Chapter 01

4.1K 305 25
                                    

5 years later


"Oakland."

Kedua iris itu berbinar, mendadak penuh dengan harap dalam seketika. Ada gelenyar asing yang sukses merasuk—membuat atensinya tertarik begitu saja dengan turut mulai menggaungkan harap.

"Aku tidak tahu dimana tepatnya, tetapi yang jelas, dia berada di Oakland."

Jimin dapat menemukan tubuh itu menegang dengan kedua iris penuh harap, tepat kala Jungkook berujar lantang setelah berulangkali mengumpat di atas kekesalannya. Manakala tungkai itu dibawa mendekat, lantas turut mengajak kedua irisnya untuk berbagi pandang pada laptop Jungkook dengan debar hebat di dalam sana. Jimin tak mengelak, ada gelenyar rasa senang yang menderanya dalam seketika. Hatinya mencelos dalam sekejap hanya dengan menerka-nerka sejauh mana ia berada.

"Rheya berada di Oakland? Sungguh?"

Belum lagi tatkala suara pekikan sang adik yang terdengar begitu senang, lantas buru-buru melempar tasnya dan berlari mendekat untuk turut bergabung pada dua temannya itu, rasanya lama sekali tidak menemukan mereka tersenyum dengan raut penuh harap itu. Lama sekali.

"Kita sudah tinggal di California selama tiga tahun kemarin, dan bagaimana bisa kita tidak menyadari bahwa dia sedekat itu dengan kita?" Suaranya bergetar menahan tangis, Hani tak dapat mengatakan bagaimana rasa rindu bersama senang itu tengah menguasai hatinya saat ini hingga rasanya ia hanya dapat menangis begitu saja.

Rindu. Sangat.

Hal yang sama barangkali tengah berlaku pada Kang Taehyung. Pemuda bersurai hitam legam itu hanya terdiam dengan manik yang menjelajahi layar, menampilkan lokasi keberadaan sosok gadis yang selama ini ia cari. Ada getir yang perlahan menyelinap, sukses mencampur rasa gelisah dan melesatkannya dalam benak. Rasa mencelos yang hadir begitu saja mendadak membuatnya menciptakan jarak.

Rheya di sana? Dia benar-benar di sana?

Taehyung dapat menemukan dirinya mendadak lemas dalam seketika, tak mengelak jika harapan itu perlahan memudar digiring ketakutan kelewat hebat. Tidak, tidak. Ia takut. Ia takut jika ini kembali menjadi khayalannya. Tanpa bicara, ia lekas menarik langkah untuk menjauh, membuat tiga pasang mata itu menatapnya penuh tanya.

Sebelum tubuhnya dibawa memasuki kamar, ia berhenti. Hanya untuk kembali memastikan seberapa besar harapan mereka yang masih tersisa, pemuda itu berbalik dan menatap satu per satu temannya. Senyuman Jungkook, sepasang iris berbinar milik Hani, dan tatapan sendu yang dilayangkan Jimin untuknya. Dalam beberapa sekon kemudian, ia dapat merasakan kerongkongannya tercekat begitu kuat, ragu-ragu untuk berkata.

"Aku akan pergi sendiri. Sudah cukup kalian menderita karenaku, aku... " Sialnya lidahnya mendadak kelu. Siapapun dapat menyadari jika ini kelewat menyakitkan untuknya.

Tidak. Ia telah merepotkan banyak orang, terlebih tiga orang tersebut. Taehyung tidak ingin menyakiti mereka lagi.

"Hyung, apa yang kau katakan?" Jungkook menatap tak mengerti, menelisik lebih jauh manik Taehyung yang sengaja tak diluruskan untuk balik menatapnya.

"Aku akan pergi sendiri. Aku tidak ingin menyakiti kalian lebih banyak lagi. Tidak. Kalian dapat pergi untuk mencari bahagia—"

"Jangan konyol, Kang!" sela Jimin begitu dingin.

Pandangan Jimin serasa menusuk, Taehyung dapat menemukan rahang itu mendadak mengeras dalam satu waktu bersama dengan tatapan tajamnya—seolah ucapan yang baru saja ia layangkan benar-benar tak masuk akal.

Carry You HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang