Extra Chapter

275 35 17
                                    

-
-

23:00 H-1 Tania b'day

Malam yang dingin harusnya cukup menjadi alasan Alta dan Tania untuk kembali ke kamar. Tapi keduanya tetap diam di balkon kamar, memandangi bintang seraya menikmati semilir angin yang menusuk kulit.

Alta menarik Tania ke dalam rangkulannya, mengecup puncak kepala gadisnya. Jarang sekali mereka menghabiskan waktu bersama, keduanya sama-sama sibuk.

"Kenapa waktu kita begitu singkat?" tiba-tiba pertanyaan itu keluar dari mulut Alta. Tania mendongak sedikit, lalu tersenyum seraya menyandarkan kepalanya di dada bidang Alta.

"Waktu kita panjang. Cuma selama ini kamu memilih menjauh, karena itu nggak ada kenangan, nggak banyak waktu yang menyimpan kenangan." Jawab Tania dengan tatapan lurus menatap puluhan bintang di atas sana. "Maksud aku, kita sama-sama sibuk, Ta. Terlebih kamu."

"Aku minta maaf, aku kerja keras karena aku pengin kalian bahagia." Ucap Alta lembut.

Tania mengangguk, "kehadiran kamu juga udah lebih dari cukup untuk buat aku dan anak-anak bahagia."

"Masa sih? Terus aku harus jadi pengangguran?" tanya Alta sambil terkekeh. Tania memukul pelan dada Alta, "bukan itu maksud aku." Katanya dengan nada sebal.

"Sirius Altair," ucap Tania pelan, nyaris berbisik seraya melukis bintang di udara.

"Titania Shaula," Alta langsung menyahut, ikut melukis bintang yang sama.

"Dari nama aja kita udah kedengeran cocok banget, hahaha. Aku suka nama kita, kayak cocok aja gitu." Tania tertawa, membuat Alta juga ikut tertawa.

"Dulu waktu SMA aku udah punya firasat kita bakal jodoh, soalnya nama kita cocok gitu, itu alasan ketiga kenapa aku ngejar kamu kayak orang gila." Tania melanjutkan perkataannya. Hampir setiap hari ia tersenyum hanya karena nama mereka yang terdengar begitu cocok, indah dan enak di dengar.

"Titania,"

Nada suara Alta yang berubah menjadi berat dan dingin membuat Tania cukup terkejut. Gadis itu mendongak, melihat wajah Alta dari sudut yang lebih rendah, menyaksikan betapa indahnya mata Alta yang fokus menatap kerlipan bintang.

"Menua bersama, ya?" Alta melanjutkan perkataannya dengan sebuah tanya yang membuat Tania kehilangan kata-kata. Alta menundukan kepala, menatap Tania yang masih membisu karena pertanyaannya.

"Oke," jawab Tania akhirnya. "Aku mau mengantar kamu lebih dulu, mungkin saat usia kita sama-sama 60 tahun."

"Kenapa?"

"Kamu udah mengantar orang yang kamu cintai waktu itu Ta, Aluna. Aku nggak mau kamu jadi pihak yang selalu mengantar kepergian seseorang. Aku harap Tuhan denger doa aku, untuk bisa membuat kamu merasa spesial di akhir usia kita nanti."

Alta tersenyum hangat, mengecup kening Tania lama sekali. Keduanya kembali menikmati suasana malam sampai akhirnya Tania tertidur dalam dekapan Alta.

...

16:00 Pemakaman Umum

Sudah 30 menit berlalu sejak pemakaman Tania dan Elsa. Keduanya dimakamkan tepat di samping Aluna. Semua kerabat yang datang sudah pulang, keluarga besarnya juga sudah kembali ke kediaman Altair dengan langkah berat.

Tapi Alta masih di sini. Terdiam seakan ia adalah patung yang tak bisa berjalan, bicara dan berkedip. Matanya sembab, entah selama apa Alta menangis semalam sampai matanya sembab separah ini.

Di hadapannya terdapat 3 gundukan tanah yang masih penuh dengan bunga. Mereka juga sekalian berziarah ke makam Aluna, menaburi bunga untuk makam yang sudah cukup lama tak Alta kunjungi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Time : Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang