"Setidaknya Tuhan berbaik hati menjadikan kita utuh kembali, walau hanya beberapa saat."
⏳⏳⏳
Rumah Tama di Bandung memiliki pekarangan yang luas. Citra, istri Tama sangat menyukai tanaman sehingga lingkungan rumah mereka terlihat sangat asri. Teman lama Alta itu memiliki 2 orang anak. Anak pertama adalah lelaki sebaya Aluna, sedangkan yang kedua masih duduk di sekolah dasar.
Saat turun dari mobil, Alta langsung disambut pelukan rindu oleh Tama. Mereka disambut dengan hangat, membuat suasana canggung bahkan tak sempat untuk sekadar mampir.
"Udah gadis aja nih Aluna, makin cantik kayak Tania pas muda." Ujar Tama ketika Aluna menyalaminya. Tania yang sedang berbincang dengan Citra lantas menatap Tama tak suka.
"Jadi sekarang gue nggak cantik gitu?" tanyanya sinis. Tama dan Citra tertawa, sedangkan Alta hanya tersenyum miring.
"Biar Alta ajalah yang jawab lo cantik." Kata Tama sambil meninju pelan lengan Alta.
Alta kini tersenyum manis, "masih cantik kok." Ucapnya yang langsung mendapat sorakan menggoda dari Tama dan Citra.
Aluna menahan tawanya melihat pipi Tania yang memerah karena malu. Mama dan papanya terlihat bak remaja lagi, mereka bahagia seakan-akan tak ada tanggung jawab yang harus mereka pegang selain diri masing-masing.
Saat Aluna fokus memerhatikan interaksi para orang tua, pundaknya ditepuk dari belakang oleh Evgar--anak sulung Tama.
"Sokab lo!" ketus Aluna ketika Evgar mengedipkan sebelah matanya. Ketika kecil dulu, Aluna ingat ia pernah sekali main bersama Evgar dan Satria ketika mereka liburan bersama di Bali. Dan setelahnya, Evgar menghilang begitu saja. Tidak ada pesan ataupun telepon, dan sekarang ia mengedipkan matanya seakan tak terjadi apa-apa.
"Ihiy tuan puteri marah-marah aja." Ucap Evgar sambil mencolek dagu Aluna. "Lo mau di sini terus gitu? Memangnya ngerti mereka ngomongin apa?"
Aluna mengalihkan pandangannya dari Evgar, fokus memerhatikan percakapan orang tua mereka.
"Rido mah udah jadi orang penting sekarang, diajakin ngumpul jawabannya sibuk terus." Ucap Tama tampak kesal.
"Hahaha! Lo kayak nggak tau aja klo Dora tuh orang paling sibuk di dunia." Tambah Tania sambil tertawa kencang.
"Kamu masih manggil Rido Ridora?" tanya Alta. Tania mengangguk semangat, yang langsung dihadiahi tawa oleh Citra dan Tama.
Aluna bergidik, "kayaknya seru sih, cuma gue nggak paham." Ucapnya.
"Nah makanya itu, mending pergi dari sini."
"Lo nyuruh gue pulang?!" tanya Aluna marah.
Evgar menghela napas, "Hebat banget Satria bisa sabar sama lo selama ini. Kalo sama gue udah gue pites-pites sampe penyek."
"Coba ulang lagi." Aluna menunjukan kepalan tangannya tepat di depan wajah Evgar, membuat Evgar langsung menyengir lebar seraya mengangkat kedua tangannya.
"Ampun, Boss." Ucapnya.
Aluna menurunkan kepalan tangan tersebut. Belum ada satu detik setelah Evgar mengucapkan kata "ampun" cowok itu kembai menepuk-nepuk pundak Aluna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time : Why?
Romance"Kenapa waktu kita begitu singkat?" pada suatu malam sebelum kau menghilang, aku pernah bertanya seperti itu. "Waktu kita panjang. Hanya saja selama ini kamu memilih menjauh, sebab itu tak ada kenangan, tak banyak waktu yang menyimpan kenangan." I...