Prolog

7.8K 384 23
                                    

Ada bagian yang hilang dari semesta.

Sejujurnya, semua pasti membaik. Orang bilang, waktu adalah obat terbaik untuk hati yang terluka. Barangkali benar adanya jika ditilik dari mereka yang telah berhasil bangkit—mati-matian menyeret langkah bahkan merangkak hanya untuk kembali mendapati seberkas cahaya yang muncul dari kegelapan, setelah merelakan sisa hidupnya untuk bergulat—dihajar habis-habisan lebih tepatnya oleh jalan hidup yang mengerikan. Yoongi seringkali bertanya-tanya, pada bagian mana ia akan menemukan fakta tersebut?

Menyelami hampir seluruh kehidupan orang lain bukanlah tipenya, jauh dari itu, Choi Yoongi tak pernah peduli. Namun, ketika seorang  gadis malang datang kepadanya dengan manik sendunya—menunjukkan seberapa hancur dunianya, menemukan fakta mengerikan dibaliknya, mau tak mau hatinya terketuk untuk merangkul; menjadikan si gadis sebagai salah satu orang yang berharga dalam hidupnya.

Hwang Ryujin namanya.

Yoongi tak pernah lupa, dan tak akan pernah lupa bagaimana kedua iris memerah dan berkaca-kaca dengan tangis itu meledak setelah ia merengkuhnya ke dalam pelukannya, menangis kesakitan akibat hidupnya yang miris, jauh dari kebahagiaan. Bagaimana tubuh kurus itu dipaksa untuk menjejalkan makanan setidaknya dua sendok setiap harinya untuk bertahan hidup, mati-matian menahan mual di pangkal tenggorokan ketika teror itu datang, dengan tubuh bergetar ia menatap nanar—seolah mengatakan; "Tolong aku."

Menyedihkan.

Yoongi pikir setelah permainan mengerikan itu berakhir, maka Ryujin akan bahagia seperti keinginannya, jauh dari duka dan kembali melebarkan tawa. Yoongi berharap Ryujin bahagia. Ya. Harusnya begitu.

Namun, ketika kembali menelan fakta bahwa seorang gadis diserahkan padanya, Yoongi tak berkutik. Terlalu memuakkan, dan menyakitkan secara bersamaan. Bagaimana tubuh kurus itu kembali datang padanya, dengan kedua iris berkaca-kaca dan dibingkai air mata ia menatap nanar, jauh lebih menyedihkan karena nyatanya ia tidak pandai meledakkan tangisnya.

Hwang Rheya namanya.

Atas segala pertanyaan yang dilempar dalam benak, pada titik krusial dimana poin yang didapat adalah kerusakan pada jiwanya, Rheya tak lagi mengerti arti mengapa ia belum juga mati dalam kengerian malam yang kerap mendatanginya. Yoongi dan Sera seringkali tergopoh-gopoh berlari mendobrak pintu kamarnya manakala ia terisak keras-keras di tengah malam, terjaga sepanjang malam hingga pagi kemudian. Ketika itu terjadi, gadis tersebut akan spontan berlari dan memuntahkan isi perutnya yang semakin hari semakin kurus. Dengan napas tersenggal-senggal, juga keringat sebesar biji jagung ia akan berusaha meledakkan tangisnya kembali, namun tidak bisa.

Seolah air matanya telah habis. Kering, tak tersisa. Lebih menyakitkan.

Bayang-bayang mengerikan perihal masa lalunya akan berputar di atas kepala, menampilkan setiap sisi yang mana semakin membuatnya tercekik dan merintih kesakitan. Namun, ia tidak bisa menangis. Teror yang mengerikan. Yoongi dan Sera hampir frustasi dibuatnya, merasa kasihan sekaligus turut merasa sakit.

Umurnya baru menginjak delapan belas tahun, namun kebahagiaannya bahkan dapat dihitung seberapa sering didapatkannya.

Namun, ya, Yoongi akui, ada perbedaan di antara Ryujin dan Rheya. Ryujin akan meledakkan tangisnya ketika teror itu berlalu, mencoba menyingkirkan jauh-jauh luka itu kendati datang setiap hari. Sedangkan Rheya, Yoongi nyaris kehilangan seluruh kalimatnya ketika gadis itu menatapnya dengan seulas senyum manisnya kendati ia telah melalui teror mengerikan itu yang bahkan sempat kembali memuntahkan isi perutnya.

"Aku akan hidup. Aku janji, hehehe."

Terlintas ragu dalam benaknya, mendadak gamang dalam seketika kala kembali mendapati senyuman Rheya padanya.

Dia akan melakukannya, kan?

Dia akan tetap hidup, kan?

———

Start on : March 22

Playlist👇🏻

Playlist👇🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Carry You HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang