Chapter 2

237 20 15
                                    

Dewa: "udah"
Ucapnya setelah memasangkan kunci helmku.

Dilra: "oh iya thanks"
Aku menaiki motornya.
Dewa: "mau pegangan nggak?"
Shena: "jangan modus lu yah"
Dilra: "hahaha"
Dewa: "ya kalau mau, kalau enggak. Gak apa - apa"
Akhirnya aku berpegangan pada pundaknya.
Dewa: "eum maaf"
Dilra: "....?"
Dewa: "gue berasa jadi tukang ojek dipegangin di pundak"
Shena: "haha nanti gue bayar deh. Asal temen gue sampe dengan selamat, tanpa lecet"
Dewa: "nanti gue tagih janji lo"
.
.
Motor mulai melaju, lama - lama aku kedinginan dan menurunkan tanganku di pundaknya. Aku lipat tanganku di perut, agar tidak terlalu terasa dingin.
.
Dewa: "Lo dingin?"
Dilra: "enggak" kataku pura - pura. Pasti dia ingin modus dipeluk dari belakang.
Dewa: "mau pake jaket gue?"
Dilra: "gak usah, gak dingin kok"
.
Hening lagi, hanya suara angin dan kendaraan yang lewat.
.
Dilra: "BTW kok gue gak liat lo waktu masa orientasi, lo gak jadi mentor?"
Dewa: "Gak"
Dilra: "kenapa?"
Dewa: "takut mereka tambah semangat sekolah disana, kan gue ganteng hahaha"
Dilra: "pede ya lo"
Dewa: "emang menurut lo gue gak ganteng?"
Dilra: "emang lo gak malu punya tingkat kepedean yang begitu?"
Dewa: "haha bukan pede, gue ngomong menurut survei"
Dilra: "survei?"
Dewa: "iya, ini gue lagi nunggu jawaban dari lo. Buat nunggu survei dari lo, gimana? Gue ganteng gak?"
Dilra: "gantengan Abang lo"
.
Cekiiiiiiit, tiba - tiba dia mengerem mendadak sehingga tubuhku menabrak punggungnya.
Dilra: "iiih... kenapa sih lo?"
Aku lihat tatapannya kosong dan tubuhnya mematung.
Dilra: "heh! Lo kenapa?"
Aku menepuk - nepuk pipinya tapi malah salah fokus. Ini kulit apa serosotan TK? Licin banget, dia bener - bener mulus, gue aja cewek kalah.
.
Saking fokusnya aku menikmati kemulusan pipinya. Tak kusadati dia sudah memandangku dan tanganku masih menempel dipipinya.
Aku langsung tarik tanganku, dia tersenyum, sepertinya dia sudah mendapatkan kesadarannya kembali.
.
Dilra: "lo kenapa sih?"
Dewa: "gak apa - apa, gue kaget dibilang gantengan abang gue" sambil menstarter motornya kembali.
Dilra: "hahaha baperan lu"
Dewa: "ini arahnya kemana? Gue kan gak tahu rumah lo"
Dilra: "masih lurus. Nanti di stopan depan belok kiri"
Dia mengangguk.
.
.
Sesampainya di rumah, ibu sudah menunggu didepan dengan tanganya yang dilipat diatas perut. Wajahnya juga sangar, pasti aku akan di serang dengan omelannya.
Dewa: "itu ibu lo?"
Dilra: "iya"
Dewa: "terus lo mau turun jam berapa?"
Dilra: "ya sekarang"
Aku turun dengan ragu - ragu, aku sudah siap dengan omelan - omelan yang membisingkan.
Ibu: "INI JAM BERAPA DILRA?"
Dilra: "Ta...tadi..."
Dewa: "tadi dilra aku ajak jalan sebentar bu, saya minta maaf kalau kemalaman pulangkan dilra"
Anak itu, kapan dia turun dari motor dan membuka helmnya. Aku beralih lagi pada ibu untuk menjelaskan. Tapi tiba - tiba ibu mematung, pandanganya kosong menatap Dewa, seperti orang jatuh cinta.
Dilra: "Bu... ibu!" Aku mengguncangkan tubuhnya.
Ibu: "ah ..iya. hehe gak apa - apa kok. Baru juga jam 7. Kalau mau ajak jalan lagi juga gak apa - apa. Asal jangan lewat jam 9. Masih ada waktu 2 jam lagi, sana malam mingguan lagi. Sakit hati juga ibu kalau ounya anak gadis malam minggu cuma dikamar aja hahahaha"
Dilra: "ibu!"
Aku baru sadar hari ini hari sabtu. Tadi Dewa kan akan pergi, jangan - jangan dia mau malam mingguan.
.
Dilra: "dewa, lo tadi mau pergi kan? Sorry ya jadi anterin gue. Mending lo cabut deh, pasti udah telat"
Dewa: "ya udah, saya pamit ya bu"
Ibu: "ah? Nggak masuk dulu?"
Dewa: "makasih, mungkin lain waktu"
Dilra: "udah bu... dewa nya buru - buru. Ayo masuk masuk!" Kataku seraya menarik tangan ibu "thanks ya dewa" teriakku.
Dia membalasnya dengan melambaikan tangan. Senyumnya itu lo, manis sekali.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DEWA KELINCITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang