Berbagai Kejutan

195 6 0
                                    

Aku ngetik ini sambil kepikiran AU para author di Twitter yang diplagiatin sama *kita sebut saja dia A*, aku gak habis pikir sih dia tega plagiatin AU sebanyak itu dan bahkan aku merinding waktu lihat semua buktinya di Twitter. Kayak... kok tega gitu?

Jadi takut ceritaku juga ada yang plagiatin (semoga aja gak ada), daripada plagiat ini onoh menurutku lebih baik buat bikin cerita hasil dari pemikiran sendiri aja dan itu jauh lebih baik. Daripada plagiatin terus ketahuan, terus ujung-ujungnya malu dan bikin klarifikasi, dan ceritanya dihapus *kek buat apa sih? Buang-buang waktu!*

Buat teman-teman yang lagi nulis cerita tetap semangat ya! Jangan gampang nyerah dan ninggalin cerita yang kalian buat di tengah jalan, tetap yakin cerita kalian ada yang baca walaupun cuma sedikit^-^. Dan please jangan PLAGIAT! Buat cerita hasil pemikiran sendiri itu jauh lebih baik♡

Sekian deh unek-unek aku, selamat membaca kelanjutan cerita ArKara♡
.
.
.
.

"Terkadang berbagai kejutan baru datang silih berganti, mungkin pertanda atau bukti bahwa takdir selalu mempermainkan setiap kehidupan." —#Author_P
.
.
.
.

"Ar, tolong bantu gue buat wujuddin rencana indah itu" ujar Kara penuh harap.

"Tentu, aku bakal bantu kamu."

"Makasih."

Malam semakin larut setelah Kara selesai meminum susunya, bulan purnama bercahaya terang di langit dan menambahkan kesan indah di hamparan langit hitam berbintang.

Ketika Arka melihat ke atas langit, ia melihat ada benda yang terbang sedikit lambat dengan lampu-lampu yang tampak berkelap-kelip. Itu adalah pesawat dan Arka tiba-tiba merindukan ayah tirinya. Selain pesawat itu Arka juga melihat ada sekelebat cahaya yang kemungkinan adalah bintang jatuh, dia menyenggol pelan lengan Kara lalu menunjuk ke arah langit.

Kara ikut melihat ke arah mana mata Arka memandang, lalu ia melihat banyaknya bintang dilangit. Sayangnya Kara tidak melihat bintang jatuh yang dilihat oleh Arka tadi.

"Bintang jatuh, buat permohonan" kata Arka.

"Buat apa? Itu 'kan cuma mitos" jawab Kara.

"Ck, buat aja. Aku udah buat tadi" Arka tetap memaksa.

Mau tidak mau Kara menuruti saja, dia menutup matanya dan mengatakan permohonannya didalam hati. Arka memperhatikannya dan tersenyum.

Kara kembali membuka kedua matanya dan bersamaan dengan itu ponselnya berdering, Kara segera menekan tombol hijau lalu menempelkan benda pipih itu ke telinganya.

Arka tetap memperhatikan Kara lalu dia ikut senang setelah mendengar kabar baik dari Kara tentang ayah dari gadis itu.

"Papa udah siuman, wah cepet banget ke kabulnya" ujar Kara riang, dia segera berdiri dan mengajak Arka untuk pergi menemui ayahnya.

"Kamu minta supaya papa kamu cepat siuman?" tanya Arka, dia menanyakan tentang permintaan pada bintang jatuh yang Kara harapkan.

Kara mengangguk, "iya, cepet banget kekabulnya" jawab Kara.

Arka ikut senang, dia lantas mengikuti langkah Kara menuju ruangan tempat ayah gadis itu berada.

•••

"Kak Alden?"

Arka ikut berhenti ketika Kara berhenti berjalan saat melihat Alden, Kara melihat Alden begitu panik ketika pemuda itu tiba di sebuah ruangan. Itu adalah ruang UGD, Arka sempat diminta untuk menemani Kara ke mobilnya karena ada barang milik Kara yang tertinggal disana.

[✔] ArKaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang