(16) Please

546 59 66
                                    

Tiga hari sudah berlalu.
Dan sekarang, aku kembali berdiri di depan pintu apartemen Leeteuk dengan perasaan tidak enak yang terus menghantuiku.
Menggeleng pelan untuk mengusir perasaan dan pikiran negatif itu, aku membuka pintu apartemennya dengan kunci yang sudah diberikannya padaku.

Setelah berhasil membuka pintu apartemennya, aku masuk lebih dalam dan menemukan Leeteuk sedang menonton TV di ruang tamu.

"Teuk?" Yang kupanggil menoleh, dan memberikan senyuman lembutnya padaku.

"Pagi, Heechul." Aku balas tersenyum, bahagia melihatnya sudah benar-benar jauh lebih baik dari terakhir aku melihatnya, walaupun perasaan tidak enak itu tetap ada.

"Gimana keadaanmu, Teuk?"

"Baik. Kamu bagaimana?"

"Aku juga," ujarku seraya berjalan mendekatinya dan duduk di sebelahnya. Kepalaku otomatis bersandar di bahunya, dan tangannya melingkar di pinggangku.

"Syukur lah." Pelukannya di pinggangku bertambah erat.

"Kamu mau makan siang apa nanti? Biar aku buatkan." Aku menggeleng pelan.

"Aku tidak nafsu makan." Leeteuk sedikit melonggarkan pelukannya padaku, dan aku merasakan matanya menatapku.

"Loh, kenapa?"

"Tidak apa-apa."

"Heechul." Aku menggigit bibir. Entah lah. Dari tadi aku memang perasaan dan perutku tidak enak.

"Tatap aku, Heechul." Perlahan, aku mendongak, dan menatap tepat di matanya.

"Kamu kenapa?"

"Dari tadi aku merasa tidak enak, Teuk. Mungkin hanya perasaanku saja." Leeteuk menatapku dalam. Dan tak lama, dirinya menyunggingkan senyum sedih.

Sungguh, aku tidak mau mengartikan tatapan dan senyumnya dengan hal-hal aneh yang tidak mau aku pikirkan.

"Teuk-"

"Kita lalui hari ini dengan senyuman ya." Perkataan darinya membuatku ingin menangis menjerit. Ingin aku bertanya maksudnya apa, tapi sisi lain diriku berusaha untuk masa bodoh dan mengikuti apa yang dikatakan Leeteuk begitu saja.

"K-kenapa-"

"Heechul." Aku terdiam. Berusaha memberikannya waktu untuk berbicara.

"Aku sungguh minta maaf." Air mataku benar-benar tidak bisa dibendung lagi. Butirannya sudah mengalir di pipiku. Dan aku tidak mau menghapusnya. Aku ingin orang yang ada di depanku ini yang melakukannya.

"Jangan menangis, sayang." Dan baru kali ini juga aku melihat Leeteuk, ah tidak, Jungsoo mengeluarkan air matanya. Walaupun tidak sederas diriku, tapi aku paham dia pun merasakan sedih dan sakit yang sama denganku.

"Seperti kataku tadi, kita lalui hari ini dengan senyuman, ya." Tangannya terulur menangkup pipiku. Kedua ibu jarinya menghapus air mata yang mengalir dari mataku.

"J-jungsoo-" Tangannya beralih merengkuh diriku ke pelukannya. Wajahku bersembunyi di dadanya. Dan jujur saja, aku cukup lega saat mendengar detak jantungnya.

"Sshh. Yang perlu kamu tau, hanya aku mencintaimu. Itu saja."

.

.

.

.

Baik aku dan Leeteuk tidak ada yang mau beranjak untuk membereskan peralatan makan yang baru dipakai untuk makan siang tadi, padahal kami sudah cukup lama selesai. Aku menyandarkan kepalaku ke pundaknya, dan Leeteuk merengkuhku dari samping. Tidak ada dari kami yang berniat untuk memecahkan keheningan, sepertinya karena bukan hening yang menyesakkan. Kami sama-sama berusaha menikmati keberadaan masing-masing.

Corvus [Teukchul Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang