(7) Love Is in the Air

516 58 27
                                    

"Hyung! Bagaimana tulang ekormu?" Aku memasang cengiran lebar saat Yesung mendatangiku dari arah berlawanan denganku.

"Sudah baikan."

"Syukurlah. Kalau hubunganmu dengan pangeran gimana?" Ugh, cara Yesung menyebut Jungsoo membuatku tersipu.

Seolah-olah aku seorang tuan putri, dan Jungsoo pangerannya.

"B-baik kok."

Astaga.

Sebal sekali rasanya aku melihat senyum Yesung. Jahil sekali.

"Tapi, dia lagi sibuk ya, hyung?" Aku mengernyit. Masa sih?

"Emang kenapa?"

"Dua hari kemarin aku sama sekali enggak ketemu dia." Aku berpikir sejenak. Memang sih terakhir kami bertukar kabar lewat pesan hari Senin. Hari Selasa dan Rabu kemarin, dia hanya mengirimkan makanan padaku. Saat aku kirim pesan berisi terima kasih, tidak dijawab olehnya.
Dan waktu hari Senin malam pun aku ragu dia benar ke apartemenku atau hanya mimpiku saja.

"Bisa jadi," jawabku tak acuh. Padahal dalam hati, aku bertanya-tanya juga kenapa.

"Kamu enggak pandai berbohong, hyung." Yesung langsung saja melengos pergi. Aku berlari kecil mengejarnya.

"Ya! Maksudmu apa?"

.

.

.

.

Aku duduk di pojok kelas, dengan jendela besar yang menghadap ke arah taman kampus di sebelah kiriku. Banyak mahasiswa yang kemudian memenuhi ruang kelas ini.
Mungkin karena masih kelas pertama, jadi masih banyak mahasiswa yang tidak bolos.

Tapi, aku tidak menemukan Jungsoo.

Mungkin terlambat, batinku.

Tepat pukul sembilan, dosen pengampu datang.

Dan Jungsoo masih tidak terlihat batang hidungnya.

Jujur saja, aku mulai khawatir dia kenapa. Mudah-mudahan saja dia tidak masuk bukan karena sakit.

Aku terus saja menanamkan pikiran positif mengenai Jungsoo.
Dan mungkin, aku akan mampir ke apartemennya apabila dia tidak ada kabar sama sekali.

09.05 AM

Jungsoo, kamu tidak masuk kuliah hari ini?

Aku berharap dia akan membalas pesanku. Kalau memang tidak dibalas, aku akan benar-benar pergi ke apartemennya.

.

.

.

.

Sampai kelas terakhirku, Jungsoo belum membalas pesanku.

Dan aku benar-benar khawatir jadinya.

Karena entah kenapa, aku punya perasaan tidak enak tentangnya.

"Hyung! Pulang yuk!"

Aku bertemu Yesung di dekat gerbang utama kampus. Dirinya seperti sedang menunggu seseorang. Aku kah?

"Duluan saja, Yesung-ah. Aku mau mampir beli makanan dulu." Dia mengangguk.

"Oke, kalau begitu aku mau menunggu dulu saja di sini." Hm, aku tau maksudnya dia ingin menunggu siapa.

"Semoga pendekatanmu berjalan lancar ya. Aku duluan!" Yesung mengacungkan jempolnya ke arahku, dan aku setengah berlari menuju ke restoran terdekat.

Corvus [Teukchul Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang