13. Batas Kesabaran

252 33 17
                                    

"Aku mencoba menepis semua batasan yang kita punya
Menerobos segala pertahanku hingga hancur
Namun pada akhirnya, tetap ada batasan antara aku dan kamu. Rasaku dan rasamu."

⏳⏳⏳

Anita dibuat kebingungan sejak semalam karena Aluna tak berada di kamarnya. Ia mencoba mengunjungi tempat yang Aluna biasa datangi, yaitu rooftop, namun Anita tetap tak bisa menemukan Aluna. Semalam ia bahkan harus berhobong saat ada pemeriksaan asrama, mengatakan bahwa Aluna sedang ke gedung kelas untuk mengambil barangnya yang ketinggalan.

Harusnya hari ini Anita sudah bisa tenang jika saja ia menemukan Aluna di kelas, namun tadi Aluna juga tak ada di kelas, tak ada guru yang melapor kalau Aluna bolos lagi. Jadi, di mana gadis itu sekarang?

"Elsa!" Anita meneriaki nama Elsa begitu melihat Elsa sedang membaca buku di bawah pohon dekat lapangan. "Semalem Aluna tidur di rumah?" tanya Anita tanpa basa-basi.

Elsa menggeleng dengan sedikit kebingungan akan pertanyaan yang Anita lontarkan. Semalam Aluna tidak tidur di rumah, dari pagi ini juga Elsa belum melihat batang hidung Aluna maupun Satria.

"Gue kira dia di rumah, semalem dia nggak ada di asrama." Ucap Anita, membuat kebingungan Elsa berubah menjadi kekhawatiran.

"Kak Anita liat Kak Satria?" tanya Elsa.

Anita menggeleng, "Dari tadi juga dia nggak keliatan. Apa mungkin Aluna bawa kabur Satria?!"

Tak meladeni pikiran tak masuk akal Anita, Elsa langsung mengeluarkan ponselnya, menghubungi nomor Aluna. Tapi nomor Aluna tidak aktif, begitu juga dengan nomor Satria. Perasaan Elsa langsung tak enak, terlebih ketika mengingat kalau kemarin ia seperti mendengar suara Aluna di rumah sakit.

"Lo harus kabarin Mama lo, walau cuma ibu angkat dia pasti sedih saat tau Aluna nggak ada kabar kayak sekarang." Ucap Anita.

Walau perkataan Anita kurang enak didengar, Elsa tak bisa mengatakan apapun, tentang kebenarannya. Bahwa sebenarnya ialah yang anak angkat, bukan Aluna.

"Aku rasa aku harus turun tangan sendiri cari Kak Aluna, Mama dan Papa lagi banyak pikiran."

Mendengar ucapan Elsa, Anita langsung menatap gadis itu lebih intens dibandingkan sebelumnya. Lalu sedetik setelahnya, Anita tersenyum tipis.

"Ini antara lo baik karena nggak mau orang tua lo banyak pikiran, atau karena lo seneng Aluna hilang?" tanya Anita sambil menepuk-nepuk pundak Elsa, tak lupa memasang senyun miringnya. "Semoga berhasil, Elsa."

...

Aluna dan Satria tak tidur dari semalam, membuat mereka hari ini tampak begitu pucat. Namun mereka tetap memaksakan diri untuk tak terlihat lemah di hadapan keempat orang preman yang sedang main kartu di depan mereka.

"Kalo lo cuma mau uang cepet telpon orang tua gue, minta tebusan sama mereka! Nggak perlu nyekap gue lama-lama!!!" ucap Aluna kesal secara tiba-tiba, membuat keempat preman yang sedang fokus bermain kartu itu langsung menatapnya.

"Sabar 3 hari lagi gue telfon orang tua lo, biar agak lamaan dikit. Lo muasin kita aja belum, hahahahha!" jawab salah satu di antara keempatnya yang bertubuh paling kurus, dengan mata sipitnya ia menatap Aluna nakal.

Time : Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang