Pesawat Kertas

198 6 2
                                    

"Bagus sih, tapi mahal njir" ujar Velin setelah melihat tas branded keluaran terbaru dari salah satu brand terkenal. Velin sepertinya lupa jika ia anak tunggal kaya raya.

"Murah segitu mah, cuma lima belas juta. Apa kabar tas yang minggu lalu lo beli harganya lebih selangit daripada tas ini!" ucap Venya seraya menunjuk foto tas yang ada di ponselnya.

Velin hanya terkekeh, "ya itu mah gue lagi gabut makannya dibeli."

"Gabut lu emang tipe sultan ye," Venya hanya bisa geleng-geleng kepala setelah mendengar ucapan Velin.

"Mumpung ada duitnya 'kan? Makannya gue beli dan tas itu udah sold out lima belas menit kemudian, gila gak tuh?"

"Wajar sih, modelnya bagus makannya banyak yang ngincar walaupun harganya bisa buat bayar SPP kita selama sekolah disini" jawab Venya.

Kedua gadis itu menoleh ke arah pintu secara bersamaan ketika pintu kelas baru saja dibuka, seorang gadis berjalan masuk dengan wajah ditekuk dan tidak enak untuk dilihat.

"Kenapa lu?" tanya Velin setelah Kara duduk di kursinya.

"Bete" jawab Kara singkat.

"Bete kenapa?"

Kara tidak menjawab dan memilih untuk menyembunyikan wajahnya di tangannya yang ia jadikan bantal, Velin dan Venya saling bertatapan lalu Velin mengedikkan bahunya dan mereka kembali sibuk membahas tas mahal.

Tiba-tiba saja Kara berdiri dan menggebrak meja. Hal itu membuat semua murid yang ada disana terkejut dan menoleh padanya tapi Kara tidak peduli, gadis itu berjalan dengan tergesa-gesa keluar dari kelasnya.

"Kenapa tuh?" tanya Venya sembari melihat Kara sebelum menghilang dibalik pintu.

"Gak tahu, aneh banget sikap dia" jawab Velin.

"Ikutin jangan?"

Velin menggeleng, "kayaknya dia butuh waktu sendiri, biarin dulu dan jangan diganggu."

Velin sangat tahu kebiasaan Kara jika gadis itu sedang marah, biasanya Kara akan bersembunyi di suatu tempat dan jauh dari keramaian. Atau mengurung dirinya sendiri di kamar mandi selama berjam-jam, jika diganggu maka Kara akan tanpa segan melontarkan kata-kata kasar atau bahkan melukai orang yang berani mengganggu ketenangannya. Dan masih bisa Velin ingat ketika Kara pernah mendorongnya dari tangga waktu SMP hanya karena Velin terus membuntuti Kara yang perasaannya sedang kacau tak karuan, tentu Velin tidak marah akan hal itu karena sebelumnya Kara sudah memperingatkan dirinya untuk tidak mengikuti gadis itu tapi Velin tetap keras kepala.

Meskipun sekarang Velin merasa sangat khawatir kepada Kara tapi di sisi lain dia juga tidak mau mengusik ketenangan Kara yang sedang butuh waktu untuk menyendiri, dan Velin tahu jika apa yang Kara rasakan sekarang berkaitan dengan Arka.

•••

"WOI!"

Kara berteriak sekencang mungkin ketika dia baru saja tiba di rooftop, dia mengeluarkan segala hal yang mengganggu pikirannya selama ini dengan berteriak. Berharap dengan begitu suasana hatinya menjadi jauh lebih baik.

"Kenapa sih teriak-teriak? Lo pikir sekolah ini punya nenek moyang lo apa?"

Kara langsung menoleh ke arah orang yang entah datang darimana tiba-tiba saja sudah berada dibelakangnya.

Orang itu adalah Valen, niat Valen pergi ke rooftop adalah untuk membolos dan tidur disana. Sayangnya baru saja dia memejamkan mata teriakan Kara sudah membuyarkan ketenangannya.

"Sekolah ini emang punya kakek dan nenek gue" jawab Kara tanpa ragu.

Valen hanya mengangguk saja, lalu dia menghampiri Kara dan berdiri disamping gadis itu.

[✔] ArKaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang