Chapter 06

1.4K 166 34
                                    

Kebiasaan di negara lain merubah separuh dari dirinya, membawanya pergi dan menyisakan bagian lain untuk diisi sebagai pribadi lain. Pun tak mengelak jika ia tidak merasa dirugikan dengan itu. Lebih bebas, Rheya menyukainya. Dan ya, lebih liar. Rheya mengakui jika dirinya berubah cukup banyak selama hampir lima tahun terakhir. Bukan hal yang asing baginya untuk merelakan kekerasan sebagai jalan akhir dalam pemecahan suatu masalah ketika emosinya benar-benar tak terkendali, dan ia kehilangan kontrol atas dirinya sendiri.

Setidaknya, ia memiliki dua catatan kriminal selama tiga tahun terakhir. Dan keduanya sama-sama catatan kriminal atas penyerangan. Tentu ia pernah mendekam di penjara karena cedera korbannya terlalu berat, setidaknya paling lama lima bulan. Itu pun karena koneksi yang dimiliki Yoongi cukup luas dan dengan bantuan yang diberikan oleh Mark. Pria itu mati-matian berkerja keras demi mengeluarkan Rheya dari penjara, sangat sulit mengingat ia pun bukan warna negara tetap di situ. Dan untuk kasus yang terakhir ini, Yoongi bersyukur karena Mark kembali turun tangan lagi. Jika tidak, ia mungkin sudah mengajak Rheya lari dan menjadi buronan.

"Dia tidak akan menggugatmu, lagipula, dia pun tahu bahwa dia tidak akan menang di pengadilan nanti," ujar Mark.

Rheya mengulas senyumnya, gadis itu lantas memasukkan kedua tangannya dalam saku jaketnya seraya mengimbangi langkah Mark di sampingnya. "Terima kasih. Jika kau tidak datang tadi, aku mungkin kembali mendekam di penjara lagi."

Mark yang mendengarnya kontan mendecih, menahan diri agar tak tertawa ketika jawaban itu berhasil mendobrak rungunya. "Jangan berbicara seperti itu! Aku tahu kau berbohong."

Rheya sontak tergelak dalam beberapa saat, gadis itu menggelengkan kepalanya beberapa kali hingga membuat Mark memutar bola matanya jengah. "Bagaimana bisa kau bicara seperti itu? Aku bohong? Apa yang kau tahu sehingga menganggapku berbohong?"

Langkah keduanya terhenti begitu saja setelahnya. Mark menatap Rheya sinis, hal itu sontak membuat gadis itu balas memberinya tatapan menggodanya—sengaja semakin membuat pria itu kesal. "Jangan konyol! Kau bahkan tak keberatan jika kembali masuk penjara karena menghajar orang. Jangan katakan bahwa aku bicara omong kosong!" ujar Mark.

"Bagaimana bisa kau mengatakan itu?" Gadis itu belum bisa menghentikan gelitik di dalam sana—rasa untuk menggoda mantan kekasihnya itu bahkan semakin menguat setiap detiknya.

"Bagi orang kau mungkin jahat karena masuk penjara, yang berarti kau telah melakukan sesuatu yang buruk. Tetapi bagimu, menghajar orang lebih berarti untuk memberi mereka pelajaran kendati kau juga berakhir di tempat yang buruk itu. Berhenti mengelabuhiku! Aku tahu dirimu." Rheya tak menjawab, sudut bibirnya lantas tertarik untuk menyunggingkan senyumnya yang mana semakin membuat Mark jengah dibuatnya, tetapi jika boleh jujur—hatinya tersentuh ketika mendengar bagaimana pria itu mengatakannya.

Bagaimana ia mengenalnya, bagaimana ia terlihat tetap tidak terusik ketika mengetahui kebenaran atas dirinya, yang bagaimana ia terlihat tidak peduli pada apa yang ia lakukan. Rheya menyukainya. Ini terlihat seperti seseorang yang menyukainya tanpa alasan khusus, yang mana jika ia mengetahui keburukannya, ia akan tetap tinggal.

"Kau hanya ingin menjadi dirimu sendiri. Ketika kau tidak menyukai sesuatu, kau akan menolaknya. Bukankah kau tidak pernah memikirkan risiko yang akan kau terima jika kau menghajar orang atau menciptakan kegaduhan? Kau tidak dapat dikendalikan, dasar liar!"

"Hei! Kata siapa? Tentu saja aku berpikir tentang risikonya."

"Benar. Itu yang kubilang! Kendati kau tahu, kau tetap melakukannya. Kau tahu bahwa kau akan mendapatkan masalah lebih serius tetapi kau tetap melakukannya. Bagimu, memberi mereka pelajaran hingga kau puas lebih penting dibandingkan tahu jika kau akan masuk penjara. Mau mengelak lagi?"

Carry You HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang