"Takdir tak ada yang tahu. Sekalipun hari ini telah berakhir, ceritanya telah usia, tetap saja esok adalah sebuah misteri."
⏳⏳⏳
Kelas X IPA 1 langsung hening begitu bu Hani masuk dengan wajah yang tak bersahabat. Mereka semua mengira akan ada ulangan dadakan, makanya guru itu sudah bersiap menunjukan wajah menyeramkan.
Tak lama setelah bu Hani masuk, Kenzie pun masuk dengan percaya diri. Kedatangannya membuat satu kelas langsung terpukau. Dalam hitungan detik Kenzie langsung menjadi pusat perhatian. Mereka tak menyangka seorang blasteran tampan akan menjadi siswa baru di kelas mereka.
Elsa orang yang jarang sekali terpukau akan sesuatu. Namun hari ini, ketika teman-temannya menganggumi cowok tinggi yang kini berdiri menghadap mereka, Elsa juga melakukan hal yang sama. Entah dia salah lihat atau apa, tapi tatapan cowok itu terarah padanya, membuat Elsa gugup seketika.
"Silakan perkenalkan diri kamu, Ken." Ucap Bu Hani seraya duduk di bangkunya. Kenzie mengangguk, lalu menatap temannya satu per satu.
"Perkenalkan nama saya Kenzie Branadesta. Semoga kita bisa akrab." Ucap Kenzie sedikit canggung. Teman-teman sekelasnya langsung memberikan tepuk tangan yang meriah sebagai bentuk penyambutan. Kenzie tersenyum tipis ketika melihat Elsa pun ikut memeriahkan penyambutannya.
"Kebetulan bangku di samping Elsa kosong, kamu duduk di sana aja Kenzie." Ucap Bu Hani sambil menunjuk bangku kosong di sebelah Elsa. Kenzie mengangguk, lalu melangkah menuju tempat duduknya.
Elsa meneguk salivanya, ia merasakan puluhan tatapan tak suka mengarah padanya. Saat Kenzie duduk, ia mulai mendengar bisik-bisik yang tak menyenangkan. Namun Elsa berusaha mengabaikannya. Ia menjulurkan tangan ke arah Kenzie seraya memperkenalkan diri.
"Nama gue Elsa," ucapnya seraya tersenyum manis. Kenzie menerima uluran tangan Elsa, lalu menyebutkan namanya.
"Kenzie." Setelah itu, Elsa melepaskan jabatan tangan mereka. Gadis itu mulai mengeluarkan buku dari dalam tasnya. Namun, bisikan itu semakin kuat. Elsa terdiam, mendengarkan dengan baik.
"Dasar anak sampah nggak tau diri."
"Bukannya udah kebongkar ya yang anak pungut siapa?"
"Iya bukan Elsa, tapi kakaknya."
"Tapi gue masih yakin kalau yang dipungut itu Elsa."
"Hei hei hei apa itu pungut-pungut sampah-sampah hah?! Kalian mau ibu suruh pungut sampah di sekeliling sekolah hah?! Mau?!" seru bu Hani marah. Anak-anak perempuan yang sedang bergosip itu langsung terdiam. Elsa mengembuskan napas pelan, lalu meletakkan bukunya di atas meja.
"Ini buku paket, materi sekarang di halaman 301, lo belum dapet bukunya kan?" tanya Elsa seraya menggeser posisi buku paketnya ke tengah. Kenzie mengangguk, menatap Elsa dengan tatapan yang tak bisa gadis itu artikan.
Ia dengar semuanya. Kenzie mendengarnya, tentang gosip yang dibicarakan tadi. Ia menatap Elsa dalam, tak ada emosi dalam mata Elsa. Gadis itu terlihat begitu hampa.
...
"Satria monyet! Lo masih di depan ya?!"
Teriakan memekakan telinga itu terdengar dari dalam toilet wanita. Satria yang bersandar di dinding samping pintu toilet langsung menutup telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time : Why?
Romance"Kenapa waktu kita begitu singkat?" pada suatu malam sebelum kau menghilang, aku pernah bertanya seperti itu. "Waktu kita panjang. Hanya saja selama ini kamu memilih menjauh, sebab itu tak ada kenangan, tak banyak waktu yang menyimpan kenangan." I...