"Apa-apaan aku tiba-tiba dapat kabar kamu sakit, hyung? Dan enggak mau dibawa ke rumah sakit pula." Aku memutar bola mata jengah. Yesung bahkan belum duduk di sofa ruang tamu apartemenku, tapi dia sudah mengomel.
Bermaksud mengabaikan Yesung, aku menggonta-ganti channel tv dengan malas. Kakiku aku luruskan di atas coffee table dan punggungku bersandar di sandaran sofa dengan diganjal bantal.
"Hyung!"
"Aku sudah lebih baik, Yesung-ah. Besok juga sembuh."
"Tetap harus diperiksa dokter, hyung." Baru aku akan menyahutinya, terdengar suara Jungsoo yang mendekati kami dari arah dapur.
"Tuh kan, bukan hanya aku yang menyarankanmu pergi ke dokter." Aku mengerang.
"Ini sudah lebih baik kok." Aku melihat Jungsoo meletakkan cangkir berisi teh di ujung coffee table–yang jauh dari kakiku, dan menyuruh Yesung untuk duduk di sebelahku.
"Sudah diobati?" Aku mengangguk.
"Jungsoo sudah menempelkan hot pack."
"Hanya itu?!" Dari ekor mataku, aku bisa melihat Jungsoo yang menggaruk tengkuknya.
"Di internet hanya menyarankan agar diberi sesuatu yang hangat, Yesung-ah." Lelaki di sebelahku menghela napasnya.
"Tapi kamu benar lebih baik kan, hyung?"
"Iya, besok aku masuk kuliah kok."
"Apa-apaan?!" Yesung dan Jungsoo serempak berteriak. Ugh, jangan sampai kupingku tuli gara-gara mereka.
"Tidak, tidak. Istirahat saja dulu, hyung."
"Diam di sini saja, Heechul. Kamu harus istirahat." Aku kembali mengerang. Mereka ini berisik sekali.
"Sudah lebih baik kok, sungguh."
"Terserah saja." Dari ekor mataku, aku melihat Jungsoo langsung berjalan kembali ke arah dapur.
Ugh, dia marah?
"Pangeranmu marah tuh." Aku mendelik ke arah Yesung yang sedang tersenyum meledek.
"Apa sih."
"Jungsoo-hyung tadi memanggilmu enggak pakai honorifik loh. Artinya, kamu dan dia sudah lebih dekat." Aku memutar bola mata.
"Terus?"
"Selamat berjuang, hyung. Good luck." Yesung beranjak berdiri dan pergi ke dapur. Aku hanya mengikutinya dengan mataku saja. Dan tak lama, dia kembali lagi ke ruang tamu.
"Aku pulang ya, hyung. Semoga cepat pulih." Aku mengangguk.
"Terima kasih, Yesung-ah."
"Semoga cepat berbaikan sama Jungsoo-hyung juga."
"Iya, iya. Sana pulang." Aku usir seperti itu, Yesung justru tersenyum jahil dan berangsur pergi ke pintu depan.
Aku menghela napas lelah saat mendengar pintu depan terbuka dan tertutup kembali.
"Jungsoo?" Tidak ada jawaban dari sang pemilik nama. Padahal aku cukup yakin kalau suaraku terdengar sampai dapur.
Akhirnya, aku berjalan perlahan ke sana–sekaligus membiasakan diri berjalan seperti biasa lagi.
"Sedang masak apa, Jungsoo?" Dia tidak menjawab, malah yang aku perhatikan semakin sibuk memasukkan bumbu dan bahan masakan ke dalam panci.
"Samgyetang," sahutnya tiba-tiba saat aku sudah duduk di kursi makan. Aku tersenyum kecil.
"Pasti enak." Tidak ada jawaban lagi dari Jungsoo, tapi aku tau dia mendengarku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Corvus [Teukchul Fanfic]
Fiksi Penggemar"You said, 'I am going to disappear'" "No... Stay..." Inspired from Cross Gene - Corvus Rated : T Genre : Supernatural, fantasy, angst, bromance/shounen-ai, hurt/comfort Pair : LeeteukxHeechul Warn : Typo(s), OOC, AU Cerita ini hanya fiksi semata. P...