Ridwan the Sinner

538 50 3
                                    


"BANGUUUUUUUUUUN!!!!"

Suara menggelegar Ridwan membuat Selfi terlonjak. Dengan panik ia bangkit, dan celingukan kanan kiri mencari tahu.

"Apa! Kenapa??" ucapnya. Jangan lagi, jangan Polisi lagi....

Tapi Ridwan malah tertawa-tawa. Sepersekian detik kemudian, ia pun sadar Ridwan sedang menjahilinya.

"UWAAAAAAAAAAAAAAAAAANN!!!"

Rara lah yang berteriak kesal. Sementara Selfi mengurut-urut dadanya. Lega tidak terjadi apa-apa.

"Udah nyampe, nih! Tidur mulu!"

"Ye! Coba Uwan yang pengap-pengapan disini. Pegel tau!"

"Ye! Coba nyetir semaleman. Pegel tau!"

"Jadi Uwan ga ikhlas? Mulai itung-itung nih?"

"Lagi bilangnya pegel, tapi tidurnya kayak orang pingsan. Coba deh.."

Selfi menggeleng-gelengkan kepala mendengar pertengkaran Abang-Adik itu. Daripada pusing, dia memilih untuk melihat keadaan sekeliling.

Saat itu hari sudah terang benderang. Entah pagi atau siang, Selfi sudah kehilangan hitungan waktu. Namun dari arah teriknya matahari yang masih condong ke timur, sepertinya masih pagi.

Mereka berhenti disebuah Masjid. Didepannya, terdapat pohon besar dengan saung kecil dibawahnya. Dibawah pohon itulah Ridwan memarkir mobilnya. Dikejauhan, samar-samar Selfi bisa mendengar suara riuh ramai, seperti ada perkumpulan besar.

"Kita dimana ini, Bang?" Selfi Bertanya, memotong diskusi tak berfaedah Ridwan dan Rara.

"Kita dibelakang pasar Induk" Jawab Ridwan. Ia pun mengarahkan telunjuknya ke sumber suara ramai yang tadi Selfi dengar. "Disana ada pasar induk yang lumayan besar, yang ramai 24 jam..."

"Kalau ramai, bukannya lebih riskan ya Bang?" tanya Selfi.

"Justru didesa ini banyak orang asing datang dan pergi, jd kita ga akan dicurigai. Gak kayak di desa-desa kecil seperti desa kita, yang satu orang baru dateng aja sekampung langsung tau..."

"Kalau ada Polisi yang ngenalin muka kita gimana?" kali ini Rara yang bicara.

"Nah, makanya..." Ridwan mengeluarkan dua buah kantong plastik, yang satu ia lemparkan ke Rara dengan kasar. "Itu Abang beliin kalian baju ganti. Ada kaos, celana ama topi. Kalian bisa nyamar jadi laki-laki"

Lalu Ridwan memberikan kantong satunya ke Selfi dengan sopan. "Nah ini makanan buat kalian. Pasti laper kan?"

Rara memandang bungkusan makanan Selfi dengan cemberut. "Uwan emang ya, kalo ama aku dillempar-lempar, ama Ceppy lembut banget!"

"Abang mah sesusai karakter aja... Eits!!" Ridwan dengan sigap menghindari cubitan Rara. "Itu kan di kantongnya Selfi makanan, masa iya Abang lempar-lempar!"

"Tapi kan tetep aja..."

"Udah, udah!" Selfi memotong Rara yang hendak protes. "Yuk, kita makan dulu dek. Di saung itu aja, Kakak pegel banget disini..."

Masih ngomel, Rara pun mengikuti sang Kakak untuk turun dari mobil dan duduk di Saung untuk mengisi perutnya. Ridwan pun ikut duduk dan makan.

"Eh, Bang. Kok bisa sih Abang Uwan nyembunyiin Rara tepat sebelum Polisi-polisi itu dateng? Kok Abang bisa tau mereka bakal ke panggung?" Tanya Selfi, sembari menyuap makanannya. Ia benar-benar penasaran bagaimana Ridwan bisa menyelamatkan Rara tepat pada waktunya. Sebentar saja Ridwan terlambat, Selfi tak berani membayangkan akibatnya...

A Million DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang