CHAPTER 10

121 16 13
                                    

DILRA POV
.
Setelah di ruang inap, tiba-tiba kami dikejutkan dengan kedatangan Juna dan Shena. Ibu juga datang dengan mereka. Bagaimana aku tidak terkejut, shena dan juna datang dengan kebisingan.

Dewa: "bisa pelan-pelan gak? Ini rumah sakit"

Aku tertawa melihat Dewa mengomel seperti itu. Wajahnya juga serius sekali.

Ibu: "Aduh, kamu tuh dek. Bikin ibu khawatir"
Dilra: "gak apa- apa. Cuma masuk angin"
Shena: "Anginnya segede apa yang masuk? Ampe harus di infus gini"
Dilra: "aw!" Ringgisku, saat Shena sengaja menekan bagian tangan yang di tertanam jarum infus.
Dewa: "Shena! Pulang lu akh!" Sambil meraih tanganku dan mengusapnya.

Shena: "cie! Posessif!"
Semuanya tertawa.

Dewa: "Masih sakit?"
Dilra: "udah enggak"
Ibu: "ekhem ekhem, kok ibu gak tahu kalian jadian"
Dilra: "Siapa yang jadian? Enggak!"
Dewa: "Rara! Jangan galak-galak ya sama ibu mertuaku"
Dilra: "Itu ibu gue! Jangan mimpi jadi mertua lo!"
Dewa: "Jangan terlalu emosi Rara, nanti tipesnya sembuh. Malah darah tinggi"
Dilra: "lo doain gue?"
Ibu: "sssst! Udah. Aduh ibu pusing, nanti kalian sehat, ibu yang darah tinggi"
Dilra: "Issh! Jangan dong bu. Si Dewa aja tuh yang darah tinggi"
Dewa: "Gak apa-apa, kalau Rara yang minta, penyakit apapun aku terima"
Shena: "ueeek, gombal macam apa sih  itu? Menjijikan banget"
Dewa: "Kalau jijik, tutup telinga. Si Juna aja belajar gombal dari gue, makannya lo luluh sama dia ha ha ha"
Shena: "Kalau gue luluh gara2 lo, ngapain ngejar-ngejar Dilra gak dapet-dapet. Berarti ada yang salah sama cara lo!"
Dewa: "Dilra mah terlalu mahal buat luluh karena gombalan ha ha ha"
Shena: "maksud lo? Gue murah?"
Juna: "udah sayang, udah! Udah! Ini Rumah sakit"

Kami semua jadi tertawa lihat pertengkaran Dewa dan Shena.
Setelah itu, hening seketika ketika makan buah bersama. Memang makanan lah, penengah yang paling baik. Dewa sangat rakus sekali makan, seperti orang yang gak nemu makanan bertahun-tahun. Aku mengambil handphone dan mengarahkan kamera ke arahnya.

Dilra: "Dewa"
Dewa: "Hemm?"

Cekrek!

Aku tertawa melihat hasil fotonya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tertawa melihat hasil fotonya.
Dewa: "Rara, kamu kalau mau foto au bilang. Kita kan bisa foto berdua. Sini"
Dia mengambil handphoneku dan berselfi denganku.
Dilra: "Ikh!Siapa yang mau foto sama lo"
Dewa: "Jangan di hapus, nanti nyesel lo!"
.
.
Malam harinya, aku sudah di perbolehkan pulang. Tinggal menunggu Dewa mengurua administrasi. Sebenarnya,tadi ibu yang akan urus, tapi dia dengan sok pahlawannya, memaksa ibu untuk duduk cantik saja sambil menunggu di kamarku. Juna dan Shena juga masih disini.
.
Pintu terbuka menampilkan Dewa dengan bungkusan obat ditangannya. Disusul dengan Shena dan Juna yang membawa kursi roda di belakang Dewa.
Dilra: "Pake kursi roda lagi?"
Dewa: "Iya, emang kenapa sih? Jaim banget"
Dilra: "Gue masih mampu jalan"
Dewa: "Jangan! Kamu gak boleh kecapean"
Shena: "Cieee, kamu? Ekhem!"
Dewa: "Apa sih? Rempong!"
Dilra: "Gue mau jalan!"
Dewa: "Ya udah gendong"
Dilra: "Enggak! Hiks hiks"
Ibu: "Ya ampun Dilra! Kamu itu tinggal naik kursi roda aja, harus di paksa sampai nangis?"
Dilra: "Aku gak mau pake itu hiks hiks"
Juna: "Ya udah, di gendong sama Si Rabbit"
Dilra: "Apa lagi itu! Hiks hiks"

DEWA KELINCITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang