Altercation

489 41 12
                                    


Hari-hari berikutnya berhasil dilewati Rara dan Selfi tanpa kejadian yang berarti. Mungkin satu-satunya tantangan yang mereka hadapi hanyalah kebosanan. Bayangkan saja, berkutat sehari-hari ditempat dan ruangan yang sama. Berinteraksi dengan orang yang sama pula. Tidak banyak kegiatan yang dapat dilakukan. Apalagi, tempat itu jauh tersembunyi dari pemukiman, tidak ada tetangga yang bisa diajak bercengkrama. Kalaupun ada, mereka tidak akan boleh sembarangan menyapa, kan?

Untunglah, hari ini agak sedikit spesial, karena Ridwan yang setelah tiga hari pergi, mengirimi mereka pesan singkat bahwa ia akan kembali siang ini. Ya, sebelum pergi, Ridwan memang berhasil membeli telepon genggam murah meriah, yang tak bisa berbuat apa-apa selain menerima telepon atau sms darinya. Sesuai kesepakatan bersama, handphone tersebut hanya boleh diisi oleh nomor Ridwan.

Maka, setelah mengisi perut seadanya, Selfi dan Rara langsung duduk manis diruang tengah. Sebagai orang yang terisolasi, kedatangan Ridwan dari dunia luar sangat dinanti-nanti. Siapa tahu, Abangnya itu membawa berita yang bisa menghibur hati, atau setidaknya, makanan yang tak bisa dimasak oleh Selfi.

Keduanya duduk dengan gelisah, tak sabar menunggu. Tapi jika Selfi sibuk tegak-duduk karena terlalu antusias, Rara malah tak tenang karena tegang. Kakaknya bisa mengetahui, dari kebiasaan buruk sang adik yang selalu menggigit bibir bawahnya dikala gundah.

"Kenapa sih, dek?" Selfi tak tahan untuk tidak bertanya.

"Hah, kenapa?" Rara seperti ditarik paksa dari lamunannya.

"Iya, kamu kenapa?"

"Kenapa?"

"Ini kita mau saling tanya pertanyaan yang sama terus menerus, atau kamu mau cerita sebenarnya ada apa?" geram Selfi.

"Iya, maksudnya Rara kenapa?"

"Kamu kok keliatan ga tenang gitu... Semacam ada yang dikhawatirkan..."

Rara mengutuk dirinya sendiri yang terlalu transparant didepan Selfi.

"Rara kepikiran aja, takut Uwan ada apa-apa dijalan..." Gadis mungil itu beralasan. Untunglah, kakaknya percaya.

"Kita berdoa aja, semoga gak ada apa-apa..." Ujar Selfi, berusaha bijak. "Kan tadi Uwan juga udah SMS katanya bentar lagi sampe..."

"Iya... Iya..." Rara menjawab cepat, tak ingin melanjutkan pembicaraan.

Dan semesta sepertinya mendukung Rara, karena tak lama kemudian, terdengar suara bariton yang sangat mereka kenal mengucapkan salam dari arah pintu belakang.

"UWAN!!"

Selfi melonjak girang, langsung berlari menghampiri Ridwan. Rara mengikuti dari belakang.

"Ceppy..." Ridwan memeluk Selfi singkat, lalu melakukan hal yang sama ke adiknya yang satu lagi. Tapi ke Rara, ia menambahkan dengan mengusap-usap kepalanya.

"Kalian gak berantem selama Abang tinggal, kan?" Ujarnya sembari berjalan masuk ke ruang tengah. Begitu mendekati sofa, pemuda itu langsung menghempaskan dirinya ketempat duduk itu. Raut mukanya tersirat kelelahan yang amat sangat.

"Gak lah, kita mah akur ya, Dek?" Ujar Selfi, yang sudah menyusul Ridwan dan duduk di sampingnya.

"Iya, kita baik-baik aja disini..." Rara mengisi kursi kosong diseberang kakak Laki-lakinya. "Gimana disana? Ayah Ical apa kabarnya? Ketemu Jirayut gak?" cecarnya.

Ridwan tak menjawab. Pemuda itu malah memejamkan mata dan memijit-mijit kepalanya.

"Satu-satu nanya nya!" tegur Selfi kepada Rara. "Abang capek banget kayaknya, Selfi ambilin minum dulu ya!"

A Million DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang