Hiding Away

472 45 3
                                    


Hari sudah akan gelap. Matahari saja mulai meredupkan sinarnya, bergantian dengan sang bulan. Namun Selfi, Rara dan Ridwan masih ditempat yang sama. Masih menunggu di sebuah Saung didepan Masjid.

"Sampe kapan kita harus nunggu disini sih!" Rara yang sejak tadi tidur-tiduran dengan gelisah, kini duduk dan celinguk kiri kanan. Seperti menunggu sesuatu.

"Sabar, Dek..." Selfi menjawab sekenanya. Karena masih merasa Lelah, ia masih berbaring disebelah Rara. Sementara Ridwan tertidur disampingnya.

"Nanti keburu malem. Emang kita mau tidur disini? Kenapa ga cari penginapan dulu aja sih, nanti ketemu Ayah Icalnya disana!"

"Ga bisa lah, Dek. Kan kamu sendiri yang bilang penginapan kayak gitu riskan di datangi Polisi. Lagian perlu tanda pengenal kan, lebih bahaya..."

"Iya, tapi kan ga disini juga! Banyak nyamuk lama-lama. Tidur didalam masjid aja gimana?"

"Jangan! Nanti kita ganggu orang mau Ibadah..."

"Serba salah deh sama Ceppy, nih!" Gerutu Rara. "Si Uwan enak-enakan tidur!"

Si bontot pun menepuk kaki Ridwan dengan keras.

"Adek!" Tegur Selfi. Kadang jika sifat kekanak-kanakannya kumat, Rara bisa sangat menyebalkan. "Biarin aja, kasian dia nyetir semalaman ga berhenti..."

"Dia udah tidur berjam-jam, Ceppy. Jangan-jalan malah pingsan! Lagian takutnya nanti Ayah Ical nelpon lagi..."

"Aduuuh sumpah berisik banget kalian berdua!"

Tak tahan mendengar cuitan Rara, Ridwan akhirnya terbangun.

"Si Rara nih, Bang. Ga sabaran banget..."

"Uwan, liat handphonenya siapa tahu ada kabar dari Ayah Ical!"

Ridwan yang terbangun dengan paksa, bertambah pusing karena langsung dicecar Rara.

"Ampun deh, ga ada! Nih, liat ga ada!" Pemuda itu menyodorkan layar handphonenya tepat didepan muka Rara. "Lagian yang dibilang Kang Ical udah jelas banget tadi. Kita suruh tunggu disini aja, ga boleh kemana-mana!"

"Iya, tapi berapa lamaaaaaa"

Ridwan baru akan membuka mulutnya, hendak memarahi Rara yang tak bisa bersabar. Namun terhenti karena ada suara motor yang datang mendekati mereka.

"YAYA!!"

Seseorang yang duduk dikursi belakang langsung melompat sedetik setelah motor berhenti. Orang itu berlari kearah Rara, yang juga langsung turun dari Saung dan menyambutnya.

"AYUUTT!!!"

Kedua sahabat itu pun saling memeluk. Tak perlu membuka helm, semua yang disana sudah tahu kalau orang itu Jirayut, anak semata wayang Ical.

Dan sudah bisa ditebak, sipengendara motor itu adalah Ical. Orang yang mereka tunggu-tunggu sedari tadi akhirnya sampai juga.

"Ayah Ical!" Kini Selfi yang berlari memeluk Ical. Lega orang tua angkatnya ini baik-baik saja setelah kejadian semalam.

"Ayah!" Rara pun ikut bergabung dengan Selfi. Jadilah kini Ical memeluk kedua putrinya dengan erat. Ia juga bersyukur tidak terjadi apa-apa dengan mereka.

"Kalian ga apa-apa, kan? Baik-baik aja, kan?"

"Mereka ga papa, Kang. Ada Ridwan yang jaga..." Ridwan juga sudah mendekat. Ical melepas kedua putrinya untuk merangkul Ridwan.

"Terima kasih ya, Wan. Kamu udah jaga adik-adik kamu..."

"Udah kewajiban saya, Kang!"

Ical tersenyum bangga mendengar jawaban Ridwan. Sementara disebelahnya, Jirayut yang sudah melepas helmnya kini tengah memeluk Selfi dan menanyakan kabarnya.

A Million DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang