Chapter 18

684 114 34
                                    

"Hai, Rheya."

Hari yang buruk.

Rheya bersumpah, menemukan presensi Yoon Hechul adalah kesialan terburuk pada hidupnya. Bukan hanya mulutnya yang serupa dengan tong sampah, tetapi kehadirannya pula. Semua tentangnya adalah apa yang Rheya hindari selama ini. 

"Wow, apakah ini kebetulan?"

Rheya sama sekali tidak berkeinginan untuk meladeni pemuda tersebut, enggan untuk berulah kembali dan hanya fokus mengambil barang-barang yang ia butuhkan dan memasukkannya dalam troli belanja miliknya.

Dan seperti yang Rheya duga, mengabaikannya akan semakin membuat pemuda itu kian menjadi-jadi dengan mencoba menghalangi jalannya. 

"Atau, apakah kita memang ditakdirkan untuk bersama?"

Seolah ia sengaja menjadikan Rheya sebagai bom untuk membunuh dirinya sendiri. Menghancurkan gadis itu.

"Minggir!"

"Hei, mengapa terburu-buru? Aku ingin berbincang denganmu."

"Apa aku terlihat sedang mengharapkanmu? Tidak lihat bahwa aku malu bersama pemuda bodoh sepertimu?"

Hechul pun sontak terdiam, ia bahkan dapat merasakan bulu kuduknya mendadak berdiri dalam seketika. Menemukan Rheya bersama dengan kata kasarnya adalah hal yang sanggup membuatnya ketakutan. Tetapi sialnya, inilah saat-saat yang ia nantikan.

Hwang Rheya dengan segala kebar-baran miliknya.

Berkedip lambat, selaras dengan manik tajam nan dingin milik gadis itu, Hechul pun sempat tergelak pelan sebelum kemudian melebarkan senyumnya. "Astaga! Mulutmu itu! Kau benar-benar mengagumkan. Sungguh."

Oh, ayolah!

Hechul pun mengulurkan tangannya untuk menyentuh lengan gadis itu, namun Rheya lebih dulu menepis tangannya dan menatapnya dengan nyalang. 

"Kuperingkatkan kau, jangan pernah berani untuk menyentuhku! Dan enyahlah dari hadapanku, Brengsek!" geramnya.

Alih-alih merasa kembali ketakutan, pemuda itu malah kembali tersenyum dan menatap penuh dengan perhatian. "Kenapa? Emosimu benar-benar buruk, ya? Kau sangat tempramen. Apa menurutmu kau tidak berlebihan, Hwang? Ini bahkan hanya hal kecil yang—"

"Apa kau miskin?"

"Apa?"

"Kurasa telingamu bermasalah. Aku bisa memberimu uang untuk memeriksakannya ke dokter jika kau tak bisa melakukannya. Aku menyuruhmu enyah sedaritadi." Rheya pun mendadak terkekeh sinis seraya memandang Hechul dengan remeh. 

"Apa kau pikir bahwa kau hebat? Kau selalu berusaha mengungkit masa laluku, kau selalu berusaha memancing emosiku dan membuatku tertekan. Sejujurnya, aku berpikir akan hal itu, mengapa manusia seringkali cenderung mengorek kelemahan manusia lain? Tidak peduli dalam hal apa pun, tetapi bukankah itu aneh? Seolah-olah itu menunjukkan bahwa dia tidak ingin menderita sendirian dengan menghancurkan yang lain."

Hechul hanya terdiam dengan kedua tangan yang mengepal seraya menatap Rheya tajam, sementara Rheya sendiri pun mengulas seringai miliknya. "Bagaimana menurutmu? Apakah kau sama denganku? Atau bahkan... jangan-jangan kau yang paling menyedihkan di antara kita berdua?"

"Omong kosong!" balas Hechul dengan seketika.

Mendengar itu, Rheya pun sontak tergelak hingga membuat beberapa orang di sekitarnya mulai memperhatikannya dan Hechul. Namun, perlahan, tawa itu mereda manakala ia kembali menatap Hechul dengan datar.

"Astaga, lalu bagaimana sekarang? Aku baru saja berniat untuk merasa kasihan padamu. Tetapi, setelah kuingat kembali, rasa kasihan itu akan kau berikan padaku sejak dulu jika mengingat bahwa kau manusia yang sudah seharusnya memanusiakan yang lain. Dan kini aku sadar, rasa kasihanku tidak berlaku untuk hewan aneh sepertimu."

Carry You HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang