12. Luka dengan garam

244 31 25
                                    

"Ada hati yang sudah tergores
Kamu melukainya tanpa sengaja
Lalu menaburinya garam tanpa sadar."

⏳⏳⏳

Aluna baru saja berhasil turun dari tembok sekolah ketika sebuah motor menyambar ponselnya, membuat Aluna terkejut bukan main, terlebih orang tersebut menendang perutnya hingga ia tersungkur. Namun alih-alih meringis dan menjawab rentetan pertanyaan khawatir dari Satria, Aluna langsung berlari mengejar motor tersebut.

"Woi! Jangan kabur lo!" teriak Aluna nyaring, diikuti usahanya untuk melempar segenggam batu ke arah motor tersebut, yang sialnya selau meleset dan untungnya tak mengenai orang lain.

"Basi banget teriakan lo!" komentar Satria yang berlari di depannya. Aluna berdecih tak suka, sempat-sempatnya pemuda itu mengomentari larangan yang Aluna teriakan.

"Woi!" teriak Aluna lagi. Keduanya sudah berlari cukup jauh dari sekolah, tanpa sadar memasuki sebuah lingkungan kumuh yang ramai orang. Keramaian tersebut sama sekali tak membantu, mereka malah membuat Aluna dan Satria kesulitan mengejar pencopetnya.

"Udah lah Lun biarin aja, hp bisa beli lagi." Ucap Satria, walau begitu ia sama sekali tak menghentikan larinya, masih terus mengejar si pencopet.

Aluna menyempatkan diri untuk memukul kepala Satria, "Bisa lo beli kenangannya?!" tanyanya kesal.

Perihal ponsel, Aluna sama sekali tak masalah. Ia bisa beli lagi, bahkan tanpa meminta dari Tania dan Alta. Namun benda tersebut menyimpan bentuk kebahagiaan yang kini tak pernah Aluna rasakan lagi.

Banyak foto masa kecilnya di sana, catatan tentang kegiatannya bersama Tania dan Alta yang mampu ia ingat sampai sekarang. Jika boleh, Aluna akan menukar ponselnya dengan orang disampingnya ini. Orang yang sejak tadi berisik tentang betapa jauhnya mereka berlari, betapa lelahnya ia, betapa kurang kerjaannya orang kaya seperti Aluna, namun tak pernah mengurangi kecepatan larinya.

"Gila gua belum pernah ke sini!"

"Nyasar nggak nih kita?!"

"Aduh kaki gue mau copot rasanya Lun astaghfirullah!"

Dan rentetan kalimat mengeluh lainnya. Keduanya memasuki wilayah asing yang tak pernah mereka masuki sebelumnya. Semakin jauh mereka berlari, Satria merasa mereka akan menemui jalan buntu. Ini hanya jebakan, entah kenapa Satria berpikir begitu.

"Kena lo!" ucap Aluna senang ketika mereka menemui jalan buntu, dua orang yang menaiki motor itu turun dengan senyum miring, membuat Satria langsung menahan Aluna yang hendak maju.

"Sial." Umpat Satria pelan ketika menyadari firasatnya yang datang sangat terlembat itu benar. Satria memutar tubuhnya, menarik Aluna untuk lari menjauh. Namun terlambat, di belakang mereka sudah ada dua orang lagi yang bertampang lebih seram.

"Sat," Aluna mendekat ke arah Satria, nyalinya menciut. Namun keinginan untuk mendapatkan ponsel itu lebih besar.

"Mau apa lo semua? Gue bakal biarin kalian ambil hapenya, tapi tolong kembaliin kartu memorinya." Ucap Aluna, suaranya terdengar bergetar karena takut.

Keempat orang jahat tersebut tertawa, pasti menertawakan kebodohan Aluna. Ponsel Aluna yang harganya tak seberapa mana cukup untuk mereka berempat yang gila uang?

Time : Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang