Taman Sakura

171 5 0
                                    

Rian melepas helm lalu turun dari sepeda motornya, ada banyak pasang mata yang berasal dari siswa lain yang sedang berada di parkiran juga. Mungkin mereka merasa asing dengan keberadaan Rian, apalagi Rian sudah keluar dan pindah sekolah ke luar negeri dari lima bulan yang lalu.

"Aluna!" panggil Rian ketika melihat seorang gadis yang menggunakan sweeter kuning melintas tidak jauh darinya.

Kara menoleh lalu secepat mungkin dia pergi dari sana, jujur saja jika Kara tidak mau bertemu dengan Rian karena Rian akan....

"Kok malah lari? Gak mau ketemu gue?" Rian merangkul bahu Kara.

Ini yang Kara takutkan, Rian akan selalu menempel padanya seperti perangko dengan amplop surat. Pemuda itu suka sekali memeluk, mencubit dan menggelitiki Kara. Tapi Kara tidak akan heran dengan perilaku Rian itu padanya, karena mereka memiliki hubungan sebagai sepupu yang sudah dekat dari kecil. Meskipun Rian yang selalu pulang pergi keluar negeri atas permintaan kedua orang tuanya semenjak ia lulus SD.

"Ihk! Jauh-jauh sana lo dari gue! Jaga jarak lima meter!" Kara mendorong tubuh Rian supaya menjauh darinya, tapi Rian tidak peduli dan malah melingkarkan tangannya di tangan Kara.

"Gitu amat lu sama gue" Rian mempautkan bibirnya yang terlihat imut tapi tidak dimata Kara, gadis itu justru menampar pelan bibir Rian dan membuat Rian mengaduh.

"Kenapa emangnya? Takut ada yang cemburu ya?" Rian melirik ke segala arah dan mencoba mencari pemuda yang mungkin saja pacarnya Kara.

"Gak ada! Sana jauh-jauh dari gue! Gue geli kalau deket sama lo!"

"Hilih... emangnya gue ulet bikin lo geli?"

"Lo lebih dari sekadar ulet! Lu cacing! Kayak tingkah lo yang kayak orang cacingan!"

Rian hendak menjawab perkataan Kara tapi pandangannya beralih menatap seorang pemuda yang memperhatikannya sedari tadi, Kara yang sadar jika Rian sedang lengah lantas berlari menuju kelasnya.

Mata Rian dan Arka saling bertemu, Rian sadar jika Arka memperhatikan saat dia sedang bersama dengan Kara tadi Meskipun jarak mereka terbilang cukup jauh tapi mata elang Rian tidak bisa dibohongi, ia tersenyum sinis lalu mengejar langkah Kara yang sudah pergi menjauh.

•••

Saat istirahat Velin dan Venya pergi ke cafè berdua, sementara Vina dan Kara memilih untuk pergi ke kantin.

"Velin, gue gak suka duduk disini."

Velin mengernyit, "kenapa emangnya?"

"Om-om yang ada disana tuh ngeliatin kita mulu." Venya menunjuk ke arah seorang pria berusia empat puluh tahunan dengan dagunya.

Memang sedari tadi pria itu melihat ke arah mereka sembari sesekali mengerlingkan matanya, genit. Velin melihat ke arah pria itu lalu tersenyum sinis.

"KALAU NAKSIR SAMA KITA NGOMONG DONG OM, JANGAN NGELIATIN KITA MULU. NIH TEMAN SAYA JADI ILFIEL KAN!" Velin berteriak dengan lantang, hal itu membuat pengunjung lainnya melihat ke arahnya tapi Velin tak peduli.

Para pengunjung mulai mengarahkan pandangan mereka pada seorang pria yang duduk di dekat pintu, pria itu mulai merasa tidak nyaman karena menjadi pusat perhatian dan akhirnya beranjak pergi.

"LAH KOK PERGI OM GAK MAU SEKALIAN NIH TEMAN SAYA DIBAWA?" Teriak Velin lagi.

Venya yang sudah mulai gemas menyenggol lengan Velin.

"Udah dong jangan teriak-teriak lo pikir ini cafè punya lo apa?" kata Venya gemas.

Sementara Velin mulai tertawa ketika mengingat kembali ekspresi pria tadi.

[✔] ArKaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang