16. Just One Day

231 34 5
                                    

"Satu hari yang penuh makna
Aku harap akan datang hari-hari berikutnya
Ketika definisi kita adalah
Hanya aku dan kamu."

⏳⏳⏳

Aluna memberanikan diri keluar dari kamarnya pagi ini. Dengan langkah kecil ia berjalan menuruni anak tangga. Perasaannya campur aduk, Aluna bahkan tak bisa mendefinisikannya secara detail. Yang jelas, bahagia dan sedih menjadi satu di sana, menarik perasaan lainnya untuk berdatangan.

Haruskah ia bahagia atas kepergian Elsa? Haruskah ia bahagia saat Satria bahkan belum ditemukan? Ya, Aluna ingin bahagia, setidaknya hari ini, ketika hanya ada dirinya sendiri. Namun ia terlalu malu mengakuinya, ia terlalu malu untuk mengatakan keinginannya.

Gadis itu berhenti di anak tangga terakhir, memerhatikan keluarganya yang sudah berkumpul di meja makan. Portia, Alta, Dara, Tania, mereka semua ada di tempat yang sama. Namun yang Aluna lihat, tak ada bahagia, ia malah menemukan awan sedih di sekitar mereka.

Aluna kira, setelah perkataannya kemarin sore Tania akan mendiaminya. Namun dugaannya salah, Tania mendekat ke arahnya, lalu memeluk lengannya dan menuntunnya ke meja makan.

"Mama udah buat sarapan lumayan banyak, sayang banget Elsa berangkat pagi-pagi ke sekolah. Yang ini khusus buat kamu." Tania tersenyum hangat, lalu menyerahkan sepiring nasi goreng putih kesukaan Aluna, sedangkan yang lain memakan nasi goreng biasa.

Aluna menerima piringnya, menatap Tania bingung. Bukankah seharusnya Tania marah karena perkataan Aluna kemarin?

"Kenapa kamu liatin Mama begitu? Mama cantik hari ini?"

Aluna menggeleng dengan cepat, membuat Tania dan Portia tertawa. Saat sadar ada dua bangku yang kosong, Aluna langsung menoleh ke arah Portia.

"Aunty Dara mana, Oma?" tanyanya.

"Lagi tempat Satria, nganterin sarapan buat Tante Sekar." Jawab Portia.

Mendengar nama Satria, raut wajah Aluna kembali memancarkan kesedihan. Apakah Satria sudah makan? Di mana cowok itu sekarang? Bagaimana keadaannya? Aluna benar-benar penasaran.

"Subuh tadi polisi nelpon Tante Sekar, katanya Satria ada di rumah sakit. Jadi kamu nggak usah khawatir ya? Nanti kita jenguk dia." Ucap Tania seraya tersenyum manis.

Mata Aluna terbuka lebar, binar bahagia hadir di sana. Kekhawatirannya lenyap begitu saja. Alta dan Tania ikut merasakan kebahagiaan Aluna sekarang, tanpa sadar Alta tersenyum tipis. Setelah melalui malam dengan duka, pagi ini mereka semua akhirnya punya keberanian untuk terlihat baik-baik saja, seakan tak pernah terjadi apa-apa.

"Papa ijin hari ini, kita bisa jenguk Satria bareng-bareng." Kata Alta setelah menghabiskan segelas air putihnya.

Tania mengangguk-angguk, "Gimana kalau sore aja? Sekalian nunggu Elsa pulang sekolah. Malemnya kita bisa dinner."

Alta mengangguk setuju.

"Wah kayaknya Mama nggak bisa ikut nih, hehehe. Kalian aja nikmatin waktunya, ya. Mama sama Dara langsung pulang aja nanti." Ujar Portia sambil tertawa. Tania dan Alta pun ikut tertawa.

Namun, Aluna lain. Mendengar nama Elsa disebut, sebuah kekhawatiran menyelinap di hatinya. Kali ini, rasa yang tercampur bukan sedih dan bahagia. Melainkan takut dan khawatir. Bagaimana keadaan Elsa sekarang? Bagaimana jika Alta dan Tania tau Aluna berusaha menyembunyikan kepergian Elsa?

Time : Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang