Pendiam

129 3 0
                                    

Ini cerita selingan tentang Vina dan kekasihnya dulu serta kekasihnya yang sekarang yaitu Alden.

♡♡♡selamat membaca♡♡♡

"Seseorang menjadi sangat pendiam karena ada alasanya."

-Vina

Vina pov

"Kamu yakin mau pindah sekolah?," tanya Ibu untuk kesekian kalinya.

Aku lagi-lagi mengangguk sebagai jawaban, sebenarnya aku punya dua pilihan yaitu tetap tinggal di rumah ini atau ikut pindah bersama dengan kedua orang tuaku.

Aku tahu keputusanku ini adalah keputusan yang cukup sulit karena aku harus meninggalkan rumah yang menjadi sarang kenangan masa kecil dan masa remajaku. Tapi aku tahu, hanya berdiam di satu tempat yang sama tak akan mengubah kenangan buruk yang juga pernah aku alami di kota ini. Jadi kuputuskan untuk meninggalkan kota ini begitupun juga dengan rumah ini.

"Bu, aku pergi keluar dulu ya. Mau ketemuan sama teman," pamitku pada Ibu, setelah mendapatkan izin aku segera melnggang pergi menuju taman di pusat kota dengan berjalan kaki.

Ku lihat taman ini tampak sepi hari ini, hanya ada sekitar empat orang yang tengah menikmati sore hari di taman ini. Jumlahnya menjadi lima karena ada diriku juga yang ikut menikmati sore hari.

Aku terdiam beberapa saat sembari duduk di bangku taman yang selalu aku duduki setiap kali aku datang ke taman ini. Kursi taman ini memiliki banyak kenangan tersendiri bagiku, entahlah itu kenangan seperti apa. Entah kenangan manis ataupun buruk.

Mataku tertutup sejenak, diriku membayangkan kejadian tiga bulan yang lalu. Aku tengah berlari di koridor rumah sakit saat itu, rasa khawatir menyelimuti seluruh bagian tubuhku. Meskipun rasanya aku tak sanggup untuk berlari tapi aku paksakan kakiku ini untuk tetap berlari demi seseorang yang tengah terbaring di ruang IGD.

Saat aku tiba di depan ruangan itu aku melihat kedua orabg tuannya tengah menangis dan aku menatap mereka sengan tatapan bingung, aku begitu bodoh saat itu sampai aku tak tahu apa yang tengah mereka tangisi. Lalu aku tersadar jika yang tengah mereka tengisi adalah seseorang yang sudah dinyatakan meninggal di dalam ruangan itu. Beberapa saat kemudian dirikupun ikut menangis.

Aku membuka mataku kembali setelah mengingat kenangan buruk itu. Setetes cairan bening jatuh di pipiku. Aku melirik ke arah samping dan aku melihat dirinya, dia yang tengah aku pikirkan tadi. Dia tersenyum padaku seolah dalam senyuman itu tak ada beban.

Tubuhku bergerak untuk berdiri dari posisi duduku, aku melihat mereka berdua tengah duduk di kursi taman yang tadi tengah aku duduki. Mereka adalah diriku dan dia, Alvin. Alvin adalah kekasihku yang dulu pernah mengisi hari-hari indahku, mewarnai setiap langkahku dengan senyuman. Aku teringat saat ia tersenyum padaku di taman ini, saat itu aku tengah tak percaya diri karena akan mengikuti ujian kelulusan besoknya. Tapi ia meyakinkan diriku jika aku pasti bisa, aku mampu, itu katanya. Senyuman ku berikan juga padanya.

Aku melihat kedua sosok itu perlahan-lahan menghilang dan di ganti dengan bangku taman yang kosong tak ada yang menduduki.

Aku secepatnya berbalik dan meninggalkan taman itu.

Selamat tinggal.

♡♡♡

"Mau pulang bareng gak?," tanya Kak Alden padaku yang masih berdiam diri di depan gerbang sekolah.

Aku menggeleng sembadi tersenyum padanya. "Makasih Kak, aku mau di jemput kok," tolakku halus.

Aku melihat Kak Alden masih diam di atas motornya, tak lama suara ponselku mengagetkanku dan aku segera mengangkat telepon dari Ibuku.

"Baiklah," ucapku lesu ketika sambungan relepon sudah terputus, Ibu memintaku untuk pulang menggunakan taxi atau naik bus jika ada.

Kak Alden tampak tengah memperhatikan gerakgeriku sedari tadi. "Gak jadi di jemput?," tanya Kak Alden yang membuatku mengangguk.

"Udah, pulang bareng sama aku saja. Daripada kelamaan nunggu taxi."

Aku menimbang sesaat sampai akhirnya aku mengangguk, lagipula sedari tadi aku berdiri disini aku tak melihat ada satupun taxi yang lewat apalagi bus.

Di sepanjang perjalanan aku hanya terdiam begitupun dengan Kak Alden, aku hanya berbicara untuk menunjukan ke arah mana jalan menuju rumahku setelahnya aku kembali terdiam.

Setelah berterima kasih aku langsung masuk ke rumah, sebelum aku benar-benar masuk aku menoleh dulu pada Kak Alden yang ternyata belum melajukan motornya dan masih diam di tempatnya berhenti tadi, ia melambaikan tangannya padaku lalu setelahnya ia melaju pergi bersama dengan motornya.

Aku hanya tersenyum menanggapi hal itu.

♡♡♡

Hari demi hari telah berlalu, setelah aku di antarkan pulang oleh Kak Alden aku dan Kak Alden menjadi semakin akrab. Kami berteman dengan baik, ia juga sering bercerita padaku jika ia menyukai Kara yang sudah menjadi kekasih Arka. Aku sering mendengarkan curhatanya itu.

Saat di hari ulang tahun Angel aku benar-benar lupa dan malah ketiduran di kamar, untunglah saat itu ada Kak Alden datang ke rumah dan memebritahuku tentang pesta ulang tahun Angel. Kamipun berangkat bersama malam itu.

Semenjak aku mengenal Kak Alden aku jadi lupa akan diriku yang pernah memilki kenangan buruk di masa lalu tentang kekasihku dulu, entah mengapa saat aku mengenal Kak Alden aku jadi takut kehilangan dia sama seperti aku yang kehilangan Alvin  dulu.

Tapi rasa takut itu aku hapus perlahan-lahan karena percuma saja jika rasa takut itu terus ku simpan, diriku tak akan pernah bisa melupakan kenangan buruk itu jika rasa takutnya saja masih ku simpan.

Mungkin lewat cerita ArKara ini kalian tahu jika aku adalah gadis yang pendiam tak banyak bicara, itu karena setiap kali aku ingin merubah diriku menjadi cerewet aku selalu teringat akan perkataan seseorang yang selalu mengatakan "berhentilah menjadi gadis yang cerewet, berubahlah menjadi gadis yang pendiam dan tetap menjadi pendengar yang baik untuku," ya, Alvin yang mengatakan itu. Dia yang sudah berhasil mengubahku yang dulu cerewet menjadi pendiam seperti sekarang.

Kini aku punya Kak Alden yang sudah mengisi hari-hariku menjadi semakin lebih baik dan tak membosankan. Alvin dan Kak Alden adalah dua orang yang berhasil mengisi masa remajaku. Aku mencintai mereka berdua.

Untukmu Alvin, terima kasih telah mengisi kekosongan hariku dengan senyumanmu itu. Terima kasih telah menjadi penolong dikala diriku kehilangan senyumku. Terima kasih untuk semuannya. Kau adalah pembawa lengkungan kebahagiaan untukku, Kak Alden adalah lengkungan lainnya. Kalian adalah dua lengkuangan yang telah berubah menjadi lingkaran yang melingkarkan warna baru dalam hidupku. Terima kasih untuk itu semua.

Kalian adalah penyebabku masih bisa tersenyum sampai sekarang.

Meskipun salah satu diantara kalian telah tiada.

●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●

Maaf kalau ada typo🙏

[✔] ArKaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang