Entah waktu yang berpihak untuk terus mempertahankan perasaannya, atau memang karena hatinya telah memilih pemiliknya. Perasaan itu sudah berulangkali dicoba untuk dihapus, barangkali hingga membuat Taehyung lelah sendiri dengan mendapati hasil kosong dari usahanya. Tidak berkurang, namun terus bertambah.
Rasa sakit manalagi yang akan menghampirinya?
Ingin berhenti, namun terlanjur begitu jauh. Ingin menghilang, tetapi terlanjur ada. Ingin pergi, tetapi ia telah hadir dalam waktu yang lama. Taehyung tidak bisa membiarkan Rheya pergi dari hidupnya, atau ia sendiri yang meninggalkan segala hal tentang gadis itu. Rasanya masih sama, bagaimana hatinya terlanjur sakit bukan main tatkala mengingat, bagaimana kerinduan itu menyeruak hebat, dan penyesalannya yang tak kunjung usai.
Ia ingin berhenti. Ingin sekali membiarkan dirinya dan Rheya memiliki jalan hidup terpisah, saling berjalan mengikuti takdir masing-masing, dan melupakan satu sama lain. Tetapi, tidak ada kesempatan untuk melakukannya, tidak ada jalan untuk menempuhnya, dan Taehyung kehilangan segala cara untuk lari dari jalan hidupnya yang sekarang.
Bahkan kendati kembali mendapat penolakan, yang mana semakin menambah lukanya, ia tidak bisa berhenti begitu saja seolah takdir benar-benar mengendalikannya. Ah, berbicara mengenai takdir, dapatkah Taehyung memilih apa yang ia mau? Atau setidaknya, dapatkah ia berusaha memperbaiki takdirnya? Konyol jika memang ia harus diam dan menerimanya begitu saja! Jika ia bisa mengubahnya, mengapa tidak?
Apa takdir bisa diubah? Diperbaiki, barangkali? Tetapi, Taehyung tengah berusaha kali ini. Ia tidak bisa kembali ketika ia telah memutuskan untuk menyentuhnya. Pada garis takdir yang mana kini membawanya dalam kubangan luka, menghancurkannya perlahan.
Rheya ada di sini. Di dekatnya. Namun, Taehyung tak bisa menggapainya.
Bagaimana caranya?
Ah, sial!
Barangkali takdirnya memang telah digaris begitu buruk, ia telah kehilangan banyak orang untuk membuktikan berapa banyak hal buruk yang terjadi kepadanya. Kehilangan. Harusnya itu sudah terdengar biasa baginya. Sedikit jiwanya bahkan sudah tercemar dengan keputusasaan, Taehyung tidak bisa membersihkannya dengan mudah begitu saja.
"Ini semua telah berakhir. Kau lupa?"
Tidak. Belum berakhir.
Taehyung mencintainya, sangat. Lalu, mengapa Rheya tak juga mengakhiri cinta pemuda itu kepadanya? Kenapa gadis itu tidak membawanya sekalian untuk diakhiri jika memang segalanya telah usai? Bawa perasaan Taehyung juga! Taehyung tidak bisa menghilangkannya, jadi, harusnya Rheya yang membawanya pergi.
Tidak. Mereka belum berakhir, Taehyung masih mencintainya, selalu. Setidaknya, sampai ia benar-benar merasakan bahwa rasa cintanya telah sampai di ujung—menyerahkan semuanya hingga tak tersisa dan dapat merelakan segalanya, yang tak ia miliki untuk dilepas.
Ini tidak adil. Benar 'kan?
"Dia pasti sangat marah waktu itu."
Taehyung sontak terkesiap tatkala suara tersebut menghantam rungunya, pun kemudian ia menoleh dan mendapati sosok Hani mulai menempatkan dirinya untuk duduk di sebelahnya dengan sebuah kotak susu dalam genggamannya, membiarkan kedua kedua kakinya yang menggantung turut dilahap air bersama pemuda di sebelahnya. Gadis itu tidak balas menatap, melainkan meluruskan pandang pada gelombang air di dekatnya yang mulai tak beraturan karena gerakan kakinya.
Mengulas senyumnya, mengangguk pelan, Taehyung membalas dengan kekehan ringan. "Dia juga pasti sangat membenciku."
Bahkan hanya dengan mengatakannya, seolah menjadi kebenaran kendati hanya sebuah praduga—Taehyung dapat merasakan sakitnya. Seseorang yang ia cintai amat sangat membencinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Carry You Home
Fanfiction[The Secret Series: Book II of Seize] [COMPLETED] Pada desir hebat yang membuncah, di antara detik yang merajam semakin cepat, bersama dengan lantunan isak dalam tangis yang dilayangkan, Rheya baru menyadari seberapa besar presensi si Kang itu meny...