10. Menghilangkan waktu

264 28 7
                                    

"Manusia adalah pribadi yang terkunci
Kunci yang kamu temukan, belum tentu kunci yang tepat.
Jangan tertipu."

⏳⏳⏳

Aluna berdiri di balkon kamarnya, mendongak memandangi bintang yang bertaburan di langit. Angin malam berhembus kencang, menembus piama yang dikenakannya hingga Aluna merasa sedikit kedinginan.

Lewat taburan bintang yang dipandanginya, Aluna mulai berimajinasi secara bebas. Wajah Elsa, wajah Tania, wajah Alta, Satria, terlukis di bentangan langit maha luas. Mereka semua orang yang Aluna sayangi, dengan cara yang berbeda, dengan pembuktian yang berbeda.

Ucapan Anita tadi pagi masih membekas di telinganya, terus terpitar seperti kaset rusak yang membuat kepala Aluna berdenyut hebat.

Apakah ia yang terburuk? Seburuk itukah?

"Lo tau kenapa Satria betah temenan sama lo?"

Suara Anita terdengar, gadis itu melompat turun dari jendela, lalu berdiri di samping Aluna. Keduanya memakai piyama dengan warna yang sama, tanpa sengaja tentunya. Aluna tak menjawab, gadis itu menatap Anita sinis.

"Karena dia tau lo sendirian," Anita kembali bicara.

Aluna mendengus kesal. Sendirian? Dia punya Tania, dia punya Alta, dia punya Dara, Sekar dan Vega. Dia tidak sendirian.

"Ya, ya, lo punya mereka semua. Tapi lo harus sadar, anak pungut kayak lo kalau sikapnya kasar dan buruk, keluarga angkat lo pasti bakal ngejauh. Sekarang lo sendirian, Aluna."

"Sok tau!" Aluna membalas dengan sinis.

"Hal itu ngebuat Satria kesayangan gue jadi kasian sama lo, dia deketin lo, nemenin lo karena dia nggak mau lo jadi pribadi yang lebih buruk lagi."

"Lo mau ceramahin gue atau mau ngata-ngatain gue?" Aluna menatap Anita, melemparkan tatapan tajamnya pada gadis itu.

Anita mengendikan bahu, "tergantung lo nangkepnya kayak mana."

"Lagipula kita nggak akrab, ngapain lo ngajak gue ngomong?"

Anita tersenyum sinis, "gue mungkin kasar, tapi gue masih punya rasa kemanusiaan. Hal terpenting yang harus lo inget adalah, manusia punya hati yang harus dijaga."

"Terus maksud lo gue nggak ada rasa kemanusiaan gitu?" Aluna mencibir.

"Nggak. Lo selalu mikir kalau lo yang paling terluka, lo nggak mikirin perasaan orang-orang di sekitar lo. Gue benci sama lo bukan karena lo anak pungut, bukan karena Satria deket sama lo. Tapi gue muak, sama sikap lo. Arogan, jahat."

"Ternyata lo mau ngatain gue, bukan ceramah. Oke, gue udah nyimpulin. Kalau lo masih mau di sini, tetep di sini. Kalau lo mau tidur, cepet ke kamar, biar gue yang di sini."

Anita tertawa mendengar perkataan Aluna, membuatAluna mengernyit karena bingung. Bagian mana coba yang lucu?

"Lo tau kan waktu nggak bisa berhenti? Gue harap lo nggak pernah nyesel pertahanin sifat jahat kayak sekarang." Ucap Anita sebelum menaiki jendela dan masuk ke dalam kamar.

...

"Kak Vega,"

Vega yang sedang menonton televisi tentu sangat terkejut karena mendengar suara Tania. Wanita itu langsung beranjak dari sofa, menemui sang adik yang kini tak lagi satu rumah dengannya.

Time : Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang