"Setiap hari sudah ditakar untuk menyimpan cerita. Sedih, senang, susah, kecewa. Kita sama-sama tak bisa tenang. Jadi, jangan egois ya?"
⏳⏳⏳
"Pulang sekolah ke rumah kan? Mama mau bicara sama kepala asrama kalau kamu nggak akan tinggal--"
"Mama apa-apaan sih?!" Aluna meletakkan sendok yang hampir saja masuk ke dalam mulutnya dengan kuat, menimbulkan suara yang membuat senyum Tania perlahan pudar.
"Kamu nggak mau pulang?" tanya Tania tenang, mencoba untuk tak terpancing amarah.
"Aku suka di asrama." Jawab Aluna ketus. Belum sempat Tania bicara, Aluna kembali melanjutkan perkataanya. Sebuah kalimat yang selama 5 tahun Aluna sembunyikan. "Aku nggak suka di rumah."
"Aku juga suka di sekolah, tapi bukannya rumah adalah tempat yang harusnya paling kita sukai?" Ucap Elsa yang diakhiri dengan pertanyaan. Nada bicaranya tenang, ia melirik ke arah Tania sekali untuk memastikan jawaban Aluna tadi tak melukai perasaan Tania.
"Tempat tanpa lo adalah tempat yang paling gue suka." Jawab Aluna tegas sebelum akhirnya menyambar tas yang tergeletak di sisi kursi makan dan pergi meninggalkan rumah.
"Kamu nggak apa-apa?" tanya Tania sambil menatap Elsa sedih. Elsa mengangguk, membalas tatapan sedih Tania dengan senyuman.
"Aku nggak apa-apa, Ma."
...
Sekolah adalah tempat ternyaman bagi Aluna. Dulu sekali sebelum ia menyadari bahwa Elsa mulai membuat semua yang Aluna miliki terbagi dua, Aluna masih menganggap rumah adalah tempat ternyaman, pelukan Tania dan Alta adalah tempat pulang terbaik. Namun semua pemikiran itu mulai berubah ketika Aluna menyadari Elsa mulai mengambil semua yang dia punya.
Semuanya terbagi. Cinta orang tuanya, cinta Aunty-nya, teman-temannya. Aluna merasa orang-orang terdekatnya semakin menjauh. Itu tak masalah jika Elsa adalah adik kandungnya, namun Elsa tak memiliki hubungan darah dengan keluarganya.
Asrama sekolah adalah tempat terbaik dari yang paling baik. Walaupun ada Satria, musuh bebuyutannya yang sangat menyebalkan, asrama tak pernah seburuk rumah. Tingkah konyol Satria memang sering membuatnya kesal, namun ketika malam dan Aluna kesepian, semua ingatan tentang tingkah konyol itu akan langsung membuatnya tertawa.
"Eh, ada anak pungut."
Suara yang Aluna dengar membuatnya langsung menoleh ke sekelilingnya, mencari sosok Elsa yang dimaksud oleh suara tadi. Namun ia tak menemukan Elsa di sekitarnya, ia bahkan tak berangkat bersama dengan Elsa.
Belum sempat Aluna kembali memutar pandangannya ke depan, sebuah bak sampah kecil berisi ditumpahkan tepat di atas kepalanya. Aluna membeku, tak menyangka hal semacam ini akan menimpa dirinya.
"Lo kan dipungut dari bak sampah tuh, jadi hari ini lo harus ngerasain gimana rumah lama lo." Ucap seorang cewek dengan tubuh tinggi langsing seraya tersenyum penuh kemenangan. Dia adalah Anita, cewek yang sejak SMP menyukai Satria. Cinta tak berbalasnya membuat Aluna menjadi lampiasan kemarahan, karena bagi sebagian orang, pertengkaran antara Aluna dan Satria memang sangat menggemaskan dan sedikit romantis.
"Gue kira itu cuma sekadar rumor, gue bahkan sempet curiga kalau Elsa adalah anak pungut. Tapi adik lo itu terlalu mewah dan berkelas untuk seorang anak yang dulu tinggal di bak sampah." Anita tak berhenti sampai di sana, dia bahkan menendang sampah di sekitarnya supaya lebih dekat dengan kaki Aluna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time : Why?
Romance"Kenapa waktu kita begitu singkat?" pada suatu malam sebelum kau menghilang, aku pernah bertanya seperti itu. "Waktu kita panjang. Hanya saja selama ini kamu memilih menjauh, sebab itu tak ada kenangan, tak banyak waktu yang menyimpan kenangan." I...