"Baiklah sekian perkuliahan kita hari ini, minggu depan saya tidak masuk karena ada janji, jadi kalian akan saya beri tugas. Assalamualaikum."
Serentak semua mahasiswa membalas salam dosen mereka dan mengemasi buku di atas meja. Sekarang sudah pukul 16.30 dan sekarang waktunya untuk pulang.
Fathur menarik sedikit rambutnya yang hampir berantakan, hari ini lelaki itu full di kampus, karena memang jadwalnya untuk mengajar dibeberapa kelas cukup padat.
Saat dirinya membuka pintu, tubuhnya hampir melompat karena pemandangan aneh di depan mata.
"Hai Pak Dokter." Najia tersenyum amat lebar. Fathur mengernyit memandangi gadis dihadapannya ini, masih tampak segar tak seperti mahasiswanya yang berwajah lesu. "Kamu siapa?"
"Yah, dia lupa. Saya yang Pak dokter bayarin cappuchinonya hari sabtu lalu."
"Oh."
Najia tersenyum lagi. "Saya mau bayar hutang nih. Sekalian ucapan terimakasih, saya buatkan cake." Najia tampak menyodorkan uang dan sekotak kue yang ia sebutkan.
"Saya ikhlas yang kemarin. Kamu boleh simpan."
"Nggak bisa gitu Pak dokter. Oke deh, saya nggak bayar pake uang, tapi pake cake aja ya.. Cobain, ini cake pisang pertama saya." Gadis itu antusias. Fathur tampak tenang padahal dalam hatinya ia sedikit risih. Ada juga ya mahasiswa yang ketihatan tidak sopan dihadapannya. Untuk menyudahi basa-basi tidak penting, Fathur akhirnya menerima cake tersebut dan berlalu.
"Simsalabim~ Abis bapak makan itu langsung suka sama saya." Najia berbisik pelan pada diri sendiri merapalkan mantra lucu saat dilihatnya punggung Fathur sudah hampir hilang dipandangannya.
Najia kemudian mengamati orang-orang sekitar, mencari seseorang yang ia kenal, mahasiswi kedokteran yang ia kira pasti kenal betul dengan Fathur.
"Yuli!!! Haii!!!"
"Oii mak cik."Mereka tertawa sebentar. "Sudah lama nggak jumpa kamu ternyata bikin kangen juga ya." Yuli terkekeh, mereka berjalan menuju parkiran. "Sebenarnya ada apa nih kok tumben pengen jumpa?"
"Aku lagi naksir seseorang di kedokteran."
"Seriuss??? Siapa?? Semester berapa?? Jangan bilang temen gue." Yuli terkejut sekaligus antusias. Mereka akhirnya sampai di dalam mobil Yuli.
"Bukan temen kamu. Dosen kamu."
"HAH??!! DOSEN?!! GILA KAMU NAJIA!!" Najia malah tertawa terbahak."Yang mana satu?? Yang belum married cuman dokter Aldo, beliau gosibnya udah punya pacar, Najia. Mana pacarnya orang-orang bilang anak kedokteran juga. Yang duda sih ada tiga. Selebihnya udah pada married. Kamu nggak lagi suka sama suami orang kan?" Yuli tampak frustasi. Sahabat yang sudah lama tak ia jumpai karena kesibukannya ini hanya tertawa saja tanpa beban.
"Namanya Fathur."
"ASTAGFIRULLAH!! LO NAKSIR DUDA??"
Najia kaget, "Pak Fathur duda ya? Kirain masih free, sexy and single, abis masih hot gitu." perempuan itu tampak tak terusik dengan kenyataan bahwa lelaki yang ditaksirnya sudah pernah menikah.
"Tapi kan duda, berarti nggak ada istrinya. Masih bisa lah."
"Najia ya ampunnnnn!!! Masih suka??"
Najia mengangguk kencang dia memegangi tangan Yuli penuh kegembiraan. "Aku suka karena dia orangnya baik sama yang lain padahal nggak kenal."
"Najia.. Plis.. Kamu itu mak cik paling cantik yang aku temui di kampus ini. Pinter masak, ceria, nggak sombong, baik hati. Kamu sama pak Aldo aja lah ya kalau memang pengen. Jangan pak Fathur lah, beliau walaupun ganteng dan ramah ke mahasiswanya tapi aslinya dingin banget. Kalau di luar jarang senyum."
"Itu dia type ku." Najia masih cengengesan.
"Kamu belum tahu siapa pak Fathur."
"Sebab itu aku mau jumpa kamu, Yul. Budok Yuli pasti bisa ngasi tau aku apa-apa aja kan soal Pak Dokter Fathur."
Yuli menepuk keningnya. Najia menyukai seseorang tanpa tahu backgroundnya bagaimana.
"Aku kasi tau ya. Pak Fathur udah duda lama, usianya 40 tahun dan dia punya anak seusia adik kamu. 17 tahun. Tu-juh be-las ta-hun!"
Najia ternganga mendengar hal itu. Ia menatap Yuli tak percaya dengan ekspresi super terkejut yang ia miliki.
"Najia?? Kamu pasti shok kan?"
Najia membuka pintu mobil Yuli dan melangkah cepat ke arah mobil yang terparkir di samping kemudi mobil Yuli.
Di sana Fathur sedang memainkan hp sebelum membuka pintu mobilnya, seketika Yuli melihat itu ia amat terkejut apalagi dengan ucapan Najia yang amat sangat berani. Di hadapan Fathur yang kebingungan atas ekspresi Najia. Gadis itu tersenyum dengan lebar dan mata berbinar.
"Pak Dokter... Saya suka sama bapak. Saya jatuh cinta sama pak dokter."
Hp Fathur akhirnya terbentur lantai parkiran.
Tbc~
KAMU SEDANG MEMBACA
Segelas Cappuchino (End)
RomanceBagi Fathur, Najia bukan diciptakan untuknya. Bagaimana bisa gadis ini jatuh cinta karena segelas cappuchino yang ia bayar? Dia sebegitu cintanya dan tak mempedulikan masa lalu Fathur da betapa pengecutnya lelaki itu. Mereka bahkan berbeda 13 tahun...