"Keputusan yang sudah diambil akan percuma jika disesali di lain waktu. Bahkan kadang kata maaf tidak akan bisa membayar kesalahan yang telah kita perbuat."
Bulan Oktober datang lebih cepat dari perkiraan, dan tanpa terasa, musim gugur telah tiba. Itu juga menandakan Vika yang mengenal Feby hampir beberapa minggu lamanya. Meski begitu, dia masih merasa membencinya, dia bahkan masih berada dalam kondisi yang tidak baik. Selama ini dia telah berlarut-larut dalam kesedihan karena kepergian dan juga pengkhianatan sahabatnya.
Memiliki Feby di sisinya terasa seperti pengganti dari seseorang yang telah pergi, dan menurut Vika, sahabatnya itu tidak bisa digantikan oleh siapa pun. Mereka tidak berbagi kenangan bersama, mereka tidak saling mengenal seperti dirinya dengan sahabat lamanya, mereka tidak memiliki ikatan apapun. Dan untuk membangun semuanya butuh waktu yang cukup lama.
"Feby eonnie adalah anak yang baik, mengapa Eonnie tidak menyukainya?"
"Benar, dia juga selalu siap membantu kita semua! Sekali waktu dia pernah membantuku mengerjakan tugas dan hal-hal lainnya," tambah Elia.
Hal-hal yang baik selalu menjadi bahan ucapan kedua saudara itu. Mereka merasa kalau sikap Vika sangat tidak rasional. Tidak ada hal yang dapat menjelaskan mengapa Vika menjadi seperti itu setiap kali Feby muncul. Tapi mereka berdua juga tidak pernah tahu, bahwa ada banyak hal lainnya yang harus dijauhi dari anak baru itu.
Seperti senyumnya yang tenang seperti ingin menutupi sesuatu, dan seperti tatapannya yang tajam seperti ingin menelaah sesuatu. Jika dia berhasil memandang mata seseorang, dia terlihat seperti sibuk membaca sesuatu, seakan-akan dia bisa membaca isi pikiran hanya dari tatapan mata. Terlebih, dia yang juga memiliki bias Winwin dan celotehan yang sama seperti sahabat lamanya. Hal-hal ini lah yang tidak mereka perhatikan.
"Apa kalian sudah dengar berita dating dari agensi itu?" Ucapan Clara membuat keempat remaja yang berada di sana terlonjak karena ucapannya yang tiba-tiba dan memecahkan keheningan. "Ah, belum dengar ya."
Feby menggelengkan kepalanya. "Memangnya ada apa?"
"Lihat ini," ucap Clara sembari menunjukkan gambar yang berada di ponsel. Ketiga gadis yang diberikan itu terpaksa berdempitan untuk bisa melihat foto yang tergolong kecil itu. Feby bahkan terpaksa untuk menempel dengan Vika yang memberikan anak itu sebuah tatapan maut.
"Oh, ini," jawab Vika dengan dingin sebelum mendorong Feby dengan sedikit kasar. "Aku akan ke kelas."
Belum kedua sahabatnya menjawab perkataan Vika, dia sudah berjalan pergi meninggalkan yang lain. Feby tersenyum kecut melihat sikap dingin Vika. Dia tidak tahu mengapa anak itu bersikap dingin kepadanya atau seperti antagonis, padahal Feby tidak merasa melakukan kesalahan atau bahkan mengenalnya dengan baik.
Kedua sahabat yang tersisa itu saling bertatapan dan menatap Feby dengan tatapan yang simpatik. Mereka tidak bisa melakukan apapun, mereka juga tidak bisa membujuk Vika karena mereka sekarang sudah tahu apa alasan Vika bersikap seperti itu kepada Feby. Mereka tahu bagaimana Vika menganggap bahwa Feby adalah pengganti dari Ara, bahkan kesukaan mereka sedikit mirip, berdekatan dengannya membuat Vika kembali mengenang masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Fans {COMPLETED}
FanfictionMenjadi seorang fans tidaklah mudah, bahkan ada banyak hal yang harus mereka lewati. Kisah ini tidak seperti kisah yang lain, di mana kau akan bersama dengan idolmu. Kisah ini tidak menunjukkan kisah romantis bagaimana kau dengan idolmu berakhir be...