Sebuah Ucapan Terima Kasih

171 3 0
                                    

Reza memandangi Venya yang terbaring dengan kepala yang di perban.

Venya selamat dari kecelakaan maut itu dengan nekat melompat dari mobil van putih sebelum mobil itu meledak, tapi dahinya mengalami luka robek yang cukup besar karena bergesekan dengan aspal.

Di sisi kanan Reza ada Kevin dan juga Via, mereka memandangi Venya yang begitu cantik bahkan ketika gadis itu sedang menutup mata.

"Makasih sudah bawa dia ke sini," ujar Kevin untuk kesekian kalinya, dia tidak berhenti berterima kasih kepada Reza karena sudah menyelamatkan Venya atau adik perempuan yang begitu disayanginya.

"Iya, sama-sama Vin. Karena suatu saat dia juga bakal jadi tanggung jawab gue" maksud Reza adalah Venya akan menjadi tanggung jawabnya setelah ia dan Venya menikah.

"Sa ae lu" ucap Kevin seraya menoyor kepala Reza. Reza hanya terkekeh.

Via berbalik setelah mendapat panggilan lewat ponselnya dari Valen, Via mengernyit karena tidak biasanya Valen menelponnya. Mungkin ada hal penting yanga akan disampaikan oleh pemuda itu.

"Halo Kak?" Via memang memanggil Valen dengan sapaan 'kakak'.

Saat Valen selesai memberitahu gadis itu hal yang penting, Via tanpa sadar menjatuhkan ponselnya dan hal itu menarik perhatian Reza dan Kevin yang semula sedang memperdebatkan hal yang tidak penting.

"Kenapa Vi?" tanya Kevin.

Via berbalik dan kembali memandangi Reza serta Arka, matanya sudah berkaca-kaca setelah mendapatkan kabar buruk dari Valen tadi.

Kevin lantas menghampiri Via ketika Via menangis, tanpa diminta gadis itu memeluk Kevin dan terisak.

Kevin melihat ke arah Reza yang memandanginya dengan tatapan bertanya.

"Kenapa Via? Coba cerita, pelan-pelan aja" pinta Kevin seraya mengusap punggung Via guna menenangkan gadis itu.

"Arka... hiks... meninggal" jawab Via sembari terisak.

Kedua bola mata Kevin dan Reza membulat seketika, mereka tidak percaya dengan dua kata yang diucapkan Via disela-sela isakannya.

Lalu ponsel Reza yang berdering menandakan ada panggilan masuk menjeda rasa terkejut mereka, Reza lantas mengangkat panggilan yang berasal dari Valen itu.

Setelah selesai mengobrol dengan Valen lewat ponselnya, Reza mendekati Kevin dan memberi tahu kepada Kevin dimana kamar rawat Arka. Mereka akan melihat Arka sebelum jasad pemuda itu dipindahkan ke kamar mayat.

•••

Semua teman dekat Arka berkumpul di ruangan bernuansa putih itu, bahkan Zein serta Alden juga ada disana. Mereka memandangi tubuh Arka yang sudah memucat dan tidak lagi adanya tanda-tanda kehidupan dalam tubuh pemuda itu. Meskipun Zein tidak dapat melihat Arka sekarang tapi dia merasakan betapa dinginnya tangan sahabatnya itu yang sedang digenggamnya sekarang.

Semua yang ada disana menangis dalam diam, ada juga yang terisak ketika ingatan tentang Arka kembali teringat. Ingatan singkat tentang pertemanan mereka kembali terlintas di masing-masing benak.

Valen sedang memeluk Bunda yang menangis terisak semenjak mengetahui jika putra angkatnya sudah tiada, Bunda berulang kali menggumamkan nama Arka seolah hal tersebut dapat membangunkan Arka kembali.

"Ada hal yang pengen Arka lakuin buat dua orang temannya setelah dia meninggal," suara Valen menyita perhatian semua orang yang ada disana. "Dia pernah bilang sama gue kalau seandainya dia meninggal dia pengen banget donorin matanya untuk Zein" lanjutnya.

Zein yang disebut namanya menegang dan tidak menyangka jika Arka sampai berpikir untuk mendonorkan mata untuknya.

"Dan satu lagi?" tanya Reki yang semenjak kedatangannya hanya diam dan berdiri kaku diantara Kevin dan Reza.

[✔] ArKaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang