CHAPTER 12

126 11 3
                                    

Dilra: "Kayaknya lo deh yang harus dibantu. Parah semua nih nilai, kebakaran semua"
Dewa: "Serius? Lo mau bantu gue belajar?"
Aku mengangguk
Shena: "Hah! Giliran di cariin guru les gak mau"
Dewa: "Kalau gurunya Rara kan jadi semangat belajarnya. Btw, lo kesini cuma buat komporin Rara dengan nilai2 gue?"
Shena: "Enggak, ya mau liat aja. Sahabat gue lagi di kandang serigala. Kalau di serang kan kasian, anaknya pinter, masa depannya cerah. Gak kayak lo! Suram!"
Dilra: "Ha ha ha, ya udah deh gue pulang ya. Hampir sore"
Dewa: "Gue anter!" Aku langsung menekan tubuhnya agar berbaring kembali.
Dilra: "Gak usah! Kena angin di luar, makin panjang masa ngajar gue nanti. Sekarang aja udah telat sebenarnya buat belajar"
Dewa: "Siap bu Guru, kalau gitu di anter Juna ya"
Dilra: "Enggak!" Ucapku sambil pergi.

Dewa: "Eh hei! Beb! Gak sun kening dulu gitu biar aku cepet sembuh"

Braaak! Aku tutup pintu sekeras-kerasnya. Shena mengantarku sambil tertawa.

Shena: "Kasian banget sih dia. Lo serius gak mau sama dia?"
Dilra: "Gak usah dibahas, gue pulang dulu ya"
Shena: "ya udah bye"
Dilra: "bye"

=====

Keesokan harinya, kepala kelinci sudah sok akrab dengan ibuku. Mereka sedang menyantap sarapan pagi roti cokelat dan susu.
Ibu: "Ayo Ra, kasian nih Dewa nunggu lama"
Dilra: "Udah sembuh lo?"
Dewa: "Udah, ternyata harus dijengukin Rara biar sembuh. Obat dari dokter gak ada apa-apanya"
Ibu: "ha ha ha, kalian tuh lucu. Kemarin Dilra yang sakit, di jagain sama Dewa. Sekarang Dewa sakit, di jagain Sama Dilra.
Dilra: "Bukan jagain bu, jenguk!"
Ibu: "Kata Dewa disuapin makan sama kamu. Berarti kamu udah jagain Dewa"
Dilra: "Ember ya lo!" Ujarku sambil melempar tissue pada Dewa.

Disekolah, mendadak ada ulangan Matematika. Disitulah pertamakalinya aku melihat wajah cemas seorang Dewa.

Pak Mul: "Saya beri waktu 10 menit untuk menghafal"
Dewa: "sebentar banget pak?"
Pak Mul: "Oke, 5 menit"
Dewa: "Pak...."
Aku langsung membekap mulut Dewa
Dilra: "Siap pak, 5 menit"
Dewa: "Ra, lo tahu isi otak gue gimana"
Dilra: "Kalau lo ngomong satu kata lagi ke Pak Mul, waktunya akan terus dipotong jadi 2 menit"
Dewa berhenti sejenak. Lalu membuat gerakan seolah menyeleting mulutnya.
.
Bel istirahat berbunyi, semua murid mengumpulkan hasil ulangannya masing-masing.
Pak Mul: "Dewa!"
Dewa: "Pak,please. Jangan omelin saya. Semua salah bapak, pakai persiapan saja nilai ulangan saya "D" apalagi ulangan mendadak"
Pak Mul: "Dewa... dewa! Kamu ketua murid kan disini? Seharusnya kamu menjadi contoh baik dalam segala bidang. Apalagi dalam hal pelajaran. Sudah hampir 2 semester,nilai kamu anjlok terus"
Dewa: "I...iya pak"
Pak Mul: "Apa yang iya?"
Dewa: "Nilai saya, buruk"
Pak Mul: "lebih dari buruk! Mulai sekarang, kamu turun tahta jadi muris biasa. Mulai sekarang ketua kelasnya Dilra"
Dilra: "E...enggak pak! Saya gak mau, yang lain aja"
Pak Mul: "Ya udah, saya akan lihat di nilai ulangan Matematika ini. Yang nilainya tinggi, akan menjadi ketua kelas."

Pak Mul kembali memeriksa nilai ulangan. Stelah beberapa saat, ia berdiri dengan dua lertas ulangan ditangannya.
Pak Mul: "nilai paling tinggi adalah, Dilra"
Dilra: "Pak, tolong. Saya sama sekqli tidak siap menjadi ketua kelas"
Pak Mul: "Saya belum selesai-. Nilai paling tinggi adalah Dilra dan Tara"

Aku dan Dewa saling bertatapan. Lalu melihat ke bangku bagian belakang dimana Tara juga terlihat kaget mendengar pengumuman itu.

Pak Mul: "Untuk itu, yang menjadi ketua kelas, Tara"
Tara memang tak pernah banyak bicara. Disaat Pak Mul memintanya untuk menjadi ketua kelas, dia ridak menolak maupun menyerujuinya. Hanya diam sampai sekretaris membuka nama Dewa dan menggantinya dengan Tara.
Disitulah aku melihat wajah murung Dewa.

Dilra: "Emang kalau gak jadi ketua kelas sesedih itu ya? Kan lo jadi bebas tanpa harus mikirin banyak kepala hang beda2 isinya"
Dewa menghadap ke arahku.
Dewa: "Dari pendidikan, gue kurang. Dari tampang.... gue juga..."
Dilra: "Bukanya lo terkenal karena tampang lo ha ha ha"
Dewa: "Cuma jadi ketua kelas gue bisa terlihat membanggakan dihadapan lo, Ra. Andai lo kayak mereka, yang mendewakan tampang gue, sekarang gue pasti masih ada kesempatan. Setelah turun tahta, gue semakin merasa gak pantas buat lo"

Aku terdiam sekaligus terkejut mendengar penuturannya. Hal ini membuat aku salah tingkah juga. Dewa beranjak, entah mau kemana. Aku menahan tangannya agar dia tetap disini melanjutkan pembicaraan kami.

Dilra: "Duduk sebentar!"
Dia menurutiku
Dilra: "Hal apa saja yang lo lakuin demi dapet perhatian gue?"
Dia menatapku intens
Dewa: "Semuanya, termasuk tinggal kelas"
Dilra: "Tinggal kelas?"
Dewa: "gue pelupa. Tapi walau gue kurang dalam hal pelajaran, tapi dalam hal ujian,gue masih ada waktu untuk belajar. Kecuali ulangan dadakan, gue bisa lewatin ujian lainnya. Khusus ujian kenaikan kelas tahun kemarin, gue sengaja gak belajar. Saat wali kelas bilang gue gak naik kelas. Gue minta di tempatkan di kelas ini, biar bisa sekelas sama lo. Ha ha, tapi gue malah malu-maluin diri sendiri"
Dilra: "Bodoh!"
Dia tertawa singkat
Dewa: "Sekarang gue udah boleh pergi?"
Dilra: "Bentar. Pulang sekolah ada waktu kosong?"
Dewa: "Lo... lo mau kita jalan?"
Aku mengangguk
Dewa: "Kalau buat Rara, waktu sekolah juga jadi kosong"
Dilra: "ya udah, sana pergi!"
Dewa: "tadinya mau ke toilet buat merenung. Sekarang ke toilet mau buang air kecil aja. Sudah tidak ada yang harus di renungkan"
Dilra: "harus memberitakan hal kayak gini ke gue?"
Dewa: "He he, ya udah. Ke toilet dulu ya"
Aku menghela nafas tanpa menggubrisnya.
.
Pulang sekolah, aku yang membonceng Dewa.
Dewa: "Kita mau kemana?"
Dilra: "belajar"
Dewa: "ini arah ke rumah gue"
Dilra: "Iya, belajar di rumah lo"
Dewa: "oh.. oke"
Sesampainya di rumahanya, tante Lyra membukakan pintu.
Lyra: "eh... dilra! Masuk masuk"
Dewa: "Rara mau ajarin aku cinta Mah. Eh... belajar maksudnya"
Lyra: "Wah yakin, Ra? Dosen harvard saja menyerah ngajarin Dewa mah"
Dilra: "ha ha ha"
Dewa: "iya lah, dosennya kakek-kakek mana masuk ke otak Dewa. Kalau yang ajarin Rara mah, belajar rasa liburan"
Lyra: "kok liburan?"
Dewa: "pemandangannya bagus, bikin mata fresh seperti buah di toserba"
Tante Lyra mengacak rambut Dewa
Dewa: "Ya udah ayo Ra,langsung ke kamar aja"
Dilra: "kamar?"
Dewa: "Biar fokus belajarnya"
Dilra: "Gak ada! Di ruang tamu aja"
Lyra: "Ha ha,untung ceweknya waras. Ayo masuk,tante bikinin jus dulu buat kalian"
Dilra: "Iya tan"
Belajar perdana bersama, dimulai dari membuat jadwal.
Dilra: "gue kasih les, seminggu sekali"
Dewa: "kenapa gak tiap hari?"
Dilra: "otak lu butuh istirahat, jangan di porsir"
Dewa: "nelajar sama Rara udah bagian dari refresh otak"
Dilra: "otak gue yang panas liat lo tiap hari"
Dewa: "itung-itung latihan Ra, siapa tahu jodoh. Kalau kita jodoh kan nanti liat dari bangun tidur sampai tidur lagi"
Dilra: "mau di lanjutin gak belajarnya?"
Dewa: "oke. Tapi jangan seminggu sekali dong. Kan gue pelupa"
Dilra: "ya udah, jadwalnya. Minggu, kamis sama sabtu"
Dewa: "Ya udah deh lumayan"
.
Setelah fix membuat jadwal,aku mulai menerangkan pelajaran Matematika, setelah tanya jawab. Barulah ku buatkan latihan soal untuk dia.

Ternyata, saat serius, dia begitu tampan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ternyata, saat serius, dia begitu tampan. Sebenarnya, aku sudah jatuh cinta padanya dari saat dia menjagaku di rumah sakit. Tapi, aku benar-benar tidak mau menjalin hubungan sebelum lulus SMA.

 Tapi, aku benar-benar tidak mau menjalin hubungan sebelum lulus SMA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Hai, izinkanlah si pengemis kebahagiaan ini meminta kalian untuk vote dan comment. Semangatku untuk menulis mulai turun tanpa dukungan kalian 😢

DEWA KELINCITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang