"Hasilnya gimana?" Tanya San antusias.
Kamu menggeleng lemah "Maaf"
San menarikmu kedalam dekapannya "Gapapa, kita coba lagi ya?"
"San maafin aku" Ucapmu berusaha menahan air matamu.
"Gapapa sayang, mungkin memang belum waktunya"
"Tapi ini udah 4 tahun"
San menghela nafasnya "Sayang, ini berarti Tuhan belum ngijinin kita buat punya momongan. Gapapa, sabar ya"
"Udah sekarang mending kamu siap-siap. Kita kerumah orang tua aku ya? Kan udah lama kita enggak kesana" lanjut San.
Kamu menghapus sisa-sisa air matamu "Iya"
•••
Setelah kurang lebih 30 menit menghabiskan waktu di jalan, akhirnya kamu dan San sampai di rumah orang tua San. Mertuamu.
"Loh ada anak mama, sini nak masuk"
Begitulah kira-kira sambutan dari ibu San.
"Papa belum pulang?" Tanya San.
"Belum. Papamu itu lho udah berumur masih aja keras kepala ngotot masih mau kerja. Mama udah gabisa kasih tau lagi"
San terkekeh "Biarin lah ma, biar ga bosen juga kalo dirumah aja"
Ibu San tersenyum sebagai balasannya.
"Ma" sapamu sambil tersenyum ramah.
"(Y/n) udah lama kita enggak ketemu, apa kabar kamu? Udah isi?"
Kamu langsung tertegun.
Pertanyaan terakhir yang dilontarkan cukup membuat kamu kembali sedih dan kepikiran.
San yang menyadari itu segera mengambil alih "Mama apaan sih, kita belum siap buat punya anak ma" jawab San dengan harapan kamu tidak akan tersinggung.
"Loh kenapa masih belum siap? Kalian sudah menikah 4 tahun. Kenapa ditunda-tunda? Apa kamu enggak bisa hamil?" Ibu San melihat kearahmu.
Kamu semakin merasa terpojok.
"Ma jangan ngomong gitu" sahut San sambil menggegam tangan kananmu.
"Maaf ya ma, (y/n) belum bisa kasi cucu buat mama" ucapmu.
"Kamu sudah cek ke dokter? Kamu memang gabisa hamil atau gimana?"
Lagi-lagi kamu semakin merasa terpojok mendengar pertanyaan-pertanyaan itu.
"Ma cukup. Mama jangan gini, kasian (y/n). Lagipula San yakin suatu saat nanti (y/n) pasti bisa hamil"
"Mama cuma mau tau aja. Siapatau aja istri kamu ini memang gabisa hamil. Kalo gitu kan mama malu ya sama temen-temen mama. Lagian kamu ini anak mama satu-satunya. Kalo bukan dari kamu, mama mau dapet cucu darimana lagi San?"
Akhirnya kamu sudah tidak bisa menahan air matamu lagi.
"Kalo tau gini, dari awal mama gaakan pernah restuin hubungan kamu sama (y/n), San"
"Ma udah! San sayang sama (y/n). Mau dia gabisa hamil, mau apapun itu San tetep cinta sama (y/n)"
"Kita pulang ya ma. San gamau mama ngomong hal-hal yang malah bikin istri San sakit hati" sambung San.
Setelah itu kamu dan San pun langsung pulang.
Selama di perjalanan kamu mengalihkan pikiranmu dengan menoleh kearah jalanan tapi percuma. Kata-kata tadi sudah terekam jelas di ingatanmu.
San sengaja menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
"Maafin mama aku ya?" Ucapnya.
Kamu tersenyum samar. Lebih tepatnya tersenyum palsu "Gapapa, aku paham mama kamu pasti pengen banget punya cucu. Aku ikhlas kalo kamu mau nikah lagi—"
"Jangan ngomong gitu, aku gasuka. Aku bakalan tetep sama kamu sampai kapanpun. Jangan pernah ngomong gitu lagi" potong San.
"Tapi aku—"
"(Y/n) udah ya, aku gamau kamu sedih lagi. Kamu harus lupain kata-kata mama tadi. Aku percaya suatu saat nanti kamu pasti bisa hamil"
Kamu tersenyum lagi. Tapi kali ini senyum tulus "Makasih ya"
"Itu udah jadi tanggung jawab dan kewajiban aku sebagai suami kamu" jawab San diakhiri dengan kecupan singkat pada keningmu.
Dalam hati kamu tak henti-hentinya mengucap syukur karena memiliki suami pengertian seperti San ini.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
ATEEZ Imagine as Husband
Fanfictionatiny? mampir dulu skuy! [ CLOSED REQUEST ] ©atmospherxe, 2O2O