Menikah?

303 44 2
                                        


  Disis lain nampak Hana yang perlahan mulai kembali  kesadarannya. Dia bangun lalu memegangi kepalanya. Pem lihatannya sedikit buram, dengan tidak terburu-buru dia memperjelasnya. Betapa terkejutnya dia saat mendapati dirinya tengah berada diruang yang cukup gelap. Bisa dipastikan bahwa diluar sekarang sudah larut malam. Cahaya remang-remang rembulan menyinari ruangan itu melalui celah-celah jendela.

  "Aku ada dimana?" tanyanya bingung.

  Dia beranjak dari ranjang lalu mencoba untuk mencari pintu. Sudah dikelilinginya ruangan itu namun tidak menemukan sesuatu yang sedari tadi dicarinya.

  "Kenapa tidak kelihatan pintunya?" tanya Hana bingung.

  "Aku harus bagaimana, kenapa tidak ada jalan keluarnya. Siapapun tolong aku?" ujarnya yang mulai panik sembari memukul-mukul dinding yang lumayan tebal itu.

  "Hiks, tolong aku. Aku tidak mau terjebak didalam sini. Jimin, I'na. Ho Seok. Siapapun tolong aku hiks hiks. Tolong...!"

  "Aku tidak mau terjebak didalam sini. Tempat ini gelap, tolong aku. Ayah ibu, dimana pun kalian berada tolong selamatkan aku. Aku takut ibu," ujarnya sembari memeluk kedua lututnya.

  Tiba-tiba nampak cahaya bersinar didalam ruangan tersebut. Hana lalu menatap kedepan dan mendapati kedua orang yang sangat dia sayangi.

  "Ayah, ibu?" panggilnya sembari menghampiri mereka lalu memeluknya.

  "Tenang sayang. Ada ibu dan ayah disini, jangan takut."

  "Ibu, ayah. Apa yang harus kulakukan. Aku takut ibu, kenapa nasibku harus begini."

  "Sayang. Semua ini sudah takdir," jawab sang ayah sembari mengelus lembut rambut sang putri.

  "Tidak tahukah kalian betapa rindunya aku. Hiks, aku terus menjalani hidup dalam kesendirian. Paman tidak mengabariku. Lalu siapa yang bisa kumintai tolong?" tanyanya dengan mata yang menatap kedua orang tuanya.

  "Kau punya teman-teman. Mereka yang akan membantumu. Maaf karena sudah membuatmu terlibat dengan masalah sebesar ini."

  "Tidak bu. Setidaknya aku bisa mengenali mereka dan tahu jati diriku. Jika memang sudah begini maka aku akan mengakhirinya."

  "Itu baru anak ibu. Sekarang bangkitlah, yakin jika teman-temanmu pasti akan membantumu."

  "Iya ibu," jawabnya sembari tersenyum.

*****

   "Bagaimana ini?" tanya seorang gadis yang sedari tadi panik.

  "Tenanglah I'na."

  "Kita tidak bisa langsung menyerang kerajaannya mereka begitu saja. Kekuatan yang kita punya sama sekali belum cukup," ujar Ho Seok.

  "Benar. Dan hal itu juga bisa membuat nyawa yang lainnya dalam bahaya," timpal Jimin.

  "Apakah Hana dan yang lainnya akan disakiti?" tanya I'na yang tak henti-hentinya mengkhawatirkan teman-temannya itu.

  "Dengar," ujar Jimin sembari memegang kedua bahu i'na dan menatap matanya.

  "Lihat aku. Mereka akan baik-baik saja, teman-temanmu itu kuat. Mereka hanya bisa mengandalkan kita, jika kau terus begini maka akan susah nantinya. Tolong untuk tidak khawatir dulu."

  I'na hanya mengangguk tanda bahwa dia mengerti. Jimin lalu menepuk pelan pucuk kepala I'na yang membuat gadis itu tersenyum manis. Hatinya telah bertekad untuk menolong keempat teman-temannya. Benar kata Jimin, mereka hanya bisa bergantung pada dia dan yang lainnya. I'na juga berharap bahwa mereka bisa bersabar menanti kehadirannya.

IBLIS-MYG (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang