11 | Kompetisi musik ?

426 90 6
                                    




Alunan melodi perpaduan alat orchestra merupakan satu dari beberapa hal yang paling kusukai di dunia ini. Sejak kecil aku selalu menyukainya, menyempatkan waktu bersama keluargaku untuk menonton pertunjukan orchestra.

Sewaktu kecil dulu, aku pernah bermimpi ingin menjadi konduktor yang begitu aktif mengarahkan para pemain alat musik. Gerakan tangan seorang konduktor yang khas, tongkat kecil yang mengikuti gerakannya, terlihat lucu di mataku dulu.

Dulu juga aku sempat berpikir, mungkin jadi konduktor bukan hal yang sulit. Toh kita hanya perlu menggerak-gerakan tangan tanpa perlu pusing-pusing menghafal partikel.

Tapi nyatanya, seorang konduktor pun termasuk dalam bagian tersulit dalam orchestra. Kenapa bisa begitu ? jawabannya karena pusat permainan itu sendiri ialah sang konduktor. Orchestra bisa saja hancur jika sang konduktor tak mampu memkordinasikan seluruh alat dengan baik.

Sewaktu aku menjadi konduktor, akupun sempat pesimis dan ingin menyerah karena sulitnya tanggung jawab yang kuterima. Dan yang aku takuti benar-benar terjadi saat itu.

Hhh apa aku juga harus menceritakannya ?

Baiklah, tidak apa-apa, inilah kisah lain semasa remajaku.




***




"Kompetisi orchestra antar sekolah ?"

Sehun mengernyitkan dahinya usai membaca selembar kertas yang di tempel di papan mading. Ia, Kyungsoo, dan Yixing tak sengaja melihat selembar kertas yang nampak menarik itu. Keduanya pun memutuskan berhenti sejenak untuk melihat apa yang ditulis kertas itu.

"Apa sekolah kita akan berpartisipasi ? tahun kemarin sekolah kita mendapat juara tiga, kan ?" Yixing bertanya dan dengan cepat dibalas anggukan oleh Kyungsoo.

Gadis Do itu masih menatap lekat lembar kertas pengumuman itu. Setitik binar harapan terlihat di bola matanya yang indah. Kyungsoo ingin sekali bergabung, karena selama ini ia sangat menyukai orchestra.

Namun, Kyungsoo tidak bisa berharap seperti itu karena sekolah sudah pasti akan mengirimkan anggota club musik, bukan dirinya yang tidak mengikuti kegiatan club apapun.

Setelah puas memandangi mading, ketiga remaja itu memutuskan untuk kembali berjalan menuju kelas mereka. Di setiap langkahnya, Kyungsoo masih memikirkan tentang lembar kertas mading tadi.

Kalau dirinya bisa ikut, ayah dan ibunya pasti akan bangga, karena mereka juga menyukai musik orchestra.

Pikiran-pikiran yang masih menempel dalam otaknya itu, terus mengganggu Kyungsoo bahkan meski ia telah sampai di kursinya.

Chanyeol yang duduk di samping kanan Kyungsoo, sengaja menoleh ke arah kirinya. Dahi putihnya berkerut usai matanya menangkap keanehan pada Kyungsooo.

Bibir ranum gadis Do itu terus berceloteh, namun tak terdengar sekecilpun suaranya. Tanpa diketahuinya, Chanyeol memutar bola matanya malas, seakan tengah mengejek si bungsu keluarga Do itu.

Lambat laun, guru yang mengajar pun tiba, membuat desahan kesal serta kecewa mengudara dari tiap murid di kelas itu. Termasuk Sehun yang paling kecewa guru tersebut masuk ke kelas.

Goodbye, YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang