Berkelahi

270 45 0
                                    


   Kelimanya lalu berpencar pada 5 titik yang telah ditentukan. Telapa tangan mereka lalu menghadap ketempat latihan itu dan mengeluarkan cahaya. Mata mereka terlihat fokus pada satu titik. Tujuan mereka sebenarnya. Tidak ada yang bergeming sama sekali. Mereka tahu, bahwa membuat pelindung seperti ini tidaklah susah dibandingkan melawan para iblis terutama yang terkuat. Sekitar 5 menit mereka membuat pelindung tersebut , akhirnya selesai juga. Mereka lalu kembali masuk dan menemui orang-orang.

  "SAYA MOHON UNTUK SEMUANYA TIDAK KELUAR DARI TEMPAT INI. DILUAR SAAT INI SEDANG TIDAK AMAN UNTUK KALIAN, TOLONG JANGAN MEMBUAT SUARA KERIBUTAN APAPUN YANG DAPAT MEMANCING PARA IBLIS ITU KEMARI!" teriak Hana yang diikuti anggukan mereka.

  Seorang pria tua dengan tongkat ditangannya, lantas berjalan kearah Hana dengan membungkuk.

  "Nak, bawalah ini!" ujarnya memberi sesuatu yang dibungkus kain putih.

  "Apa ini kek?" tanya Hana penasaran.

  "Kakek yakin kalian akan membutuhkannya nanti. Kota ini sedang tidak aman dan kejadian ini pernah terjadi sebelum kalian sedewasa ini. Kalau boleh, kakek akan menceritakan kisah dimana para iblis ini menyerang kota kami."

  "Tentu boleh. Kami juga ingin tahu cerita itu. Sebaiknya kakek bercerita sambil duduk saja," ujar Hana kemudian membatu kakek tersebut untuk duduk.

  FLASHBACK ON

  "Kita tidak bisa membiarkan Hana sendirian didalam rumah," ujar seorang wanita berumur kurang lebih 39 tahun.

  "Lalu kita menitipkan dia dimana?" tanya seorang pria membalik.

  "Aku tahu. Kita akan menitipkan dia pada pak Hwang. Setelah kakakmu datang, maka dia akang memberikan Hana pada kakakmu."

  "Baiklah, ayo kita kesana."

  Lantas 2 orang itu berlari meninggalkan rumah dengan membawa tas dan menggendong seorang bayi. Matanya tertutup dan bibir mungilnya sesekali bergerak. Setelah sampai didepan sebuah rumah sederhana, keduanya lalu mengetuk pintu dan keluarlah si pemilik rumah.

  "Ada apa?"

  "Pak, boleh kami menitip Hana disini. Kota sedang kacau sekarang. Nanti pamannya akan datang menjemput dia."

  "Jadi begitu. Baiklah, berikan anakmu. Jika pamannya datang maka katakan bahwa kau berada diruang bawah tanah. Tepat dibawah meja ruang tamu."

  "Baik pak," ujar wanita tersebut sembari memberikan Hana dan tasnya pada pria yang lebih tua dihadapnnya.

  "Nak, mama pergi ya. Jaga diri baik-baik, jangan sampai sakit. Kalau mama sama papa selamat, janji kita akan datang menjemputmu!" ujarnya sembari mengelus pipi bayi itu dengan air mata yang tak kunjung berhenti.

  "Sebelumnya terima kasih banyak, kami permisi."

  Setelah itu pria tersebut membawa Hana masuk kedalam rumah lebih tepatnya didalam ruang bawah tanah. Disana tampak sekali tenang. Bayi itu diletakannya diatas ranjang dan membiarkan dia tertidur. Lantas dia mendekat dan menatap Hana iba.

  "Nak, masa depanmu masih panjang. Suatu hari nanti kau akan tahu siapa dirimu dan kedua orang tuamu. Dunia ini kejam, memberi tugas pada mereka yang bahkan tak sanggup memikulnya. Ada saatnya dimana kisah ini akan kuceritakan padamu."

  Terdengar suara langkah kaki dari atas membuat pria itu berjaga-jaga. Tiba-tiba ada suara orang memanggil-manggil namanya.

  "Pak Hwang, ini saya. pamannya Hana!"

  "Oh itu dia."

  Lantas pria itu menggendong dan membawa Hana keatas. Benar saja, paman bayi itu telah menantinya dengan  wajah cemas.

IBLIS-MYG (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang