Saat aku bangun tidur, Jungsoo langsung membawakan sarapan ke tempat tidurku. Sempat aku tanya dia sudah sarapan belum, jawabnya, "tidak perlu memikirkan aku, Heechul-ah. Yang penting kamu sembuh."
Yang pada akhirnya membuat perdebatan di antara kami karena Jungsoo juga bersikeras membawaku ke rumah sakit, sedangkan menurutku tidak perlu.
"Aku tidak apa-apa, Jungsoo. Nanti juga hilang sakitnya.""Dari yang aku baca di internet, harus segera diperiksa, Heechul-ah."
"Aku yakin aku tidak apa-apa, Jungsoo."
"Kamu mana tau kalau tubuh bagian dalammu itu cedera atau tidak tanpa observasi dari ahlinya," jawabnya cepat. Mungkin dia jengkel padaku karena aku keras kepala haha.
"Terus aku harus apa?"
"Ayo ke dokter. Aku temani." Aku mengerang mendengarnya. Mau tidak mau, aku harus jujur terhadapnya.
"Aku benci rumah sakit, Jungsoo." Ganti Jungsoo yang mengerang.
"Aku tidak mau kamu kenapa-kenapa, Heechul-ah." Aku terdiam–dan sedikit sangsi sebenarnya. Perhatian yang ditunjukkannya apakah karena dia merasa bersalah atau murni karena dia khawatir.
Mungkin melihat aku yang tetap bersikeras, dia akhirnya menyerah. Karena aku melihatnya menghela napas.
"Kamu menyimpan hot pack atau barang lainnya yang bisa menghangatkanmu?" Aku mengernyit. Tapi, tetap menjawab pertanyaannya.
"Ada hot pack di rak belakang cermin di kamar mandi." Jungsoo langsung kabur dan tak lama kembali lagi dengan benda yang dicarinya di tangannya dan duduk di sisi tempat tidurku.
"Coba berbaring miring. Atau tengkurap juga boleh. Terserah kamu nyamannya yang mana." Aku mengernyit, tapi mau tidak mau menurutinya. Dan aku memilih untuk berbaring miring, karena lebih mudah.
"Aku tempelkan hot packnya di celanamu ya." Aku merona. Maksudnya celana dalam atau celana pendek yang biasa aku pakai di rumah?
"C-celana mana?"
"Celana pendekmu saja. Atau kalau memang kamu mau yang dalam juga tidak masalah." Aku tambah merona. Ingin memberitahunya kalau aku lebih memilih untuk ditempel di celana dalam, tapi aku malu...
Astaga, padahal Jungsoo hanya akan melihat celana dalamku saja, tapi membayangkannya saja membuatku malu sekali.
"Di celana pendekku saja tidak apa." Tak lama, aku merasakan rasa hangat menjalar di tulang ekorku. Pilihan Jungsoo untuk memberikan sesuatu yang hangat di sana sepertinya tepat, karena rasa sakitnya lumayan berkurang.
Tunggu.
Aku baru sadar kalau tangan Jungsoo masih mengusap pelan daerah tulang ekorku.Tadinya aku pikir dia seperti itu untuk merekatkan hot pack saja.
Ah, rasanya harapanku semakin membumbung tinggi.
"Sudah lebih baik?" Aku mengangguk. Ya, memang. Entah kenapa, usapan darinya juga membuat rasa sakitnya berkurang. Efek cinta kah?"Kamu pakai sihir?" Aku mendengarnya tertawa pelan. Rasanya aku ingin terus mendengar tawanya yang jernih itu setiap hari. Bahkan setiap saat kalau bisa.
"Anggap saja seperti itu." Usapan tangannya berhenti. Perlahan, dia membantuku kembali berbaring telentang di ranjang.
"Kalau ada apa-apa atau perlu sesuatu, teriak saja ya. Ada sesuatu yang perlu aku urus dulu." Aku mengangguk. Namun, sebelum dirinya benar-benar meninggalkan sisi tempat tidurku, aku sempat menahan pergelangan tangannya.
"T-terima kasih, Jungsoo."
"Tidak masalah. Cepat sembuh, Heechul-ah." Tangannya yang tidak aku pegang, mengacak pelan rambutku.
Astaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Corvus [Teukchul Fanfic]
Fanfiction"You said, 'I am going to disappear'" "No... Stay..." Inspired from Cross Gene - Corvus Rated : T Genre : Supernatural, fantasy, angst, bromance/shounen-ai, hurt/comfort Pair : LeeteukxHeechul Warn : Typo(s), OOC, AU Cerita ini hanya fiksi semata. P...