu?"

"Donny?" Sekarang giliran Selfi lah yang kebingungan. "Donny siapa?"

"Donny, notaris pribadi Ayah kamu, yang bantuin kamu untuk pertahanin Villa?"

Ridwan yang berkata dengan ringan tanpa dosa, sukses membuat Selfi menganga lebar.

"Om Donny? Maksudnya, Pipo? Temen baik Ibu?"

"Iya, siapa lagi?"

Selfi tidak percaya ini. Bagaimana ceritanya sampai Ridwan bisa mengenal orang yang sudah Selfi jarang temui lagi sejak Ibunya meninggal?

"Kok Uwan bisa kenal sama Pipo?"

Yang ditanya malah menepuk keningnya sendiri. "Sial! Harusnya Donny udah kasih tahu sebelum kami berdua kesini..."

"Kasih tahu apa? Ada apa lagi ini sebenarnya?"

Sungguh, Selfi merasa sebentar lagi Jantungnya akan collapse jika terus menerus menerima kejutan seperti ini. "Uwan! Kenal Pipo darimana!"

Desakan Selfi membuat Ridwan tak mau berbelit-belit. Maka, dengan tenang ia berkata "Selfi pernah cerita kan, orang ini yang bantuin Selfi ngurus segala birokrasi bangunan sedemikian rupa sampai Ayahmu gak tahu kalau Villanya belum dihancurkan?"

Selfi mengangguk.

"Siapa lagi yang bisa ngurus surat menyurat dan legalitas seperti itu kalau bukan seorang Notaris? Jadi yang Abang lakuin cuma tinggal pergi ke pak RT dan tanya siapa kuasa hukum Villa itu. Dapet deh telponnya Donny!"

Okay, tak perlu ditanya lagi, pastilah gadis mungil berotak ensiklopedis dibalik semua ini. Jadi, Selfi hanya menanyakan satu hal yang menurutnya masih mengganjal.

"Lalu, untuk apa kalian cari kontaknya Pipo?"

"Kalau itu....."

"Sebaiknya kita tunggu orangnya saja!" Awan memotong jawaban Ridwan. Layar handphone menyala ditangannya. "Mereka sebentar lagi sampai..."

Mereka siapa?

Selfi baru saja hendak membuka mulutnya untuk bertanya, ketika terdengar suara mobil Ayahnya datang. Tak lama, sang Ayah pun masuk diikuti oleh orang yang baru saja mereka bicarakan.

"Pipo?" Selfi berucap tak percaya. "Pipo!!"

Seperti melihat kerabat yang sudah lama tak dijumpai, ia pun langsung berlari, melewati Ayahnya, untuk kemudian berhambur memeluk Donny.

A Million DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang