15. Kesempatan

245 38 22
                                    

"Aku tau jalan pulang
Hanya saja aku tak ingin kembali
Beberapa tempat asing terasa lebih nyaman."

✨✨✨

"Lo ambil asrama juga?!"

Aluna menatap Satria dan Sekar yang tiba-tiba berdiri di sampingnya. Sekar dan Tania saling melempar senyum, seakan meledek Satria dan Aluna.

"Satria mau ikutin kamu katanya, Lun." Ucap Sekar mewakili Satria. Satria sama sekali tak menyanggah jawaban tersebut, cowok itu malah mengangguk cepat.

"Ngapain sih?!" Aluna masih menatap Satria penuh permusuhan.

"Biar bisa jagainlah, sekalian biar lo ada temen berantem, biar nggak kesepian." Jawab Satria.

"Satria tuh anaknya manja banget loh, Lun, kamu tau sendiri dia nggak bisa jauh dari Tante. Tapi dia rela tinggal di asrama cuma buat nemenin kamu."

"Tante kok begitu?" tanya Aluna tak senang, gadis itu menatap Sekar kesal. Di sampingnya Tania berusaha menahan tawa, kalau Aluna tau ia juga senang maka Tania juga akan ikut dimarahi oleh gadis itu.

"Satria gantiin Tante buat jagain Aluna ya?" kata Tania dengan senyum menggoda. Satria lantas mengacungkan jempolnya dengan bangga, "Siapa, Tante!" jawabnya lantang.

Aluna tak paham saat itu, bahwa Satria rela menghadapi ketakutannya untuk selalu ada di sisi Aluna.

...

Hari sudah malam, Aluna masih melamun di dalam kamarnya. Beberapa saat lalu ia mendapat kabar polisi tak bisa menemukan Satria di tempat penyekapan, sedangkan mereka berhasil menangkap 2 preman, duanya lagi entah di mana.

Aluna tak bisa memejamkan mata, ia mengkhawatirkan Satria. Sejak tadi air matanya terus menetes, rasa bersalah menghantuinya. Kalau terjadi sesuatu pada Satria, maka Aluna tak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.

Sejak tiba di rumah, ia langsung di antar masuk ke kamar oleh Portia. Dan sejak saat itu juga Aluna menolak orang-orang yang mencoba masuk ke kamarnya. Termasuk Alta.

"Aluna,"

Suara yang terdengar serak itu kembali terdeengar, diiringi ketukan pada pintu. Aluna senang mendengar suara Alta, tapi itu adalah suara yang ingin dia dengar saat dia ketakutan, bukan saat ia sudah aman seperti sekarang.

"Papa belum boleh masuk?"

Hening. Alta tak mendengar jawaban. Aluna pun tak tidur, ia sengaja menutup mulutnya rapat-rapat, menjadikan air matanya sebagai satu-satunya pembicara.

"Aluna udah tidur?" Alta meneguk salivanya, tak lama kemudian ia menghela napas seraya melepaskan gagang pintu yang ia pegang.

Alta tau Aluna belum tidur, Alta tau putrinya itu sedang tidak ingin diganggu. Tapi ia harus meluruskan hal ini secepatnya, tentang betapa salahnya Aluna memutuskan untuk membenci Tania.

"Aluna belum mau bicara?" tanya Portia, cukup membuat Alta kaget padahal ia tau hari ini mamanya memang memutuskan untuk menginap.

Alta mengangguk, Portia mendekat ke arahnya, lalu menepuk-nepuk pelan pundak Alta seraya tersenyum hangat.

"Suaminya Sekar lagi perjalanan bisnis, Tania nginep di rumah Sekar malam ini. Kamu mungkin harus bicarain semuanya baik-baik sama dia besok, jangan sekarang."

Time : Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang