Chapter 12

1K 122 13
                                    

RAMEINN GENGSS, KANGENN CELOTEHAN KALIANN, PANJANG-PANJANG GAPAPAA, BIKIN SEMANGAT

---

"Kau yakin bahwa hanya kau yang terluka dalam permainan itu?"

Hei?

Tunggu!

Dalam beberapa saat, Rheya dibuat tertegun tak percaya. Benar-benar tak mengerti, mengapa hal semacam ini harus diungkit kembali? Terlebih lagi yang mengungkitnya adalah Mark Tuan, seseorang yang mengaku sangat mencintai selama ini, dan Rheya percaya akan itu. Lantas, mengapa seolah-olah ia tengah berusaha memahami orang lain? Dan lebih dari itu, mengapa harus Kang Taehyung?

Apa yang dia inginkan?

Ada rasa sesak yang mendadak menyelinap, hal itu sontak membuat Rheya buru-buru membuang muka kala menyadari bahwa hatinya turut merasa begitu tak nyaman. Sial!

Mengapa harus diungkit kembali?

"Kau benar-benar membencinya?"

Rheya sontak memejam, benci mendengarnya. Kumohon!

"Hentikan!"

"Pernah kau coba menjadi dirinya? Berada di posisinya? Pernah kau coba untuk memahaminya? Rheya, kupikir, dia juga sama sepertimu."

Rheya spontan tergelak, ada getir yang merangsek di dalam sana, dan ia benci ketika mulai menyadari bahwa Mark berpihak padanya, pada Taehyung. Mengapa mendadak menempatkan pemuda itu dalam konversasi kali ini?

"Kenapa aku harus melakukannya?" Ia pun menoleh pada Mark yang kini menatapnya begitu sendu, tampak benar-benar ingin memaksanya untuk mengerti Kang Taehyung tersebut.

"Apa dia juga memikirkanku? Apa dia juga mencoba berada di posisiku kala itu? Bagaimana bisa dia melakukannya?"

Rheya tidak berbohong, ini menyakitkan untuknya.

Ada banyak hal di masa lalu yang mulai datang menyapanya, ada banyak kenangan yang kini lewat di dalam kepalanya hingga membuatnya semakin kesal. Gadis itu pun sontak meraih sebotol soju yang sempat ia tinggalkan sejenak di belakangnya, buru-buru menenggaknya kemudian. Ia pikir, malam ini bebannya akan berkurang dengan duduk santai bersama dengan Mark, juga beberapa botol miras dan sebungkus rokok yang mana tidak akan dapat ia lakukan ketika berada di rumah bersama Sera dan Yoongi. Namun, fakta berkata lain, ia bahkan mulai berpikir jika ia tidak mengenal pemuda di sampingnya ini.

Sial! Sial! Sial!

Dan juga, lebih dari itu, mengapa Mark berbicara seolah-olah ia mengetahui masa lalunya? Andai ia tahu, Rheya telah berusaha mati-matian mengubur kenangan itu dari memorinya.

"Rheya," panggil Mark dengan lembut.

Ia sadar, ia telah menyakiti gadis itu. Tetapi, bukan ini yang ia inginkan.

Pembicaraan mereka terasa semakin berat seiring detik merajam, terasa jauh lebih menyakitkan dibandingkan dengan penolakan dan penantian Mark selama ini. Tak mengelak, keduanya bahkan telah menyadari bahwa akhir dari konversasi ini hanya akan membuat mereka sama-sama terluka. Entah Rheya yang dipaksa harus menerima kenyataan yang berulangkali ia tolak, atau Mark sendiri yang mencoba merelakannya.

Carry You HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang