Chapter 20 || Hemophobia

91 25 0
                                    

"Melihatmu berada di stage adalah kebahagiaan untukku. Dan tau bahwa kau ada, menjadi penyemangatku untuk terus hidup di saat orang lain hanya berpura-pura."

Berita tentang Feby yang terluka menyebar dengan cepat, terlebih karena Vika yang memberitahu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berita tentang Feby yang terluka menyebar dengan cepat, terlebih karena Vika yang memberitahu. Kedua maknae itu segera dihubungi oleh Vika dan diminta kehadirannya di rumah sakit yang telah dikirim alamatnya. Clara tentu tidak masalah, lagipula dia tidak memiliki hal lain yang perlu dikerjakan saat itu. Berbeda dengan Elia yang langsung merasakan dirinya gemetar.

Dia bukan takut dengan rumah sakit, tapi dia takut dengan apa yang ada di sana. Melihatnya saja bisa membuat dirinya merasakan panas dingin. keringat akan langsung mengalir, tangan, kaki dan tubuhnya dengan sendirinya akan langsung gemetaran hebat tanpa ada sebab yang pasti. tapi Elia tahu, dia tahu kenapa dia seperti itu.

"Appa," ucap Elia yang membangunkan ayahnya yang tertidur di sofa masih dengan TV yang menyala. "Ada ... temanku masuk ke rumah sakit."

"Lalu?" Ayah Elia memandang ke arah anaknya dengan tatapan setengah mengantuk. Dia bahkan mengusap-usap sebelah matanya untuk memandang anaknya lebih jelas.

"Aku ingin datang, namun perasaan ini," ujar Elia yang langsung dihentikan.

"Mereka belum tahu, kan?" Elia menjawab pertanyaan ayahnya dengan sebuah anggukan kecil. Kepalanya tertunduk sangat dalam. "Kalau begitu, jangan memaksakan dirimu. Clara juga pasti akan membantu dirimu membuat sebuah kebohongan."

"Tapi bohong itu kan tidak baik, terlebih di antara sesama sahabat." Elia menatap ayahnya dengan pandangan ingin marah. "Bahkan yang disebut white lies itu tidak rasional!"

"Lalu, apa kau punya penjelasan selama kau masih menutupi kenyataan dirimu?"

Elia terdiam mendengar ucapan ayahnya. Memang benar berbohong itu merupakan hal yang salah. Tapi di saat yang bersamaan juga dia belum siap untuk memberitahu sahabatnya yang lain tentang kondisinya ini. Hanya Clara saja, cukup dia saja yang tahu, begitulah yang dipikirkan Elia. Dia tidak mau teman-temannya tahu hingga menghasianinya. Tatapan-tatapan simpatik bodoh yang dibenci ELia.

Elia tumbuh dengan semua kepalsuan yang diberikan orang, melihat semua orang yang mengasiani dirinya, namun semua itu hanya untuk sesaat. Di depannya mereka akan bersikap manis dan lainnya, tapi ketika mereka merasa dia tidak akan mendengar, mereka akan mulai membicarakan itu. Alasan semua orang menatapnya dengan simpatik. Elia merasa muak dengan semua itu.

Dari semua orang yang menatapnya dengan simpatik, hanya Clara anak yang selalu menyambutnya dengan senyuman. Dia tahu kalau Elia memiliki masalah, tapi dia tidak melakukan apa-apa untuk menghiburnya, namun melakukan apa yang sewajarnya. Bersikap normal dan terus menjalani hari. Pada akhirnya seseorang tidak akan bisa memutar balik waktu, tapi mereka bisa membuat hari esok lebih baik lagi.

Just Fans {COMPLETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang